Nurul Mu’Min, M.Pd
Tenaga Kependidikan Universitas Pasundan
kita sering lupa bahwa terkadang kita mengatakan bahwa kita sedang melakukan sunnah beliau, tetapi dalam pelaksanaannya bahkan sangat bertolak belakang dari yang dicontohkan. Kita sangat mudah memang mengatakan bahwa ini sunah nabi, tetapi kita selalu lupa bahwa yang kita lakukan malah sebaliknya. Memang kita sering lupa atau mungkin sengaja dibuat lupa
Anak lelaki itu dilahirkan normal seperti anak-anak lainnya dilahirkan. Kehidupan masa kecilnya sebagaimana anak laki-laki pada umumnya. Dia memang dikarunia kecerdasan yang luar biasa, namun dalam keseharian dengan teman-temannya sangat bersahaja dan tidak susah untuk menolong teman-teman yang membutuhkannya.
Pada hari kedelapan belas sejak kelahirannya, dia sudah diasuh oleh orang lain. Bukan karena ibunya tidak mau mengasuh, tetapi memang tradisi masyarakatnya seperti itu. Tujuan utama dari tradisi tersebut diantaranya agar anak dapat belajar bahasa dengan baik, yaitu bahasa daerah yang asli belum tercampur dengan bahasa pergaulan lainnya.
Di kampung tersebut, anak lelaki kecil itu disusui, diasuh dan dididik selama tiga tahun. Ia pun tumbuh menjadi anak yang cepat tanggap, telaten dan jujur. Ia juga kerap membantu temannya yang kesusahan dan selalu bersikap sederhana dan bersahaja walaupun ia terkenal memiliki kecerdasan yang luar biasa dibandingkan anak seumurannya, apalagi ia adalah keturunan salah satu suku terpandang di daerahnya. Hal itu membuatnya disukai banyak orang.
Dia tumbuh menjadi remaja yang giat bekerja, seorang remaja penggembala kambing yang berhasil. Pada usia 12 tahun ia sudah mulai belajar berdagang dengan pamannya. Karena keuletan, kejujuran dan kermahannya ia menjadi pedagang yang berhasil. Singkat cerita, ia telah menjadi pemuda yang sukses, menjadi pedagang antar negara, mungkin istilah sekarang dia telah menjadi pengusaha multinasional. Pada usia 25 tahun ia menikahi seorang pengusaha kaya raya, yang pada akhirnya mereka berdua menghabiskan tenaga dan kekayaannya untuk membangun peradaban umat manusia.
Istrinya sangat taat dan selalu mendukung serta membantu segala perjuangan suaminya. Begitu pun suaminya sangat sayang dan setia menemani sampai kematian menjemput istrinya.
Dari sepenggal kisah singkat di atas, mungkin sudah bisa menebak siapa lelaki itu. Kelak pemuda itu kita kenal sebagai pembawa rahmat bagi semesta alam “Rahmatan Lil Alamin” Ia adalah junjunan kita, suritauladan bagi segenap insan. Ia adalah penghulu dari seluruh Nabi. Muhammad Rasulullah SAW. Salawat dan salam senan tiasa tercurah kepadanya, semoga solawat dan salam pun tercurah kepada diri kita sendiri sebagai umatnya.
Jika kita pandai meneladani kisah tersebut, tentunya kisah ini dapat djadikan pelajaran yang sangat berharga, sebagai motivasi untuk memberdayakan diri agar kita kuat dari segi finansial. Kerja keras, kejujuran dan ketekunan dalam setiap usaha yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Pelajarannya sangat jelas sekali bahwa yang paling utama dan pertama adalah fidunya hasanah, keduniaan harus hasan dulu untuk mencapai hasanah di akhirat.
Lalu untuk apa setelah kita memiliki kekutan finansial? Berbagi! Membangun umat, menolong yang memerlukan pertolongan. Paling tidak kita sudah tidak direpotkan oleh urusan dunia sehingga kita tidak menjadi beban bagi masyarakat, minimal kita telah mandiri. Jika dari masing-masing kita telah mandiri, tentunya akan sangat mudah untuk menuju masyarakat yang sejahtera damai dan tentram.
Terlupakan atau Sengaja Dilupakan
Kini sosok manusia agung itu telah tiada, namun rahmat dan kasihnya selalu mengalir sepanjang zaman, maka sangat tepat sekali bila beliau disebut sebagai manusia sempurna yang telah mengajarkan kasih sayang kepada sesama. Dia sang pembawa rahmat bagi seluruh alam. Dalam dirinya terdapat Uswatun Hasanah, menjadi contoh dalam menjalani kehidupan ini. Dengan demikian sudah sepantasnya, kita sebagai umatnya, selalu meneladaninya. Meneladaninya bukan nneniru secara letterlek (letterlijk), namun meneladani dan mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan yang terkandung didalamnya. Mungkin itulah yang disebut dengan menjalankan sunah nabi.
Kita kembali pada sepenggal kisah di atas, kita mencoba menggali nilai-nilai agung yang perlu kita tetaldani. Dia sosok pekerja keras yang ulet, jujur, disukai teman-teman binisnya karena sifat amanahnya. Dia membangun industri perdagangan sampai ke manca negara, sehingga dia menjadi sosok pengusaha yang berhasil. Dari hasil industrinya, atau usahanya dalam perdagangan inilah ia mulai membangun umat, membangun spritual umat manusia dengan telaten dan penuh kesabaran. Jerih payah beliau kita rasakan manfaatnya sampai saat ini. Dengan bahasa kasarnya mungkin bisa dituliskan bahwa beliau membangun industri dulu, setelah berhasil, hasil dari industrinya beliau dedikasikan untuk membangun spiritual umat. Jadi, jangan dibalik dengan membangun spiritual dulu baru membangun industri. Apalagi salah kaprah dengan membangun Industri Spiritual.
Satu lagi, ini sebetulnya sangat sederhana dan semua orang atau paling tidak yang pernah nnennpeljari sirahnya, akan sangat mengetahuinya. Dia adalah sosok yang sangat sayang kepada istrinya, selalu memperlakukan istri dengan lembut, tak pernah menyakiti istrinya. Dengan bahasa yang lugas saya katakan bahwa beliau tak pernah menduakan istri pertamanya selagi istri pertamanya masih hidup menemani beliau. Dia tak pernah menduakan cintanya, kasih sayang beliau terhadap istrinya banyak dikisahkan oleh para sahabatnya. Kisah-kisah beliau kini sangat mudah kita peroleh dari dunia maya. Saking sayangnya, ketika istrinya wafat ia sangat kehilangan, tahun tersebut dikenal dengan tahun kesedihan, tahun duka cita beliau atau Ammul Huzni.
Dari dua contoh saja di atas, kita sering lupa bahwa terkadang kita mengatakan bahwa kita sedang melakukan sunnah beliau, tetapi dalam pelaksanaannya bahkan sangat bertolak belakang dari yang dicontohkan. Kita sangat mudah memang mengatakan bahwa ini sunah nabi, tetapi kita selalu lupa bahwa yang kita lakukan malah sebaliknya. Memang kita sering lupa atau mungkin sengaja dibuat lupa.
Ya, mungkin begitulah tabiat umat manusia. Manusia selalu melihat dulu apa yang menguntungkan bagi dirinya sendiri, jika menguntungkan untuk dirinya barulah dia mau melakukannya. Maka, tak heran perbuatan sunah pun terkadang menjebak kita. Kita selalu menggennbor-gemborkan bahkan melakukan sebuah “sunah” apabila itu mememang per buatan itu memenuhi hasrat purba kita. Akhirnya kita selalu berlindung dibalik kata sunah.
Bagaimana kita bisa belajar meneladani beliau? Tentu saja kita bisa belajar kepada para pewaris ilmunya, Siapakah dia? Dia adalah para Ulama, Ulama adalah pewaris para nabi, a/ u/ama warosat/ anbiya. Dari para pewaris itulah kita bisa belajar langsung untuk meneladani akhlakul karinnah, akhlak yang selalu menyebarkan kasih sayang bagi segenap makhluk.
Namun tidak mudah menemukan pewaris sejati, karena ia tak pernah show, tak pernah menyengajakan diri untuk tampil di depan umum. Tetapi ia senan tiasa ada dan hadir di sekitar kita. Mungkin saja ia yang setiap hari memungut sampah di depan rumah, atau mungkin ia yang setiap hari ada di samping tidur kita. Wallahu’alam. Cag***