BANDUNG, unpas.ac.id – Memperingati maulid Nabi Muhammad SAW, Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Syiar Islam (LPPSI) Universitas Pasundan menyelenggarakan tausiyah bertajuk “Misi Profetik Kenabian Muhammad SAW dalam Penguatan Iman, Ilmu, dan Amal Saleh bagi Peradaban Manusia”.
Tausiyah menghadirkan Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Wakil Menteri Agama RI, Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam di Kementerian Agama, dan Tim Penasihat Inggris-Indonesia. Pada 3 November 2019 lalu, ia juga terpilih sebagai Ketua Umum BP4.
Dalam sambutannya, Rektor Unpas Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom., IPU menekankan, setidaknya ada tiga makna yang dapat dipetik dari peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, yaitu menambah rasa cinta dan kagum kepada baginda Rasul, mengimplementaskan akhlak terpuji, serta memelihara nilai kehidupan sosial.
“Petik nilai moral yang diajarkan Nabi Muhammad SAW, semoga kita selalu dalam tuntunan dan koridor agama. Semoga, terpeliharanya nilai kehidupan sosial dan tali silaturahmi di antara kita menjadi wujud syukur kepada Sang Pencipta,” jelasnya.
Dari misi kenabian Nabi Muhammad SAW, Ketua YPT Pasundan Dr. H. Makbul Mansyur, M.Si. berharap, sivitas akademika Unpas bisa mengambil hikmah untuk menyempurnakan budi pekerti, berjiwa kepemimpinan, dan menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain.
Sama halnya dengan Ketua Umum PB Paguyuban Pasundan Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi, M.Si., maulid Nabi Muhammad SAW diharapkan tidak hanya seremonial belaka, melainkan momentum untuk meneladani jejak langkah dan semangat menyebarkan syiar Islam.
Pada inti acara, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A. menjelaskan secara rinci soal bagaimana Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW mampu membangkitkan dunia dan capaiannya mentransformasikan zaman jahiliyah menuju abad keemasan.
“Abad ke-6 masehi ditandai dengan hadirnya Nabi Muhammad SAW, melalui Islam yang dibawanya begitu totalitas mengubah dunia. Tidak ada masa di mana agama dan ilmu pengetahuan bekerja secara simetris jika bukan karena Nabi Muhammad SAW,” ujarnya.
Nabi Muhammad SAW menjadi pencatat sejarah, sampai menaklukkan Persia dan Romawi di bawah Islam. Betapa bijak dan mulianya jika Nabi Muhammad SAW tidak hanya diceritakan atau dikenang sejarahnya, tapi juga dicintai dan dirindukan, tanpa maksud mengkultuskannya sebagai Tuhan.
“Tidak sia-sia manusia yang merindukan dan menyebut namanya. Makin sering rindu, maka Nabi Muhammad SAW akan hadir di dalam mimpi. Siapa yang memimpikan-Nya, maka dijanjikan bersama di dalam surga,” lanjutnya.
Nabi Muhammad SAW merupakan figur the best leaders dan the best managers. Nabi sangat mencintai dialog, memikirkan umatnya, dan gigih mempertahankan ajaran agama. Maka dari itu, manusia harus berpegang teguh, konsisten, dan konsekuen terhadap ajaran-Nya.
“Ingat, indahnya sebuah agama diimbangi dengan adat istiadat yang mendekorasikan. Universalitas Islam juga menghimpun kearifan lokal. Maka, mari hargai budaya dan agama kita seperti yang diusung Universitas Pasundan, majukan kearifan lokal dan jangan dipertentangkan,” pungkasnya. (Reta)*