BANDUNG, unpas.ac.id — Mahasiswi semester 8 Program Studi Pendidikan Biologi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pasundan (Unpas) Femi Syadela berhasil meraih juara dua dalam ajang pemilihan Duta Baca Kota Bandung 2025.
Keikutsertaannya kali ini merupakan bentuk keberanian untuk kembali mengeksplorasi potensi diri setelah sebelumnya pernah mengikuti seleksi Duta Baca Unpas tahun 2023. “Waktu itu saya merasa belum cukup, dan masih ingin belajar lebih banyak lagi. Akhirnya saya mencoba tantangan baru di tingkat kota,” ujar Femi, Jumat (13/6/2025).
Salah satu momen paling berkesan bagi mahasiswi Unpas ini selama proses seleksi adalah masa karantina. Ia merasakan kebersamaan dan semangat belajar bersama para finalis lain dari berbagai latar belakang pendidikan dan daerah. Kebersamaan ini membuatnya tumbuh dan semakin yakin akan peran penting literasi dalam menyatukan perbedaan.
Femi juga menyoroti tantangan utama dalam meningkatkan minat baca anak muda Bandung saat ini, yaitu kurangnya empati sosial sebagai bagian dari literasi sosial dan budaya. “Kemampuan literasi mereka sebenarnya sudah cukup baik. Namun, literasi sosial masih tertinggal, terutama karena pengaruh digitalisasi yang cepat mengubah kepribadian,” jelasnya.
Salah satu penulis yang sangat mempengaruhi Femi adalah J.R.R. Tolkien, penulis trilogi The Hobbit dan The Lord of the Rings. Ia mengaku karya-karya Tolkien membuka matanya bahwa sebuah tulisan bisa menjadi mahakarya yang nyata dan abadi.

Sebagai Duta Baca, Femi tidak hanya fokus pada kampanye membaca, tetapi juga mengusung program literasi inklusif. Salah satunya adalah Talk Netral (Netra Cerdas Digital), program literasi digital untuk penyandang tunanetra. Program ini memanfaatkan fitur TalkBack pada gawai untuk membantu kelompok tunanetra meningkatkan akses informasi dan kemampuan literasi digital.
“Empati menjadi nilai paling nyata yang saya dapatkan selama menjadi Duta Baca Kota Bandung. Literasi bukan hanya milik mereka yang memiliki kesempurnaan fisik, tapi juga milik semua orang yang percaya bahwa mereka bisa,” tegasnya.
Sebagai bagian dari generasi yang dekat dengan media sosial, Femi menyampaikan pesan-pesan literasi melalui konten kreatif seperti reels, thread, dan infografis yang ringan dan menarik. Ia percaya pendekatan ini efektif untuk menjangkau Gen Z dan milenial.
Dalam pandangannya, literasi digital harus dikolaborasikan dengan nilai-nilai kemanusiaan agar tetap memberi dampak positif. “Revolusi Industri 5.0 bukan hanya soal teknologi, tapi juga bagaimana kita mempertahankan sisi manusia dalam era digital ini,” katanya.
Harapan Femi ke depan, gerakan literasi di Bandung bisa lebih inklusif, menyasar tidak hanya anak-anak dan ibu rumah tangga, tapi juga kelompok disabilitas. “Mereka berhak mendapat perhatian dan pendekatan yang inovatif,” pungkasnya.
Untuk anak-anak dan remaja yang belum tertarik membaca, Femi berpesan bahwa membaca itu bukan soal seberapa tebal bukunya atau seberapa cepat kamu selesai. Tapi tentang membuka pintu ke dunia yang mungkin belum pernah kamu bayangkan sebelumnya.
“Literasi bukan milik mereka yang sempurna, tapi literasi adalah milik mereka yang percaya,” tutup Femi. (Rani)
