BANDUNG, unpas.ac.id – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Pasundan (Unpas) melalui Kabinet Tegar Berdikari telah sukses menyelenggarakan Seminar Nasional bertajuk “Perang Iran vs Israel: Memahami Konflik dan Membangun Perspektif Mahasiswa” pada Kamis (26/6/2025) di Aula Gelanggang Generasi Muda (GGM) Kota Bandung.
Dalam konteks penyelenggaraan seminar ini, penting untuk disadari bahwa meskipun konflik antara Iran dan Israel menjadi salah satu sorotan utama dalam dinamika geopolitik dunia, realitasnya masih banyak mahasiswa yang merasa bahwa isu ini jauh dari kehidupan mereka.
Banyak yang beranggapan bahwa perang tersebut tidak memberikan dampak langsung terhadap kehidupan akademik, sosial, maupun ekonomi mereka sebagai mahasiswa di Indonesia.
Padahal, konflik semacam ini tidak hanya berdampak pada sektor politik global, tetapi juga mencerminkan bagaimana dunia sedang berhadapan dengan krisis kemanusiaan, pertarungan ideologi, dan disrupsi tatanan internasional. Ketidakpedulian ini yang muncul dari asumsi bahwa “jauh berarti tidak relevan” perlu dikritisi secara akademis.
Seminar ini hadir untuk membongkar jarak tersebut. Mahasiswa harus menyadari bahwa pemahaman terhadap konflik internasional bukan hanya bagian dari pengetahuan global, tetapi juga menjadi landasan penting dalam membangun solidaritas, empati, dan kesadaran kritis terhadap nilai-nilai kemanusiaan universal.
Dalam era globalisasi yang saling terhubung, perang yang terjadi di Timur Tengah dapat berimbas pada stabilitas energi, politik luar negeri Indonesia, hingga dinamika sosial yang menyangkut nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.
Oleh karena itu, mahasiswa agar tidak terpengaruh dengan konflik internasional yang terjadi saat ini, melainkan harus dijadikan landasan penting dalam membangun solidaritas, empati, dan kesadaran kritis terhadap nilai-nilai kemanusiaan, karena dengan adanya kesadaran dari mahasiswa, maka akan membangun kesadaran media, kesadaran politik, dan kesadaran identitas.
Acara dimulai pukul 10.45 WIB dan menghadirkan para pemateri dari latar belakang akademik dan aktivis yang berkompeten di bidang hubungan internasional dan studi Timur Tengah. Seminar yang digelar BEM Unpas ini bertujuan memberikan ruang diskusi dan edukasi mendalam bagi mahasiswa terhadap eskalasi konflik antara Iran dan Israel yang berdampak luas terhadap geopolitik global dan solidaritas kemanusiaan.
Narasumber yang hadir antara lain:
- Dosen Hubungan Internasional Unpas Prof. Dr. Anton Minardi, S.IP., S.H., M.Ag.
- Founder AnthroIndonesia Tino Rila Sebayang, S.IP., M.Si.
- Dosen HI Universitas Komputer Indonesia Wimi Tohari Danieladi
- Menteri Kastrat BEM Unpas Rakha Al-Ghifari Gudiman
- Co-Founder Forum Judul Literasi Ridho Dawam Muklillah
Acara dipandu oleh moderator Aurora Mutiara Burhanudin, mahasiswi Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpas, dan dikomandoi oleh Yoga Tadiyalga Rapatror, mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Unpas sebagai Ketua Pelaksana kegiatan.
Dalam sesi pemaparannya, para narasumber mengangkat berbagai perspektif, mulai dari latar belakang historis, dinamika politik kawasan Timur Tengah, hingga implikasi konflik terhadap keamanan global serta peran mahasiswa dalam membangun kesadaran kritis dan empati kemanusiaan.
Peran Intelektual Muda Sangat Penting

Salah satu pemateri mahasiswa, Ridho Dawam Muklillah, menegaskan pentingnya peran intelektual muda dalam membentuk sikap publik atas isu-isu internasional. Dalam gagasannya, ia menyampaikan bahwa mahasiswa harus menjadi “penghubung nurani dunia”, yaitu agen moral yang mampu menerjemahkan tragedi global menjadi bahan refleksi dan gerakan lokal.
Ridho mengusulkan perlunya pembangunan “jaringan solidaritas kampus” lintas negara dan komunitas internasional yang fokus pada advokasi damai, literasi konflik, dan diplomasi warga (citizen diplomacy). Menurutnya, hal ini dapat dimulai dengan memperkuat budaya baca, diskusi lintas disiplin, serta kolaborasi antarorganisasi mahasiswa.
“Kita tidak perlu menjadi negara adidaya untuk membela nilai-nilai kemanusiaan. Cukup dengan keberanian menyuarakan, konsistensi memahami, dan keberpihakan terhadap perdamaian,” ungkapnya dalam forum.
Ketua Pelaksana, Yoga Tadiyalga, menyampaikan bahwa seminar ini merupakan bentuk kontribusi nyata mahasiswa Universitas Pasundan dalam merespons isu-isu global secara kritis dan akademis. “Kami ingin menjadikan ruang akademik sebagai tempat belajar, berdiskusi, dan menyuarakan kepedulian terhadap kemanusiaan,” ujarnya.
Dosen Hubungan Internasional Universitas Pasundan, Prof. Dr. Anton Minardi, S.I.P. S.H.,M.Ag dalam pemaparannya menyampaikan bahwa mahasiswa diharapkan tidak hanya memiliki kesadaran kritis tetapi juga mampu mengaktualisasikan kesadaran itu melalui riset pendidikan, diskusi, dan mahasiswa dapat menjadi informasi yang objektif.
“Mahasiswa harus menjadi “agent of change” ditengah isu global dan eskalasi geopolitik yang kompleks saat ini,” paparnya.
Dengan dihadiri ratusan peserta dari berbagai kampus di Kota Bandung, acara ini menjadi momentum penting dalam memperkuat literasi geopolitik dan mengasah sensitivitas mahasiswa terhadap dinamika internasional yang kompleks, serta tidak terpengaruh provokasi isu konflik global. (*)
