Prof. Dr. H. Dadang Sunendar menyampaikan materi (kanan) dan Moderator Dr. Hj. Titin Nurhayatin.*
Rektor Membuka Seminar Nasional FKIP Unpas
Memposisikan Bahasa Indonesia di ASEAN
Dalam memberikan kontribusi pada perguruan tinggi, termasuk perguruan tinggi swasta yang ada di Indonesia, Universitas Pasundan (Unpas), khususnya Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) punya peran sangat penting. Selain menghasilkan lulusan yang siap berkiprah di masyarakat, juga lulusan FKIP Unpas juga mampu bersaing di era sekarang.
Hal itu di tegaskan oleh Dekan FKIP Unpas, Dr. H. Dadang Mulyana, M.Si., di sela-sela acara seminar ”Pekan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai Wahana Peningkatan Kualitas dan Kreativitas Calon Guru Bahasa Indonesia dalam Rangka Merajut Kebhinekaan Bangsa dalam Menyongsong MEA”, di Aula Kampus Unpas Jalan Tamansari 8, Bandung, Rabu 4 Mei 2016. Rektor Unpas Prof. Dr . Ir. H. Eddy Jusuf Sp,. M.Si., M.Kom. membuka secara resmi seminar ini dengan melakukan pemukulan goong didampinggi Dekan FKIP Dr. H. Dadang Mulyana,. M.Si.
Guru, kata Dadang Mulyana, tidak hanya menguasai konten pembelajaran, melainkan juga mampu menguasai hal-hal lainnya, yang di antaranya memahami kompetensi (KI-KD) yang dasarnya berupa konsep, indikator, dan fokus pada tujuan. Selanjutnya menguasai hal-hal ice breaking, jenis, durasi, tujuan, fungsi dan penempatan, cara-cara pendekatan induktif yang seyogianya jadi daya tarik untuk siswa dibanding pendekatan deduktif. Dalam menggunakan media pembelajaran mestinya fungsional untuk siswa, bukan untuk guru. Tidak kalah pentingnya adalah menciptakan suasana yang membuat tergugah semangat belajar di kelas, komunikatif, interaktif, serta demokratif.
“Tentu hal ini harus jadi pegangan guru, agar apa yang jadi tujuan dalam mentransfer pelajaran bisa berhasil,” katanya.
Dengan berlangsungnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Dadang menegaskan, kita harus fokus dalam bidang ekonomi. Oleh sebab itu bahasa Indonesia harus jadi pengrajut kebhinekaan bangsa. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus menjadi alat komunikasi yang menjadi pemersatu.
Untuk masyarakat kita sendiri, dan bangsa asing yang akan menyimpan modalnya atau usaha di negara kita, bahasa Indonesia harus jadi alat komunikasi dalam hal-hal yang berlatar belakang ekonomi. Dalam menghadapi MEA, bahasa Indonesia harus mampu menguatkan bangsa, khususnya mengenai karakter.
Bahasa-bahasa dari luar bukan berarti tidak perlu, melainkan bahasa Indonesia harus menjadi bahasa untuk penguatan karakter dalam pembangunan. Bisa disebutkan untuk negara-negara ASEAN kita unggul dalam bidang ekonomi dan teknologi. Begitu juga kita mempunyai SDM dan sumber daya lainnya, termasuk bahasa harus menjadi potensi untuk menguatkan bidang ekonomi.
Unggulnya bahasa terlihat pada waktu produk-produk negara kita belum sejajar dengan negara lainnya. Bagaimana peran bahasa Indonesia dalam hal itu supaya produk-produk yang akan dipasarkan bisa memiliki daya saing tinggi. Di antaranya dengan cara bercerita yang benar, yang akan menghasilkan daya tarik produk-produknya menjadi unggulan.
Kini masyarakat modern atau masyarakat berkembang menuju masyarakat modern sudah mulai terasa. Guru-guru kita harus lebih giat. Yang menjadi pertanyaan, kenapa bangsa-bangsa lain ingin mempelajari bahasa Indonesia? Sepertinya bangsa lain lebih perhatian, sebab potensi yang ada pada bangsa kita sangat menguntungkan. Oleh karena itu, tidaklah salah, kalau bangsa lain tersebut ingin menyimpan modalnya (investasi) di bidang ekonomi.
Bagaimana caranya kita menyakinkan kepada pihak lain bahwa bahasa itu sangat penting. Kita harus bergaul dengan bangsa-bangsa lain yang heterogen. Bahasa Inggris, contohnya, hampir semua bangsa di dunia membutuhkannya. Bahasa Indonesia pun bakal menjadi bahasa pengantar di ASEAN. Pertama-tama, bagaimana caranya kita bisa menguasai dan menggunakan bahasa Indonesia “yang baik dan benar,” begitu dikatakan Dekan FKIP Unpas.
Seminar tersebut tampil para nara sumber Prof. Dr. H. Dadang Sunendar, M.Hum (Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan), Dr. Hj. Yeti Mulyati, M.Pd. dosen Universitas Pendidikan Indonesia, dengan Moderator Dr. Tintin Nurhayatin, M.Pd.
Peserta seminar memadati ruang ula kampus II Universitas Pasundan Jl. Tamansari ini, terdiri dari kalangan dosen, mahasiswa dan siswa Sekolah Menengah Umum.***