BANDUNG, unpas.ac.id – Pers mahasiswa (persma) merupakan salah satu elemen penting di kehidupan kampus. Persma menjadi fondasi dan wadah bagi jiwa vokal mahasiswa dalam mengkritisi permasalahan kampus maupun isu di level nasional.
Di Universitas Pasundan, peran fungsional mahasiswa dalam menyalurkan aspirasinya ditampung oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Jumpa yang berada di bawah naungan Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Dr. H. Deden Ramdan, M.Si.
Sejak awal didirikan, LPM Jumpa fokus membentuk anggotanya sebagai individu yang peka terhadap isu-isu aktual dengan bekal pengetahuan dasar kejurnalistikan. LPM Jumpa membebaskan mahasiswa untuk belajar berekspresi, sekaligus menjadi media informasi, tidak hanya di internal kampus, tapi juga lingkup regional dan nasional.
“Anggota LPM Jumpa ada yang sudah paham cara kerja jurnalistik, tapi beberapa memang masih awam. Oleh karena itu, mereka diberikan pelatihan jurnalistik tingkat dasar, agar setidaknya memiliki ilmu tentang teknik pengemasan isu, reportase, penulisan straight news, kode etik jurnalistik, etika wawancara, dan sebagainya,” jelas Pemimpin Umum LPM Jumpa Periode 2020-2021, Muhammad Rizaldi Nugraha, Senin (5/7/2021).
Tetap produktif selama pandemi
Melalui laman jumpaonline.com, LPM Jumpa tidak sekadar menyampaikan informasi yang faktual, melainkan memberi edukasi kepada publik sesuai jati diri dan fungsi pers mahasiswa. Hal tersebut sesuai dengan tujuan LPM Jumpa untuk terus menjunjung tinggi nilai kebenaran dan mempersiapkan generasi yang kritis dan intelek.
Selain publikasi secara online, LPM Jumpa konsisten menerbitkan produk cetak berupa tabloid dan saat ini masih dalam proses penggarapan. Pada kondisi normal, LPM Jumpa bisa menerbitkan maksimal tiga tabloid dalam satu periode.
Di tengah banyaknya persma yang mulai meninggalkan produk cetak dan fokus mengelola media online, LPM Jumpa berupaya mempertahankannya karena beberapa isu akan lebih komprehensif apabila dimuat di tabloid. Namun, melihat kondisi pandemi yang belum membaik, redaksi masih mempertimbangkan sistem penerbitannya, apakah berbentuk cetak atau e-Tabloid.
“Untuk menentukan isu setiap garapan tabloid, kami mengadakan rapat tema yang diikuti seluruh anggota. Masing-masing mengusulkan isu, saling adu argumen sampai dipilih tema yang paling relevan. Rapat ini berlangsung 3-4 kali sebelum akhirnya diolah oleh Pemimpin Redaksi dan diumumkan ke penanggung jawab tulisan, sederhananya begitu,” paparnya.
Selama pandemi, meski kegiatan kampus dibatasi dan banyak yang berdomisili di luar Bandung, namun produktivitas anggota relatif meningkat. Guna menyiasatinya, LPM Jumpa memperbolehkan anggota meliput isu-isu di daerahnya yang memiliki nilai berita dan akan diseleksi kembali oleh redaksi.
“Tapi tidak menutup kemungkinan kami tetap memberitakan kabar aktual di kampus, karena wawancara bisa dilakukan via WhatsApp. Kebijakan dari kampus, fakultas, serta keluh kesah mahasiswa juga dapat dijadikan tulisan,” terangnya.
Jalin kerja sama dengan forum pers mahasiswa
Untuk memperluas jejaring, LPM Jumpa juga bergabung dengan Forum Komunikasi Pers Mahasiswa Bandung (FKPMB) dan menjalin hubungan baik dengan persma dari perguruan tinggi lain. LPM Jumpa sering terlibat dalam diskusi, baik formal maupun non-formal mengenai isu yang sedang hangat.
“Sifatnya insidental, tapi bahasannya luas, mencakup tata kelola organisasi, keredaksian, sistem kaderisasi di tiap persma, dua minggu kemarin kami ikut diskusi jurnalistik dari FKPMB tentang jurnalisme investigasi. LPM Jumpa juga punya program resmi study banding atau company visit ke persma di Bandung,” katanya.
Beberapa waktu lalu, LPM Jumpa telah menyelenggarakan diskusi publik dan webinar perihal objektivikasi perempuan. Ke depannya, LPM Jumpa ingin memperluas koneksi dengan mengadakan pelatihan di tingkat nasional dan mengundang persma se-Indonesia. (Reta)*