Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung selama 2 hari melatih 26 warga Cianjur dalam mengolah bahan baku nira, jahe dan kopi sehingga menjadi komoditas yang mempunyai nilai jual tinggi. Mereka adalah masyakat binaan Paguyuban Pasundan Kabupaten Cianjur yang berada di wilayah Gunung Padang dan sekitarnya.
Pelatihan dilaksanakan 29 Maret 2017 hingga 30 Maret 2017 di laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Teknik Unpasm Jl. Setiabudhi 193 Bandung, dengan nama TOT (Training of Trainer = Pelathan untuk para pelatih). Untuk praktek produk olahan jahe dibimbing Ir. Neneng Suliasih, MP, sedangkan praktek produk olahan kopi dan nira dibimbing oleh Ir. Sumartini, MP.
Pelatihan ini diselenggarakan oleh Bidang Pemberdayaan Masyarakat Paguyuban Pasundan bekerjasama dengan Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknik Unpas. Ke-26 orang yang sudah dilatih, diharapkan menjadi pelatih di daerahnya sehingga masyarakat Cianjur bisa menyerap ilmu yang mereka peroleh pada pelatihan di Teknologi Pangan Unpas.
Pembukaan secara resmi TOT dilangsungkan pada hari Kamis 30 Maret 2017 meskipun 26 warga Cianjur itu sudah mengikuti pelatihan sejak sehari sebelumnya yakni 29 Maret 2017. Jajaran Pengurus Besar Paguyuban Pasundan, tampak hadir Prof. Dr. H. Bambang Heru, M.Si. yang menjabat Ketua Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Ketua Komda Paguyuban Pasundan Wilayah Bogor Dr. Ruskawan yang akrab disapa Abah Ruskawan. Sedangkan Ketua Umum PB diwakili oleh Ketua Bidang Organisasi, Prof. Dr. H. Ali Anwar Yusuf. Hadir pula Wakil Rektor I Unpas Dr. H. Jaja Suteja, M.Si dan Dekan Fakultas Teknik Unpas Dr. Yudi Garnida, MS beserta para Wakil Dekan FT.
Tujuan TOT adalah meningkatkan keberhasilan produk unggulan berbasis potensi daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Para peserta tersebut nantinya diharapkan dapat memberikan pelatihan kepada masyarakat yang lebih luas di daerah. Adapun yang menjadi materi pelatihan adalah pengolahan produk pangan berbahan baku nira, jahe, dan kopi. Pilihan produk tersebut didasarkan kepada potensi yang dimiliki Kabupaten Cianjur, khususnya di seputar wilayah Gunung Padang.
Dr. Ir. Yudi Garnida selaku penanggung jawab kegiatan dan juga Dekan FT Unpas menyampaikan harapan, “Kegiatan ini bisa menambah pengetahuan dan keterampilan peserta, sehingga nantinya mampu mengembangkan produk unggulan berdasarkan potrensi yang dimiliki daerah.”
Dikatakannya pula pelaksanaan TOT tersebut merupakan hasil pembicaraan Paguyuban Pasundan Kabupaten Cianjur serta Komda Bogor dengan Prodi Teknologi Pangan. Sebetulnya telah direncanakan bukan hanya sebatas pengolahan bahan pangan saja, melainkan juga produk unggulan lainnya, misalnya kerajinan. Untuk itu, program mitra karya mesti menjadi bagian dari kegiatan fakultas-fakultas lain, sesuai dengan bidang keilmuan yang dimiliki.
“Untuk produk pangan lainnya, pada bulan April 2017 akan kami selenggarakan di Kota Banjar, yaitu pengolahan pepaya menjadi sirup. Kegiatan tersebut dibiayai oleh APBD pemerintah setempat,” ucap Yudi. Sedangkan untuk di Cianjur, diharapkan nantinya ada produk unggulan yang juga bisa menjadi ciri khas daerah, misalnya kopi Gunung Padang.
Ditegaskannya pula bahwa kegiatan pelatihan harus berkelanjutan, sehingga akan diadakan monitoring dan evaluasi. Sebab, kata Yudi, kalau hanya berlangsung sesaat saja, tentulah tak akan membuahkan hasil.
Sejalan dengan apa yang dikatakan Yudi, khususnya tentang program keberlanjutan, Prof. Bambang Heru pun menyatakan hal yang sama. “Pelaksanaan program ini harus dikawal, karena kelanjutanya sangat penting, dan akan menjadi penentu keberhasilan.”
Dikatakan Bambang, sejak pembangunan jalan tol Purbaleunyi, angka pariwisata ke wilayah Cianjur jadi menurun. Umumnya yang bepergian dari Bandung ke Jakarta, atau sebaliknya, sudah tidak lagi melewati jalur Puncak.
“Dengan adanya produk pangan unggulan yang dihasilkan Cianjur, diharapkan hal itu akan ikut mendongkrak angka atau jumlah wisatawan,” tuturnya lagi.
Sebagai putra daerah Cianjur, Dr. Ruskawan yang kerap dipanggil Abah menyampaikan bahwa sudah sejak lama PP Cianjur melaksanakan program peningkatan ekonomi masyarakat, khususnya yang bergerak di sektor nonformal. Dan kini, adanya TOT yang berupa kemitraan dengan pihak Unpas, kegiatan tersebut bisa bertambah luas lagi.
Dikatakannya, Cianjur memiliki beberapa potensi yang memerlukan sentuhan agar bisa lebih berkembang lagi. “Saya bayangkan nantinya setiap yang datang ke Gunung Padang, pada saat pulang akan membawa oleh-oleh khas kopi, misalnya. Untuk sampai ke tahap itu, tentu saja harus dilakukan pembinaan terhadap masyarakat. Dalam hal ini Unpas memiliki kemampuan untuk melakukannya,” ucap Abah Ruskawan yang kini menjabat Ketua Komda II Paguyuban Pasundan untuk wilayah Bogor.
Namun tentu saja, lanjutnya lagi, pembinaan dan pengembangan terhadap masyarakat jangan berhenti dalam menghasilkan produk saja, melainkan harus pula dilakukan pembinaan dalam hal marketing. “Jadi, jangan sampai masyarakat hanya bisa memproduksi, namun tidak mampu memasarkan hasil produksinya.”
Dekan Fakultas Teknik Unpas Dr. Yudi Garnida, MS (kedua dari kiri) menyematkan tanda peserta pelatihan TOT kepada 2 perwakilan peserta, didampingi Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat Paguyuban Pasundan Prof. Dr. Bambang Heru, (kiri) dan Ketua Bidang Organisasi Paguyuban Pasundan Prof. Dr. H. Ali Anwar Yusuf (kanan).
Selesai pembukaan pelatihan, perwakilan peserta berfoto bersama Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat Paguyuban Pasundan Prof. Dr. Bambang Heru, (kedua dari kiri, Ketua Bidang Organisasi Paguyuban Pasundan Prof. Dr. H. Ali Anwar Yusuf (ketiga dari kanan), Dekan Fakultas Teknik Unpas Dr. Yudi Garnida, MS (keempat dari kiri), Wakil Dekan I Unpas Dr. Yusman Taufik (kiri), Ketua Komda Wilayah II Paguyuban Pasundan Dr. Ruskawan (kanan) dan instruktur Ir. Neneng Suliasih, MP,*
Para peserta mengikuti pelatihan di laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Teknik Unpas.*
Rektor Unpas diwakili oleh Wakil Rektor I, Dr. H. Jaja Suteja, SE, M.Si. yang selain membuka acara juga memberikan sambutan. Dikatakannya bahwa produk masyarakat akan memberikan nilai tambah, nilai komersial, dan nilai pasar. “Namun tentu saja hal itu akan tercapai jika dilakukan dengan kreativitas dan inovasi. Kita jangan sampai hanya mampu menghasilkan produksi, namun akhirnya menumpuk di gudang. Harus dibina hubungan antara produsen dan pihak pasar, agar produk bisa terserap,” ucap Jaja.
Jaja berharap, kegiatan semacam TOT harus diintegrasikan dengan bidang lainnya. Berbicara mengemas produk, tentu harus dibarengi dengan ilmu disain. Demikian pula pada saat memasarkan produk, diperlukan pembinaan dari ahli ekonomi.
Sambutan terakhir disampaikan oleh Prof. Ali Anwar. Apa yang disampaikannya pun tidak terlepas dari kelanjutan pelaksanaan TOT. “Kegiatan pelatihan harus berkelanjutan,” ucapnya.
Dalam mengolah bahan menjadi produk, kemudian memasarkannya, semua itu harus dikerjakan sejalan dengan perkembangan masyarakat. “Untuk memasarkan produk daerah, apa salahnya kalau kita membuat kampung digital, sehingga bisa ditempuh cara-cara pemasaran melalui internet, misalnya,” ucap Prof. Ali.
Tentang TOT itu sendiri, Prof. Ali memberi tafsiran lain, yaitu singkatan dari Totalitas, on the Track, dan Tuntas. Semua harus dikerjakan secarta total, tetap berpijak pada keahlian dan pengalaman, dan tentu saja harus sampai tuntas.
“Insya Allah, jika kita mampu mengerjakan sesuai TOT yang barusan saya paparkan, produk unggulan daerah dapat kita hasilkan sehingga hasilnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan sendirinya Paguyuban Pasundan di tengah-tengah kehidupan akan katara ayana jeung karasa mangpaatna,” ujar Ali mengakhiri sambutannya. *** (TS)