BANDUNG, unpas.ac.id – Teknologi digital berperan penting dalam memperkenalkan produk ke masyarakat luas. Namun, masih banyak UMKM di Indonesia yang belum menggunakan layanan pemasaran digital karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan.
Dosen Administrasi Bisnis, FISIP Universitas Pasundan Dr. Dindin Abdurohim BS., M.M., M.Si., menilai, pemasaran digital jadi alternatif paling tepat bagi UMKM untuk terus bertumbuh meski di tengah masa sulit.
Sebagai bentuk dukungan kepada UMKM, ia dan timnya akan melaksanakan penelitian terapan dengan topik model industri kreatif mahasiswa berbasis sistem maklon untuk menciptakan wirausaha baru.
Penelitian ini dilakukan melalui bantuan pendanaan dari program desentralisasi Kemendikbudristek. Ia berkolaborasi dengan dosen di program studi Pendidikan Ekonomi dan Teknik Informatika.
“Saya melihat, UMKM makin lesu saat pandemi. Mereka kebanyakan terkendala masalah internal, organisasi, pengelolaan, dan eksternal. Saya tergerak untuk memberikan solusi dan inovasi bagi pelaku UMKM,” terangnya.
Dengan menggandeng prodi Pendidikan Ekonomi, inventarisasi dan identifikasi kebutuhan untuk pengembangan UMKM bisa lebih maksimal.
Sementara lewat kapabilitas prodi Teknik Informatika di bidang data dan teknologi, UMKM diharapkan dapat menjangkau target pasarnya dengan lebih efektif melalui perangkat seluler.
Ia menambahkan, inti penelitian ini adalah untuk menciptakan kolaborasi antara mahasiswa, dosen, dan UMKM. Mahasiswa diarahkan untuk berkontribusi memecahkan masalah UMKM, sekaligus memperoleh pembelajaran sebagai wirausaha.
“Banyak mahasiswa yang punya skill wirausaha tapi belum berpengalaman, atau punya pengalaman tapi tidak dikolaborasikan. Setelah diidentifikasi, ternyata mereka ada yang paham cara kerja digital, negosiasi, dan riset pasar. Dengan kolaborasi, idealnya dapat melahirkan wirausaha baru,” paparnya.
Dari usulan penelitian yang diajukan, akan diterapkan sistem maklon antara wirausaha mahasiswa dengan UMKM. Rencananya ada 15 perguruan tinggi yang akan diteliti di Jawa Barat, di antaranya Majalengka, Garut, Tasikmalaya, Kota Bandung, dan lain-lain.
“Tenggat waktunya tiga tahun. Jadi kita laporkan per tahun. Terdapat beberapa tahapan yang akan dilewati dari tahun pertama sampai ketiga,” lanjutnya.
Di tahun pertama, kata dia, kebutuhan rencana penelitian akan dianalisis terlebih dahulu sebelum pengembangan produk dan uji coba lapangan awal.
Tahun kedua, revisi hasil uji coba, uji lapangan produk utama, revisi produk, dan uji coba lapangan skala luas. Di tahun ketiga, revisi produk final, diseminasi, dan implementasi penelitian.
“Mudah-mudahan bisa berjalan dengan lancar dan hasil penelitian bisa bermanfaat bagi mahasiswa maupun pelaku UMKM,” harapnya. (Reta)*