Dirjen Belmawa Kemenristek Dikti Prof. Intan Ahmad, Ph.D (duduk, keempat dari kanan), Rektor Unpas Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom(duduk, ketiga dari kanan), Direktur Pembelajaran Kemenristek Dikti Dr. Ir. Paristiyanti Nurwardani, MP (duduk, kelima dari kanan) bersama para Wakil Rektor Unpas, para Dekan dan para Ketua Program Studi, selesai menyampaikan materi tentang Pendidikan Jarak Jauh di Perguruan Tinggi di ruang rapat Rektorat Unpas, Kampus IV Jl. Setiabudhi No. 193 Bandung, Sabtu 26 Mei 2018.*
Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Dirjen Belmawa) Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Prof. Intan Ahmad, Ph.D, hari Sabtu 26 Mei 2018 memberikan pencerahan tentang “Pendidikan Jarak Jauh di Perguruan Tinggi” kepada para Dekan, Wakil Dekan dan Ketua Prodi di Universitas Pasundan, di ruang rapat Rektorat, Kampus IV Unpas Jl. Setiabudhi 193 Bandung. Acara ini dihadiri pula oleh Rektor Unpas Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom serta para Wakil Rektor. Sedangkan Dirjen Belmawa saat itu didampingi Direktur Pembelajaran, Dr. Ir. Paristiyanti Nurwardani, MP.
Dirjen menekankan perlunya dilaksanakan pendidikan jarak jauh di perguruan tinggi untuk mengikuti perkembangan teknologi. Namun demikian, pendidikan jarak jauh harus tetap mempertahankan kecakapan mahasiswa dalam bersosial dengan masyarakat. “Program KKN harus tetap dipertahankan, sebagaimana saya diskusikan dengan Bapak Rektor Unpas sebelum acaranya ini dimulai,” kata Prof. Intan Ahmad, Ph.D.
Dirjen menjelaskan, kita perlu memberitahu generasi muda/mahasiswa, bahwa ke depan akan terjadi perubahan dan Indonesia harus mampu bersaing dalam era digital dan revolusi industri 4.0. Dengan demikian, sejak sekarang cara kerja kita harus menyesuaikan dengan apa yang sedang terjadi, antara lain bahwa perusahaan-perusahaan sudah menggunakan teknologi untuk menjual produknya yakni secara online.
Ia mencontohkan, jika kita akan mengambil uang ke bank dalam jumlah sedikit maka teller tidak akan melayani dan mengarahkan kita agar mengambil uang di ATM. Bahkan sekarang kita tidak perlu lagi pergi ke bank karena berbagai macam transaksi dapat dilakukan melalu gadget/handphone.
“Dengan demikian, kita harus memberitahu mahasiswa, bahwa terjadi perubahan dalam berbisnis. Jadi kita harus pandai berteknologi dan juga cakap bersosial, misalnya KKN masih tetap dianggap penting meskipun nanti perkuliahan sudah dilakukan dengan cara “jarak jauh”. Karena, kalau kita tidak bersosial dengan masyarakat secara langsung, maka kita hanya berhubungan dengan mesin, atau robot,” katanya.
Dulu, teks book itu hanya ada pada dosen sehingga ilmu juga hanya dimiliki oleh dosen. Sekarang tidak lagi. Dengan gudget, kita bisa melakukan pendidikan jarak jauh dan tidak perlu lagi ke perpustakaan. Cukup browsing, kita mendapatkan apa yang kita inginkan.
“Kita perlu mempelajari literasi baru dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0, karena di era Revolusi Industri 4.0 tidak hanya cukup literasi lama (membaca, menulis dan matematika) sebagai modal dasar untuk berkiprah di masyarakat. Kita harus meyakinkan mahasiswa bahwa literasi baru akan membuat seseorang kompetitif pada era ekonomi baru yang berbasis teknologi. Literasi baru adalah literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia,” katanya.***