Korea Foundation siap merealisasikan program Universitas Pasundan Bandung, khususnya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Hal itu ditegaskan Moon Sung Ki, Director General International Cooperation Bureau 1 Korea Foundation kepada Dekan FEB Unpas Dr. H. Atang Hermawan, SE., MSIE., Ak dan unsur pimpinan FEB lainnya, Selasa 3 Desember 2019 di Kampus II Unpas Jl. Tamansari, Bandung.
Moon Sung Ki datang ke FEB Unpas bersama Yumin Shin, Program Officer Korean Studies Department, Prof. Ki-Chan Kim dari Korea Indonesia Management Association, dan seorang staf Korea Foundation. Mereka datang dua hari ke FEB Unpas yakni 3-4 Desember 2019 untuk melakukan monitoring dan evaluasi tentang pelaksanaan kuliah jarak jauh yang dilaksanakan Kyunghee University Korea dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpas yang dibiayai Korea Foundation serta mengadakan “Special Lecturer on Korea 2019” (kuliah umum) oleh Prof. Ki-Chan Kim di aula Oto Iskandar Di Nata Kampus IV Unpas Jl. Setiabudhi 193 Bandung. Kuliah umum itu dihadiri Wakil Rektor I Unpas Prof. Dr. H. Jaja Suteja, M.Si, para mahasiswa FEB, dan para dosen serta karyawan FEB.
Setelah melakukan evaluasi langsung ke Kelas Internasional di FEB Unpas, Korea Foundation menyimpulkan bahwa kuliah jarak jauh itu berjalan sangat baik, melebihi program serupa yang dilaksanakan dengan negara-negara lain. Kuliah jarak-jauh FEB Unpas dengan Kyunghee University sudah berjalan 3 semester.
Korea Foundation merespon rencana pembentukan Korea Foundation Center di FEB Unpas, kemudian siap mendanai penelitian dosen FEB Unpas.
Mengubah Dunia
Prof. Ki-Chan Kim, pada “Special Lecturer on Korea 2019” mengemukakan, Indonesia adalah negara yang punya potensi besar, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Berbeda dengan Korea yang potensinya kecil, apalagi luas wilayah Korea hanya 0,7 persen dari wilayah dunia.
Dikatakannya bahwa dengan potensi yang cukup besar itu masyarakat Indonesia bisa hidup sambil tidur dan bermain. Berbeda dengan Korea yang harus bekerja keras dan sungguh-sungguh untuk bisa hidup. Kemerdekaan Indonesia dan Korea hanya berbeda dua hari, namun Korea mengalami masa yang sangat sulit, bahkan kelaparan, sampai tahun 1960-an. Itulah sebabnya, pada saat itu Korea bangkit dengan berinovasi secara cepat untuk maju. Korea fokus pada kewirausahaan, karena hal itulah yang menjadi modal utama bagi Korea untuk menjadi negara maju seperti sekarang.
“Fast is innovation, late is imitation,” katanya.
Prof. Ki-Chan Kim menilai, Indonesia dan Korea sebetulnya bisa mengubah dunia dengan kerjasama yang baik. Indonesia punya modal sebagai negara yang masyarakatnya murah senyum sebagai modal utama praktek marketing sedangkan Korea punya modal wirausaha yang kuat. “Marketing tanpa wirausaha hanyalah teori,” katanya. Karena itulah Prof. Ki-Chan Kim mengajak mahasiswa FEB Unpas untuk berwirausaha sehingga bisa mengubah dunia.
Ia juga meminta mahasiswa FEB Unpas untuk mempelajari dengan seksama bagaimana pengelolaan perusahaan Korea. Apalagi, saat ini Korea sedang berinvestasi di Cikarang dengan nilai 2 miliar dolar Amerika. Untuk mempelajari pengelolaan perusahaan Korea, mahasiswa harus menguasai Bahasa Korea. Ia mendorong FEB Unpas untuk membuka program Bahasa Korea dan ia berharap kelak program itu menjadi yang terbaik di Indonesia.
Dikatakannya, dalam hal inovasi, Korea berada pada urutan nomor 1 sedangkan nomor 2 ditempati oleh Jerman.***