BANDUNG, unpas.ac.id – Universitas Pasundan lewat sinergi dan kolaborasi pentahelix terus berupaya memelihara, serta terlibat dalam implementasi program Citarum Harum.
Berbagai program pemeliharaan Sungai Citarum yang melibatkan unsur civitas akademika telah dilakukan Unpas sejak tahun 2013.
Keseriusan Unpas dalam mendukung keberlanjutan program Citarum Harum juga diupayakan melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan Panglima Kodam III/Siliwangi Mayjen TNI Kunto Arief Wibowo, Kamis (13/7/2023).
Pada kesempatan yang sama, Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Unpas turut menandatangani MoU dengan Komandan Sektor 7 Citarum Harum untuk menangani dan membantu pengembangan mesin olah runtah (motah) yang selama 4 bulan terakhir beroperasi di Sektor 7 Citarum Harum.

Menurut Rektor Unpas Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom., IPU., sinergi pentahelix dinilai tepat dan terbukti mengurangi tingkat pencemaran Sungai Citarum, dari yang sebelumnya tercemar berat dan dilabeli sungai terkotor di dunia, kini berstatus tercemar ringan.
“Sinergi multi pihak harus disosialisasikan dan diinternalisasikan untuk menjawab ego sektoral, sehingga upaya pengendalian pencemaran dan kerusakan DAS Citarum tidak berhenti di tahun 2025 sesuai batas akhir masa berlaku Perpres Nomor 15/2018,” jelasnya.
Peran Unpas
Dalam 10 tahun terakhir, Unpas aktif membina dan memberdayakan masyarakat Desa Cibeureum, Kecamatan Kertasari dengan menerjunkan dosen dan mahasiswa untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup, hingga masalah kesehatan seperti pencegahan stunting.
“Masyarakat diajarkan cara mengelola sampah hasil pertanian untuk dijadikan pelet ikan dan makanan ternak yang memiliki nilai guna. Mahasiswa Unpas juga berkontribusi merevitalisasi bantaran Sungai Citarum dengan menanam pohon alpukat,” ujar Rektor.

Terkait pengembangan mesin olah runtah, Unpas siap menyediakan sumber daya riset, sehingga teknologi tepat guna bisa dihilirisasi dan menjadi solusi agar sampah habis di darat dan tidak melimpah ke sungai.
Perkuat Pentahelix
Sementara itu Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Kunto Arief Wibowo menyebut, program Citarum Harum sudah memiliki tupoksi yang jelas, termasuk sistem pentahelix dari hulu ke hilir.
“Lakukan dan lanjutkan apa yang telah dikerjakan. Kalau muncul persoalan, hadapi dan selesaikan. Rumuskan kembali solusinya dan bangun komunikasi yang baik. Kita tahu, kolaborasi pentahelix jadi nilai yang luar biasa, apalagi ada akademisi sebagai tambahan referensi. Dari kolaborasi ini, akan muncul rumusan baru yang menentukan cara bertindak selanjutnya,” tuturnya.

Hal serupa disampaikan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Ir. Bastari, M.Eng. Kolaborasi pentahelix memang diperlukan guna menggaungkan kembali Citarum Harum sampai berlanjut pasca 2025.
“Setelah Covid-19 berakhir, indeks kualitas air di Sungai Citarum menurun karena industri sudah aktif lagi. Maka perlu komitmen dan upaya seluruh pihak supaya status cemarannya tidak naik menjadi tercemar berat. Bersama masyarakat dan akademisi, kita lakukan dan perbaiki dari sumbernya,” tandasnya. (Reta)**
