BANDUNG, unpas.ac.id – Fenomena plagiarisme hingga kini masih marak di kalangan mahasiswa. Jika terus dibiarkan, plagiarisme akan mematikan pola pikir kritis dan kreatif, sehingga mahasiswa cenderung mencari cara mudah dan praktis dalam menyusun karya ilmiahnya.
Dilansir dari podcast Unpas Talk Episode 27, Jumat (17/6/2022), Kepala Perpustakaan Universitas Pasundan Dr. Titin Nurhayatin, M.Pd. menyebut, tindak plagiarisme dapat dipicu sejumlah faktor.
Umumnya, mahasiswa tidak dilandasi kemauan untuk membuat karya orisinal, ditambah minimnya pengetahuan tentang etika mengutip karya orang lain.
“Sebetulnya boleh-boleh saja memanfaatkan informasi dari karya yang sudah terbit. Tapi, untuk mengutip pendapat seseorang terdapat etika atau kaidah yang mesti diperhatikan,” jelasnya.
Selain memperhatikan teknik pengutipan (sitasi) pustaka atau sumber rujukan, mahasiswa juga perlu memahami etika penulisan karya ilmiah untuk menghindari plagiarisme.
“Mahasiswa seharusnya tahu bahwa ada sanksi yang ditetapkan bagi pelaku plagiarisme. Untuk itu, mahasiswa harus punya pemahaman literasi, disertai dorongan eksternal dari dosen pembimbing,” ujarnya.
Unpas berlakukan cek plagiarisme
Untuk mencegah praktik plagiarisme, mahasiswa Unpas yang akan mengikuti sidang akhir diwajibkan mengecek kemiripan (similarity) menggunakan program pendeteksi tingkat plagiarisme.
Apabila tingkat kemiripan tinggi, maka mahasiswa diarahkan untuk merevisi tugas akhirnya agar tingkat kemiripan tidak melebihi 30 persen.
“Selaku pembimbing, saya selalu mengarahkan mahasiswa tata cara menulis dan mengutip yang benar, serta menekankan mereka untuk mencari informasi dari jurnal, buku, dan lain-lain,” tuturnya.
Perpustakaan Unpas juga pernah menyelenggarakan pelatihan penelusuran informasi dan pencegahan plagiarisme sebagai upaya meminimalkan unsur plagiarisme dalam menulis karya ilmiah.
Pentingnya membangun minat dan budaya baca
Menurutnya, langkah penting yang dapat dilakukan untuk memberantas plagiarisme adalah dengan membangun minat dan budaya baca.
Perpustakaan Unpas telah memfasilitasi koleksi bacaan yang cukup lengkap dan mutakhir, baik di perpustakaan fisik maupun digital.
“Kami mendorong mahasiswa untuk membuat karya orisinal lewat penyediaan koleksi. Kami juga berkoordinasi dengan fakultas agar bisa menyediakan buku yang betul-betul dibutuhkan mahasiswa,” tambahnya.
Kendati demikian, untuk membangun minat dan budaya baca memang tetap memerlukan motivasi internal dan dukungan dari keluarga. “Begitu banyak peluang untuk mengembangkan minat baca, tinggal bagaimana kita memanfaatkannya,” tegasnya. (Reta)**