Sadikun Citra Rusmana,SE.,MM
Dosen Tetap Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pasundan
Pada tahun 8000-an, masyarakat bumi hanya diisi dua jenis suku, yaitu Suku Eloi dan Suku Morlocks. Suku Eloi merupakan masyarakat penyintas yang membangun rumah sebagai tempat tinggal mereka di sisi tebing tinggi yang menyerupai gedung Manhattan. Mereka tinggal di tempat curam tersebut karena bertahan hidup dari ancaman pemangsa Suku Morlocks yang hidup di dasar bumi. Di antara kedua suku yang berseteru ini hiduplah Alexander Hartdegen, seorang ilmuwan dan penemu, yang bertekad untuk membuktikan bahwa perjalanan waktu memungkinkan bagi seseorang dengan cara menggunakan Mesin Waktu.
Cerita itu merupakan gambaran imajinatif H.G. Wells, dalam novel sci-fic karangannya berjudul “The Time Machine.” Professor Alexander Hartdegan, tokoh sentral dalam cerita tersebut, berusaha memahami kehidupan Suku Eloi dan Suku Morlocks yang kontradiktif. Suku Morlocks yang berwajah pucat dan berpostur kera menjadikan Suku Eloi sebagai sumber makanan yang diburu di permukaan tanah dan ditarik ke dalam bumi, tapi mereka tidak bisa menjangkau ketinggian tebing perumahan Suku Eloi.diisi dua jenis suku, yaitu Suku Eloi dan Suku Morlocks. Suku Eloi merupakan masyarakat penyintas yang membangun rumah sebagai tempat tinggal mereka di sisi tebing tinggi yang menyerupai gedung Manhattan. Mereka tinggal di tempat curam tersebut karena bertahan hidup dari ancaman pemangsa Suku Morlocks yang hidup di dasar bumi. Di antara kedua suku yang berseteru ini hiduplah Alexander Hartdegen, seorang ilmuwan dan penemu, yang bertekad untuk membuktikan bahwa perjalanan waktu memungkinkan bagi seseorang dengan cara menggunakan Mesin Waktu.
Waktu demi waktu, ibarat putaran Mesin Waktu, kontroversi dua bentuk sosio-humanis terus berlanjut. Ketika mesin waktu mundur ke tahun 2000-an, saat ini muncul kelompok manusia yang memiliki keunikan masing-masing, sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan beberapa lembaga dunia, lihat Tabel. Kelompok yang eksis dan emerging adalah Generasi Millenial. Generasi Millennial adalah terminologi yang saat ini banyak diperbincangkan oleh banyak kalangan di dunia di berbagai bidang. Millennials (juga dikenal sebagai Generasi Millenial atau Generasi Y) adalah kelompok demografis (cohort) setelah Generasi X. Peneliti sosial mengelompokkan generasi ini yang lahir di antara tahun 1980 an sampai 2000. Jadi bisa dikatakan generasi millennial adalah generasi muda yang saat ini berusia di kisaran 15 — 34 tahun. Studi tentang generasi millenial di dunia, terutama di Amerika, di antaranya dilakukan oleh Boston Consulting Group (BCG) bersama University of Berkley tahun 2011 dengan mengambil tema American Millennials: Deciphering the Enigma Generation. Pada tahun sebelumnya, 2010, Pew Research Center juga merilis laporan riset dengan judul Millennials: A Portrait of Generation Next.
Saat ini globalisasi melahirkan dua karakter masyarakat millenial, yaitu Oracles dan Top Gun. Generasi Oracle adalah agensi yang dianggap mampu memberikan nasihat bijak dan berwawasan luas atas ramalan kenabian atau pengenalan masa depan, yang diilhami oleh karakter ke-Tuhanan. Literatur ilmu manajemen memuat tentang Celestien Management atau Prophetic Management yang menjelaskan karakter sosial seseorang berjiwa ZIKR (Zero base-Iman-Konsisten-Result-oriented). Sebaliknya generasi Top Gun adalah komunitas “reaksi cepat” yang berkarakter taktis dan elitis. Karakter ini dipengaruhi oleh rilis film Top Gun 1986 yang menunjukkan perilaku para pilot pesawat tempur Amerika, dan mengintervensi perilaku kaum millenia saat ini, khususnya di Amerika. Opini PBB membagi kaum millenial ke dalam tiga kelompok usia, yaitu pre-millenial (15 — 34), millenal (32 — 45), dan post millenial (45 – 55). Ketiga kelompok usia mellenial itu dianggap masih memberikan kontribusi positif terhadap pencapaian kinerja ekonomi suatu negara.
Dibanding generasi lainnya, Generasi Millennial memiliki keunikan. Hasil riset yang dirilis oleh Pew Researh Center menjelaskan keunikan generasi millennial dibanding generasi-generasi lainnya yang mencolok adalah penggunaan teknologi dan budaya pop/musik yang masif. Kehidupan generasi millennial tidak bisa dilepaskan dari teknologi terutama internet, entertainment/hiburan yang sudah menjadi kebutuhan pokok bagi generasi ini. Jika di tahun 80-an moto anak muda adalah Buku, Cinta dan Pesta, maka kaum millenial sekarang memegang moto Internet, Cinta, dar Kuliner.
Konteks Indonesia, hasil survei yang dilakukan Alvara Research Center (Hasanudin’Ali, 2014), menunjukkan generasi yang lebih muda, 15 — 24 tahun lebih menyukai topik pembicaraan yang terkait musik/film, olahraga, dan teknologi. Sementara itu generasi yang berusia 25 — 34 tahun lebih variatif dalam menyukai topik yang mereka perbincangkan, termasuk didalamnya sosial politik, ekonomi, dan keagamaan. Konsumsi internet penduduk kelompok usia 15 — 34 tahun juga jauh lebih tinggi dibanding dengan kelompok penduduk yang usianya lebih tua. Hal ini menunjukkan ketergantungan mereka terhadap koneksi internet sangat tinggi. Setidaknya ada lima isu utama yang selalu diwacanakan.
Pandangan Keagamaan
Jumlah penduduk muslim di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia, meski demikian ternyata Indonesia lebih memilih demokrasi sebagai sistem bernegaranya dibanding sistem kenegaraan yang berdasarkan agama. Prinsip inilah yang dipegang teguh oleh para pendiri republik ini, bahwa sebagai bangsa dan negara kita perlu mendasarkan pada asas dan dasar negara yang melindungi setiap warga negara apapun asal usul dan latar belakangnya, dan dasar negara itu kita sepakati adalah Pancasila. Karena itu penting untuk memotret bagaimana pandangan keagamaan pemuda apakah konservatif, moderat, atau sekuler, apa pandangan pandangan pemuda tentang hubungan agama dan negara. Apakah ada pergeseran pandangan keagamaan pemuda dibanding generasi-generasi sebelumnya.
Ideologi dan Partisipasi Politik
Pandangan umum beranggapan bahwa nilai-nilai patriotik dan nasionalisme telah hilang dan luntur dari generasi muda kita. Respon mereka di media sosial relatif emosional, egois dan skeptis. Isu sosial yang mencuat seringkali ditanggapi secara kontroversi dengan melihat dari sisi perbedaan yang berdampak pada pertentangan. Terkait dengan dunia politik di Indonesia, millenial melihat setiap proses politik kenegaraan yang terjadi di Indonesia, menjadi bagian isu yang “hot” untuk diperbincangkan. Pemlih muda Indonesia didominasi oleh swing voters/pemilih galau, dan apathetic voters/pemilih cuek.
Nilai-Nilai Sosial
Pemuda memaknai arti sebuah keluarga jsebagai hubungan antara anak dan orang tua. Orang tua tidak merupakan role model bagi mereka, bahkan mereka memilih role model lain di luar hubungan kekeluargaan. Nilai-nilai sosial di kalangan pemuda, bergeser dari nilai-nilai sosial ketimuran dengan mudah mengadopsi nilai-nilai sosial barat yang lebih modern.
Pendidikan, Pekerjaan, dan Kewirausahaan
Isu paling penting yang dihadapi pemuda dari dulu sampai sekarang adalah isu pendidikan dan pekerjaan, karena dua hal inilah yang paling berpengaruh dan menentukan masa depan mereka. Tingkat kesuksekan mereka di masa dewasa dan masa tua ditentukan oleh pendidikan dan pekerjaan yang mereka terima di masa muda. Selain itu wirausaha saat ini juga sudah menjadi alternatif kalangan muda dalam berkarya, start-up bisnis bermunculan di berbagai kota. Begitu lulus mereka tidak lagi berburu lowongan pekerjaan, tapi berupaya mencari peluang bisnis dan menjadikan peluang bisnis itu sebagai pintu masuk ke dunia wirausaha.
Gaya Hidup, Teknologi, dan Internet
Gaya hidup anak muda yang cenderung hedonis terutama di kota-kota besar sudah menjadi rahasia umum, mereka memiliki cara tersendiri untuk meluapkan ekspresi mereka, dunia hidup mereka tidak bisa lepas dari hiburan dan teknologi terutama internet. Musik dan hiburan film menjadi bagian dari objek pemuas hidup yang semuanya dengan mudah diperoleh melalui akses internet, dan informasi kekinian melalui saluran Youtube, pergaulan sosial melalui Facebook, Instagram, dan lain-lain yang dilakukan secara mobil.***