BANDUNG, unpas.ac.id – Tak terasa, usia Paguyuban Pasundan genap memasuki angka ke-108. Puncak acara milangkala digelar secara virtual, Sabtu (24/7/2021) dan berpusat di Mandala Saba Dr. Djoendjoenan, Sekretariat PB Paguyuban Pasundan, Jalan Sumatera No 41 Bandung, mengangkat tema Ngaronjatkeun Kolaborasi Dina Raraga, Mulangkeun Deui Kajayaan Paguyuban Pasundan.
Rektor Unpas Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom., IPU selaku Ketua Panitia dan Kabid Organisasi Paguyuban Pasundan menjelaskan, rangkaian kegiatan milangkala Paguyuban Pasundan di berbagai wilayah dan cabang sudah terselenggara sejak 2 bulan lalu.
“Seluruh wilayah dan cabang Paguyuban Pasundan berkolaborasi dengan masyarakat sekitar, mengusung kesederhanaan mengingat pandemi masih menimpa Indonesia,” ungkapnya.
Pada sambutannya, Ketua Umum PB Paguyuban Pasundan Prof. H. M. Didi Turmudzi, M.Si turut prihatin atas situasi yang saat ini sudah menelan banyak nyawa. Oleh karena itu, ia mengajak kebersamaan keluarga besar Paguyuban Pasundan untuk senantiasa berjuang dan tidak putus asa.
“Ini adalah sebuah keprihatinan yang menuntut kebersamaan, agar kita berusaha bagi diri sendiri dan lingkungan masing-masing. Mudah-mudahan, Allah SWT melindungi kita dan pandemi Covid-19 segera berakhir, sehingga kita bisa menikmati perjalanan hidup dengan tenang dan dalam suasana yang menyenangkan,” katanya.
Kondisi ini juga berdampak pada sistem pendidikan yang mengharuskan anak-anak belajar di rumah. Jika tidak dibarengi dengan SDM dan teknologi yang mumpuni, dikhawatirkan akan mengakibatkan kebodohan dan ketertinggalan.
Hal tersebut perlu diwaspadai, sebab anak-anak menjadi generasi penerus yang harus dibimbing agar dapat berkiprah melanjutkan perjuangan menegakkan NKRI. Terlebih, dalam menghadapi kondisi bangsa yang rentan dipecah belah dan dibentrokkan.
“Saya ingatkan, syarat bertahannya sebuah suku bangsa yaitu, pertama, memilki teritorial darat, laut, dan udara. Kedua, mempunyai kekuatan ekonomi, maka perbaiki sistem pendidikan kita, bangun jiwa entrepreneur sejak dini, tanamkan karakter petarung, pemberani, dan pantang menyerah. Ketiga, kuat sistem religinya, jangan sampai terjadi paradoks. Ingat kembali bahwa tujuan pendidikan yang substansial adalah terbentuknya iman dan takwa,” paparnya.
Inti acara milangkala Paguyuban Pasundan ke-108 ditandai dengan penganugerahan Layang Pangajen Bagawan Jatiniskala kepada almarhum Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, SH., LL.M sebagai akademisi dan pahlawan nasional yang berjasa mencetuskan gagasan wawasan nusantara.
Bagawan Jatiniskala merupakan penghargaan atau pujian atas prestasinya dalam mempelopori dan menangani permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia melalui diplomasi kebudayaan. Gagasannya bertujuan memperkenalkan citra NKRI di luar negeri, sehingga terbina pemahaman masyarakat dunia yang lebih baik kepada Indonesia.
“Penghargaan ini diberikan kepada Mochtar Kusumaatmadja karena beliau adalah orang yang luar biasa. Beliau berjuang di PBB agar Indonesia memperoleh pengakuan di mata dunia dan melawan kekuatan diplomasi dengan ilmu yang dimilikinya,” ujarnya.
Dilanjutkan dengan penyampaian pesan dan kesan oleh putri Mochtar Kusumaatmadja, Prof. Dr. Armida Salsiah Alisjahbana, S.E., M.A yang juga menjabat sebagai Eksekutif Komisi Ekonomi Sosial PBB untuk Asia Pasifik di Bangkok, Thailand.
Ia berterima kasih kepada Paguyuban Pasundan yang telah menganugerahkan Layang Pangajen Bagawan Jatiniskala kepada almarhum ayahandanya. Ia berharap, penghargaan tersebut dapat mengingatkan masyarakat akan kontribusi dan pemikiran Mochtar Kusumaatmadja di bidang hukum, diplomasi kebudayaan, dan pembangunan yang lintas batas dan zaman.
“Semoga penghargaan ini memotivasi kita untuk meneruskan perjuangan Mochtar Kusumaatmadja di forum internasional dan nasional, serta mengembangkan karya, konsep, dan pemikirannya yang sudah diimplementasikan secara luas di Indonesia, terutama terkait wawasan nusantara. Dirgahayu Paguyuban Pasundan, terus berkiprah, bawalah kebaikan dan kemaslahatan bagi kita semua,” pungkasnya. (Reta)*