BANDUNG, unpas.ac.id – Generasi muda perlu menegaskan kembali makna Sumpah Pemuda yang dideklarasikan pada 1928 dengan memberikan karya nyata bagi Indonesia.
Di era digital, nilai persatuan dan kesatuan yang terkandung dalam Sumpah Pemuda mesti digelorakan sebagai semangat juang untuk meningkatkan pengetahuan dan skill.
Menyemarakkan peringatan Sumpah Pemuda, Himpunan Mahasiswa (Hima) Pendidikan Kewarganegaraan (Hima PKnH) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pasundan menggelar webinar bertema “Aktualisasi Semangat Sumpah Pemuda dalam Konteks Era Digitalisasi”, Kamis (28/10/2021).
Webinar menghadirkan tokoh-tokoh kondang seperti Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, Budayawan Sunda Budi Dalton, Ketua KNPI Kota Bandung M. Edwin Khadafi, dan Staf Khusus Menteri Sekretariat Negara Faldo Maldini.
Sebagai narasumber inti, Emil Dardak menyampaikan, Sumpah Pemuda lahir dari keinginan membangun bangsa dan sikap merdeka untuk bebas dari pengekangan kolonialisme. Esensi semangat Sumpah Pemuda harus bisa dicermati generasi muda, terutama mahasiswa.
“Mereka percaya bahwa senasib seperjuangan akan mewujudkan tatanan yang lebih bijak. Kita adopsi semangatnya, jawab segala permasalahan dengan solusi. Jadikan masa sulit sebagai pembelajaran, penguatan mental dan karakter, serta ruang kreativitas bagi para pemuda,” tegasnya.
Menurutnya, keberanian pemuda kala itu patut diapresiasi, sebab mereka siap mengambil langkah yang sangat revolusioner dan spontan. Kini, sifat tersebut harus diwujudkan dengan integritas dan hati nurani, sekaligus modal untuk melakukan pergerakan.
“Sekarang, tidak ada gerakan yang dilakukan secara individual. Begitu pula dalam menciptakan terobosan melalui inovasi. Perlu diingat, inovasi tidak hanya berbicara soal hasil, melainkan rangkaian proses yang dimulai dari gagasan sekecil apapun,” imbuhnya.
Saat ini, banyak generasi muda yang tidak memiliki skill maupun keterampilan teknologi. Tantangan kian bertambah seiring dengan masifnya hoax, serta dampak negatif modernisasi dan globalisasi. Mereka yang termakan hoax digambarkan sebagai generasi yang tidak kritis dan minim kemampuan.
Tantangan ini dapat dipatahkan jika pemuda mempunyai kesadaran, kreativitas, dan wawasan global untuk selalu bertindak lokal (membumi) guna menyatukan potensi dan kemampuaan di bidang teknologi maupun berbagai disiplin ilmu.
“Kita harus mampu memberi warna dengan tekad, ilmu pengetahuan dan teknologi. Bangun network seluas-luasnya, jangan lagi mempersoalkan identitas kedaerahan, kesukuan, atau keagamaan. Saya yakin, pemuda punya kreativitas dan inovasi luar biasa dalam menciptakan peluang,” tutupnya. (Reta)*