BANDUNG, unpas.ac.id – Prestasi membanggakan kembali dipersembahkan mahasiswa Universitas Pasundan. Marthias Daffa Ismail (Sastra Inggris 2019/FISS), Nurul Intan Krisnayanti (Ilmu Komunikasi 2020/FISIP) dan Tsaniya Salma Az Zahra (Ilmu Hukum 2020/FH) berhasil melaju ke lima besar pemilihan Mojang Jajaka Kabupaten Bandung 2021.
Pada ajang ini, Daffa mewakili Kecamatan Ciwidey, Intan Kecamatan Katapang, dan Tsaniya Kecamatan Majalaya. Ketiganya menyandang gelar Mojang Jajaka Harapan yang selama satu tahun ke depan akan membantu mempromosikan potensi wisata dan budaya lokal di Kabupaten Bandung.
Salah satu jajaka terpilih, Daffa mengaku tidak menyangka bisa lolos hingga tahap tersebut. Ia mengatakan, capaian ini di luar ekspektasinya, terlebih dirinya sempat merasa kurang percaya diri. Namun, berbekal kemampuan public speaking dan semangat untuk membangun personal branding, Daffa mampu bertengger di posisi lima besar.
Menurut Daffa, gelaran Moka Kabupaten Bandung merupakan wadah yang tepat untuk memperbanyak relasi dan menambah pengalaman baru. Daffa dan para finalis lainnya digembleng oleh Paguyuban Mojang Jajaka Kabupaten Bandung untuk menjadi nonoman (pemuda) yang menginspirasi masyarakat.
“Yang saya unggulkan lebih ke public speaking, karena bagi saya komunikasi adalah poin paling penting. Walaupun saya lemah dari segi fisik karena tidak setinggi finalis lain, tapi setidaknya terbantu public speaking, sehingga saya bisa menunjukkan profil diri saya,” katanya, Rabu (17/11/2021).
Sebagai representasi pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Bandung, Daffa, Intan, dan Tsaniya mesti berperan memajukan kedua sektor tersebut. Daffa sendiri menitikberatkan platform digital untuk dimanfaatkan dalam upaya pengembangan pariwisata dan kekayaan budaya Kabupaten Bandung.
“Karena sekarang kondisinya belum 100 persen normal, maka saya rasa perlu ada keselarasan antara pemerintah dengan masyarakat untuk bersama-sama menggunakan media digital dan memberdayakan SDM di daerah masing-masing guna mengembangkan potensi wisata maupun budaya, terutama pemuda,” ujarnya.
Daffa menambahkan, Kabupaten Bandung sebenarnya tidak kekurangan SDM. Tetapi, kesadaran masyarakat masih minim yang akhirnya membuat kawasan wisata kekurangan tour guiding (pemandu) dari SDM setempat.
“Sebagai contoh, di Ciwidey banyak sekali tempat wisata. Tapi yang jadi pemandu justru lebih banyak dari luar Kabupaten Bandung. Untuk itu, SDM yang ada harus mulai melek dan membangun potensi bersama-sama,” lanjutnya.
Ia berharap, Kabupaten Bandung dapat menyelaraskan diri, menyatukan visi misi, dan mengembangkan potensinya dengan berbagai cara, entah dengan mendayagunakan SDM, mempromosikan kearifan lokal, atau langkah konkret lainnya.
“Semoga melalui pencapaian ini, saya bisa menjadi sosok inspiratif dan penggerak perubahan, khususnya di kalangan pemuda, karena bergerak harus sedari dini, bukan ketika tua nanti baru berdedikasi,” (Reta)*