BANDUNG, unpas.ac.id – Dalam rangka menghadapi program Kegiatan Berwirausaha Mahasiswa Indonesia (KBMI) dan Akselerasi Startup Mahasiswa Indonesia (ASMI) yang dicanangkan Kemendikbudristek melalui MBKM, Universitas Pasundan terus berupaya mengoordinasi mahasiswa agar dapat berpartisipasi.
Salah satunya dengan melakukan pembinaan (inkubasi) dan mengantarkan mahasiswa untuk membuat produk yang bisa divalidasi. PIC Kewirausahaan Unpas Dr. Ida Hindarsyah, M.Si bersama Unit Inkubator Bisnis tengah memetakan tim yang nantinya akan diajukan di kedua program tersebut, Februari 2022 mendatang.
Ida mengatakan, dari 15 ribu mahasiswa aktif, sedikitnya 2-3 persen atau maksimal 350 orang yang akan dicanangkan untuk diinkubasi sesuai target Integrated Support System (ISS). Meski diakuinya tidak mudah, namun setidaknya dapat membuka wawasan tentang pentingnya berwirausaha dan menjadi mahasiswa yang mandiri.
“Tentunya ini tidak mudah, karena saya juga punya pengalaman membina UMKM. Contohnya, dari 90 orang, aktif 10 persen saja sudah bagus. Poin pentingnya, jangan sampai mahasiswa hanya tergiur atau ikut-ikutan tren membuka usaha tanpa bekal yang cukup,” katanya, Selasa (3/8/2021).
Jauh dari itu, ia ingin membuka pola pikir mahasiswa supaya lebih independen. Sebab, target wirausaha sebenarnya menciptakan mahasiswa yang mampu berpikir kreatif dan inovatif berdasarkan asas kemandirian.
“Kalau dilihat dan dibandingkan dengan perguruan tinggi lain, termasuk di luar negeri, kita masih relatif tertinggal dalam konsep kewirausahaannya. Unpas akan lebih gencar mengusung entrepreneurship, sehingga gaung ini bisa mengakar mulai dari tataran universitas sampai ke prodi dan mahasiswa,” lanjutnya.
Ia berharap, program KBMI dan ASMI batch kedua yang akan digelar Februari 2022 mendatang akan diikuti lebih banyak mahasiswa. Kesempatan emas ini sayang untuk dilewatkan, apalagi wirausaha menjadi orientasi di masa depan.
“Saat ini, tingkat kompetitor di kalangan pencari kerja sudah begitu ketat, perbandingannya 1:400. Bayangkan, satu mahasiswa harus bersaing dengan 400 lulusan dari perguruan tinggi lain, jadi kemungkinan diterimanya sangat terbatas,” jelasnya.
Ditambah, memasuki era keterbukaan, kebutuhan perusahaan akan SDM semakin tinggi, sehingga daya kompetitor dan inovasiya juga makin beragam. Mahasiswa harus menyiapkan diri sedini mungkin karena standar kapabilitas dan kapasitas yang diperlukan bakal terus meningkat.
“Kewirausahaan menjadi solusi untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan ekonomi di Indonesia, khususnya bagi mahasiswa, komunitas, serta lingkup terkecil,” terangnya.
Selain pembinaan yang intens, kerja sama antara unsur pentahelix (akademisi, korporat, komunitas, pemerintah, dan media) juga dinilai penting. Program inkubator bisnis harus berkolaborasi dengan mitra, baik di internal maupun eksternal kampus.
“Kebetulan saya Humas di pentahelix Jawa Barat, sejauh ini sudah ada 17 perguruan tinggi yang siap berkolaboraksi. Kita juga akan bekerja sama dengan Badan Standardisasi Nasional (BSN) agar bisa melakukan kegiatan bersama-sama, bagaimana membuat pola standardisasi bagi mahasiswa yang sudah punya inovasi di produknya,” tutupnya. (Reta)*