Pelatihan “Open Journal System”
Unpas kembali mendapat kehormatan dari Kemenristek dan Dikti sebagai tuan rumah untuk penyelenggaraan pelatihan membuat dan mengoperasionalisasikan jurnal. Hal itu dikatakan Sekretaris Lembaga Penelitian (Lemlit) Unpas Dr. Yuce Sariningsih, M.Si. ketika berbincang dengan Media Unpas, akhir Juni 2016 lalu.
Dikatakan Yuce bahwa kegiatan dimaksud diberi label Pelatihan Penerapan Aplikasi Jurnal Elektronik, atau dalam istilah lain disebut juga Open Journal System (OJS), khususnya terkait dengan program digital, yaitu jurnal yang dipublikasikan lewat dunia maya atau internet.
Acara pelatihan tersebut diikuti 42 peserta, berlangsung pada 22-23 Juni 2016 di Hotel Banana Inn, Jalan Setiabudhi, Bandung. “Para peserta merupakan perwakilan dari beberapa perguruan tinggi yang ada di Jawa Barat. Mereka adalah para dosen yang ditunjuk oleh LIPI, dan di kampusnya mengelola penerbitan jurnal,” ucap Yuce.
Ke-42 peserta tersebut adalah pengelola 25 jurnal yang diterbitkan oleh lembaga perguruan tinggi masing-masing. Dari lingkungan Unpas, terpilih tiga jurnal yang para pengelolanya diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan. Mereka adalah Dr. Yuce Sariningsih, M.Si. dan drh. Nia Nurdiana, M.Si. (mewakili Sampurasun yang diterbitkan Lemlit), Dr. Yonik Meiliawati, MT (mewakili Infomatek yang diterbitkan Fakultas Teknik), Dr. Ellen Rusliana dan Dr. Mulyaningrum, SE, MM (mewakili Trikonomika yang diterbitkan Fakultas Ekonomi).
Dikatakan Yuce, jurnal yang diterbitkan Fakultas Teknik dan Fakultas Ekonomi sudah berlangsung cukup lama, namun penerbitannya masih konvensional, yaitu masih menggunakan sistem cetak. Adapun jurnal Sampurasun yang baru terbit perdana sudah menggunakan sistem elektronik.
“Memang baru satu nomor, tapi pembacanya hingga akhir Juni ini sudah mencapai 1.490 orang,” ucapnya lagi. Jumlah yang lumayan besar bagi ukuran jurnal ilmiah yang baru pada tahap perkenalan.
Jurnal Sampurasun ditulis dalam bahasa Inggris, dengan diberi keterangan Interdiciplinary Studies for Cultural Heritage. Penulisnya dari empat negara, dengan mengambil tema utama terkait dengan pelestarian budaya.
Sampurasun merupakan jurnal yang termasuk ke dalam OJS yang kontaknya dengan pembaca harus melalui web, yang dengan sendiri lebih selektif. Hal itu berbeda dengan yang disebut on line journal yang kontaknya melalui e-mail.
Untuk lebih memantapkan Sampurasun dalam program go international, sambung Yuce, maka mutlak marketingnya harus ditingkatkan. Idealnya mereka yang mengoperasionalisasikan jurnal harus petugas khusus, agar bisa lebih serius dan lebih fokus.
Diakui Yuce, Sampurasun yang masih mendompleng pada aplikasi teknologi informasi Unpas ini kadang-kadang menghadapi kendala, yaitu menghilang untuk beberapa saat, sehingga pihak lain tidak bisa mengadakan kontak. Untuk memperbaikinya, ucapnya lagi, bisa ditempuh dengan cara menyewa sistem yang sudah bonafid. Yang ideal adalah pihak Unpas sendiri meningkatkan kapasitasnya.
“Hilangnya kontak bisa menjadi masalah, apalagi kalau pihak pengelola jurnal sedang mengadakan penjajagan dengan pihak luar untuk mengadakan kontrak. Jadinya kita dianggap tidak bonafid,” ucap Yuce.
Dalam hal orisinalitas, jurnal elektronik lebih terjaga, dan tidak bisa dibohongi. Untuk jurnal yang masih menggunakan sistem cetak, bisa saja diakali dengan melakukan sisipan, misalnya. Pada jurnal yang aslinya tidak ada, namun karena ada kepentingan tertentu, bisa saja ada halaman yang diganti atau ditambahkan.
“Lagi pula, jurnal elektronik dalam pengarsipannya bersifat abadi, serta untuk pencariannya pun mudah. Kita hanya tinggal klik saja.” Tutur Yuce lagi.*** Sampu