Rektor Unpas Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom menyampaikan pendapat pada Seminar Nasional Evaluasi Satu Tahun Program Citarum Harum hari Selasa 15 Januari 2019, di Graha Manggala Siliwangi, Jalan Aceh Bandung.
Melihat kondisi Citarum pada awalnya, rasanya pesimis kalau akan direhabilitasi, saking sudah para-parahnya. Demikian dikatakan Rektor Unpas, Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp., M.Si., M.Kom. saat memberikan tanggapan pada Seminar Nasional Evaluasi Satu Tahun Program Citarum Harum. Acara dimaksud diselenggarakan hari Selasa 15 Januari 2019, di Graha Manggala Siliwangi, Jalan Aceh Bandung.
Lebih jauh Prof. Eddy Jusuf mengungkapkan, ternyata setelah program Citarum Harum dikerjakan, hasilnya kini sudah mulai nampak. “Saya pun merasa optimis. Citarum akan kembali seperti sediakala,” ucapnya lagi.
Disampaikan kenangannya ke masa lalu, sekitar tahun 1970-an, waktu air Sungai Citarum masih jernih. “Saat itu, saya mulai belajar berenang di Citarum,” ungkap Prof. Eddy Jusuf yang memang masa kecilnya berada tidak jauh dari sungai tersebut, yaitu di Desa Sukamukti Kec. Katapang, Kabupaten Bandung.
Ia menyampaikan saran dalam pelaksanaan pogram Citarum Harum, yaitu pemberdayaan masyarakat sebaiknya ditangani oleh LSM. Sedangkan pemerintah, termasuk TNI, menangani berbagai aspek kegiatan industri yang banyak tersebar di daerah sepanjang Citarum.
Sebagai pemimpin perguruan tinggi, keterlibatannya dalam upaya rehabilitasi Citarum sudah mulai dikerjakan sejak beberapa tahun lalu. Unpas menyelenggarakan KKN Tematik yang lokasinya yang tidak jauh dari Sungai Citarum yaitu di Kecamatan Kertasari Kab. Bandung. Maksudnya tiada lain untuk ikut membantu pihak-pihak yang kini diberi tugas melaksanakan program Citarum Harum.
Di lokasi hulu Citarum, beberapa tahun lalu, peserta KKN Unpas melaksanakan penanaman bibit pohon alpukat yang diharapkan akan mempercepat program penghijauan, serta hasil dari tanaman tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Sedangkan pada tahun lalu, KKN Tematik dipusatkan di Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung.
“Ada mahasiswa yang bertanya, sampai kapan KKN Tematik Unpas dilaksanakan di wilayah DAS Citarum, lalu saya jawab, sampai Citarum bersih,” ucap Prof. Eddy Jusuf. Bersihnya Sungai Citarum akan menjadi sumber peradaban umat manusia.
Seminar mengenai evaluasi program Citarum Harum tersebut diikuti oleh berbagai elemen masyarakat, baik pegiat lingkungan maupun kalangan akademisi. Dr. Dini Dewi Heniarti sebagai Ketua Yayasan Citarum Harum mengatakan bahwa tujuan seminar tersebut di antaranya untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaaan program Citarum Harum; apakah masih pantas, dihentikan, atau masih kurang.
Sebagaimana diketahui, pelaksanaan program tersebut baru berjalan satu tahun, dari yang dijadwal selama tujuh tahun. Ada tiga persoalan yang harus dibicarakan, yaitu sistem instrumen yang menyangkut regulasi perundang-undangan, sistem kultural yang terkait dengan sikap masyarakat, dan sistem struktural yang terkait dengan pengorganisasiannya. Dalam pelaksanaan program tersebut, ada 19 kementrian yang terlibat, di antaranya Kemenristek Dikti.
Pada acara itu, Kapolda Jabar, Irjenpol Drs. Agung Budi Maryoto, M.Si. menyampaikan persoalan yang terkait dengan penegakan hukum. Menurut catatan di lapangan, pada tahun 2018 lalu, ada 58 kasus yang masuk. Namun tentu saja dalam penanganannya berbeda dengan kasus-kasus lain.
Sebagaimana diketahui yang menjadi Dan Satgas Citarum adalah Gubernur Jabar. Sedangkan wakilnya dijabat oleh Pangdam Siliwangi dan Kapolda Jabar. Dari keseluruhan pelaksanaan program, wilayah penanganan Citarum dibagi menjadi 23 sektor, yang masing-masing sektor dipimpin seorang kolonel.
Pangdam Siliwangi, Mayjen Harto Karyawan menyampaikan laporan mengenai kegiatan di lapangan selama kurang lebih setahun. Dikatakannya, yang masih sangat kurang yaitu penyediaan bibit tanaman yang baru terpenuhi sekitar satu persen saja. Yang dibutuhkan sekitar 125 juta, namun yang tersedia baru 1,4 juta bibit tanaman. Demikian pula soal lahan kritis di wilayah hulu yang mencapai 77 ribu hektar. Ini perlu penanganan yang sangat serius.
Dikatakannya bahwa kearifan lokal perlu ditumbuhkan untuk mengubah mind set masyarakat, sehingga mereka memandang bahwa sungai adalah serambi depan. Hal ini sudah mulai ditanamkan, agar penanganan Citarum bisa lebih optimal.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil yang biasa disapa Kang Emil sebagai Dan Satgas menyatakan rencana ke depan bahwa dalam penanganan Citarum ini mesti lebih sinergis. “Ke depannya perlu dievaluasi lagi mengenai peraturan dan kepanitiaannya,” ucapnya. Untuk itulah, Pemprov Jabar telah menyediakan sekretariat khusus yang terletak di Jalan Naripan, Bandung.
Kang Emil mengatakan, agar pelaksanaan program lebih efektif, maka di sepanjang DAS Citarum akan dibuat wilayah administratif khusus, Bukan dalam pengertian wilayah administratif pemerintahan daerah, melainkan dititik-beratkan pada penanganan hal-hal yang bersifat teknis.***