BANDUNG, unpas.ac.id – Universitas Pasundan terpilih sebagai satu dari tiga perguruan tinggi penyelenggara seminar nasional dalam rangka peringatan Hari Penyiaran Nasional (Harsiarnas) ke-89.
Merujuk pada tema utama “Transformasi Penyiaran di Era Digital”, seminar Harsiarnas 2022 di Unpas membahas topik Penyiaran Nasional dan Soft Power dengan narasumber Ketua Komisi I DPRD Jawa Barat Dr. Bedi Budiman, M.Si. dan Komisioner KPI Pusat Mimah Susanti.
Hadir di Aula Kampus I Unpas, Jalan Lengkong No 68, Ketua KPI Pusat Agung Suprio, Ketua KPID Jabar Adiyana Slamet, dan beberapa Komisioner KPI Pusat.
Selain Unpas, Universitas Padjadjaran dan Universitas Muhammadiyah Bandung turut menjadi penyelenggara seminar nasional Harsiarnas 2022.
Tahun ini, KPID Jawa Barat ditunjuk sebagai tuan rumah peringatan Harsiarnas 2022. Seluruh rangkaian peringatan Harsiarnas 2022 digelar di Bandung mulai 26 Maret-1 April.
Harsiarnas 2022 juga dimeriahkan dengan vaksin booster Covid-19, parade outside broadcast van radio, safari kebangsaan, gala dinner bersama Gubernur Jabar, hingga puncak acara yang bakal dihadiri Presiden Joko Widodo di The House Convention Hall Pasir Kaliki.
Peringatan Harsiarnas 2022 bertepatan dengan tahun pelaksanaan analog switch off (ASO) atau peralihan dari siaran TV analog ke TV digital secara nasional.
Untuk itu, peringatan kali ini menitikberatkan pada perubahan pola dan teknologi penyiaran. Pelaku industri penyiaran dan masyarakat dituntut siap menghadapi perubahan tersebut.
Rektor Unpas Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom., IPU dalam sambutannya memaparkan, Indonesia terbilang terlambat jika dibandingkan negara di ASEAN yang telah melakukan langkah ASO.
Pelaksanaan ASO sesuai dengan amanat UU Cipta Kerja yang disahkan dalam sidang paripurna DPR RI. UU ini digadang-gadang dapat menjawab kebuntuan regulasi bidang penyiaran yang belasan tahun tidak terealisasi.
“Beberapa negara di kawasan Asia Tenggara seperti Singapura, Filipina, Malaysia, dan Thailand sudah lebih dulu menerapkan ASO. Saya rasa, upaya transformasi digital harus dilakukan secepatnya untuk mengakselerasi teknologi dan memberikan stimulan terhadap potensi yang mungkin muncul di masyarakat,” paparnya.
Industri televisi Indonesia mesti lebih akseleratif dan mengimbangi era digitalisasi, sehingga dunia televisi tidak tertinggal teknologi internet.
Transformasi digital memberi banyak manfaat dan keuntungan. Di samping siaran yang diterima masyarakat semakin baik dan canggih, konten juga kian beragam dengan konsep dan model isi siaran yang lebih khusus.
“Tidak hanya peningkatan kualitas siaran, transformasi penyiaran di era digital juga mampu menumbuhkan ekonomi kreatif dan mengembangkan ekosistem penyiaran baru yang didukung internet berkecepatan tinggi,” tambahnya.
Selanjutnya, Ketua Komisi I DPRD Jawa Barat Dr. Bedi Budiman, M.Si. menjelaskan lebih lanjut tentang soft power, dilanjutkan pemaparan tentang penyiaran oleh Komisioner KPI Pusat Mimah Susanti. (Reta)*