Paguyuban Pasundan segera mengubah desain motif batik yang sekarang dipakai dengan desain baru sebagai pakaian resmi oleh keluarga besarnya, termasuk oleh siswa 112 sekolah yang dimiliki organisasi ini. Hal ini dilakukan sebagai upaya “penyegaran” atas pakaian resmi Paguyuban Pasundan itu.
Keputusan pergantian desain diambil dalam rapat pleno pengurus Paguyuban Pasundan yang dipimpin Ketua Umum Prof. Dr. HM. Didi Turmudzi, M.Si di kantor paguyuban Jl. Sumatera 41 Bandung, Kamis 4 Mei 2017. Desain baru itu akan dikenalkan terlebih dahulu (launching) kepada publik Paguyuban Pasundan dalam waktu dekat ini, sebelum dicetak secara resmi dalam bentuk kain.
Desain baru batik Paguyuban Pasundan disayembarakan kepada umum sejak beberapa bulan yang lalu oleh sebuah panitia yang diketuai Dr. H. Wawan Setiawan (Ketua Lembaga Budaya Sunda Unpas) bekerjasama dengan Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan.
Panitia menerima 31 desain karya sejumlah peserta dari berbagai kota di Jawa Barat. Dari jumlah itu, panitia memilih 6 desain motif yang kemudian dipresentasikan pada rapat pleno Paguyuban Pasundan untuk dipilih bersama. Akhirnya rapat memutuskan 2 desain motif yang akan disempurnakan kembali dengan beberapa modifikasi sehingga diperoleh desain yang benar-benar sesuai dengan visi dan misi Paguyuban Pasundan.
Dua desain motif batik itu terdiri dari karya Rifandi Efriansyah, S.Pd dari Bandung dengan judul “Mamprang Pasundan” dan karya Afif Rizky Adhitya, siswa SMK Pasundan Rancaekek Kabupaten Bandung dengan judul desain “Puseur Jagad Raya Paguyuban Pasundan”.
Calon Desain baru batik Paguyuban Pasundan karya Rifaldi Efriansyah.*
Calon Desain baru batik Paguyuban Pasundan karya Afif Rizky Adithya.*
Desain batik Paguyuban Pasundan yang dipakai sekarang.*
“Mamprang Pasundan” karya Rifandi Efriansyah merupakan judul batik berbahasa Sunda yang berarti “Semangat Pasundan”. Inspirasi tersebut, menurut Rifandi, datang dari fenomena semangat maupun kebangkitan masyarakat atau Paguyuban Pasundan dalam berbagai aspek akhir-akhir ini, baik itu sepakbola, kebudayaan, pariwisata dan pendidikan yang kemudian dimanifestasikan kepada citra visual batik.
Sang desainer memilih beberapa motif yang akan menggambarkan citra Paguyuban Pasundan di antaranya “kembang cabe”, “atap rumah adat Sunda (Julang Ngapak)”, “Kujang sebagai simbol Pasundan”, “Sulur Pakuan (tanaman paku)” dan “isen-isen (titik-titik)”.
Kembang cabe memiliki keindahan visual yang berbentuk menyerupai bintang segi lima maupun segi enam. Inspirasi tersebut datang dari sebuah pantun atau rajah Sunda yang sering tersilap rima kata yaitu “melak cabe jadi cabe, melak hade jadi hade” merupakan hukum kausalitas dalam Paguyuban Pasundan untuk selalu menanam kebaikan agar mendapat kebaikan pula, seperti yang diajarkan Islam, dan memilih bintang segi lima karena lebih familiar dengan Islam daripada segi enam.
Sementara itu desain batik “Puseur Jagad Raya Paguyuban Pasundan” karya Afif Rizky Adhitya, siswa SMK Pasundan Rancaekek, idenya bersumber dari lambang Paguyuban Pasundan yang dipenuhi dengan kearifan unsur-unsur nilai dan makna yang agung. Selain itu juga terdapat keanekaragaman kebudayaan motif batik khas Jawa Barat.
Filosofi alam semesta adalah pusat dari Sang Pencipta. Segala ini alam semesta adalah anugerah dan ciptaan yang paling sempurna. Filosofi warna batik berwarna biru muda melambangkan makna kesetiaan, ketenangan, kedamaian, keseimbangan dan kepercayaan pada diri sendiri dan memiliki pandangan hidup yang mendalam.
Desain batik karya Afif Rizky ini bermotif kujang, gunung, lambang Paguyuban Pasundan, serta warna lain selain biru muda. Adapun kujang bermata enam, menggambarkan 6 Rukun Iman dan jumlah 5 bulatan kecil berwarna emas menggambarkan Rukun Islam dan juga mengandung makna Pancasila yang tetap mengacu pada ajaran Islam. (DB).***