BANDUNG, unpas.ac.id – Universitas Pasundan (Unpas) dan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) telah melakukan berbagai upaya kolaboratif untuk mewujudkan ketahanan pangan dan Energi Baru Terbarukan (EBT).
Unpas dan PTDI telah membangun Shorgum Center. Dalam hal ini Unpas sebagai kepala pelaksana research & development teknologi pertanian. Sementara PTDI yang melakukan industrialisasi dan automasi mesin pengolahan sorgum.
Pada Hari Ulang Tahun PTDI ke-48, pihaknya memberikan penghargaan untuk Unpas dan Paguyuban Pasundan. Selain itu PTDI juga menandatangani nota kerjasama (MoU) yang diselenggarakan di halaman Gedung PTDI, Jalan Husein Sastranegara, Bandung beberapa waktu lalu.

Dekan Fakultas Teknik Unpas Prof. Dr. Ir. Yusman Taufik, M.P mewakili Unpas untuk penandatanganan MoU. Sementara Paguyuban Pasundan diwakili Ketua Umum Pengurus Besar Paguyuban Pasundan Prof. Dr.H.M Didi Turmudzi M.Si.
Menurut Direktur Utama PTDI Gita Amperiawan penghargaan ini diberikan karena Unpas adalah kampus yang konsisten dalam mengembangkan sorgum sejak lama. Tidak hanya sorgum, Unpas juga memiliki kelompok taninya. Sedangkan MoU dengan Paguyuban Pasundan karena PTDI akan menggunakan lahan yang ada di Jawa Barat. Peran besar Paguyuban Pasundan nantinya akan menjadi pengayom di masyarakat.
Pengembangan Berbagai Produk

Dekan Fakultas Teknik Unpas mengatakan kerjasama ini tentang pegembangan berbagai macam produk, terutama dari Sorgum. Kemudian pengembangan berikutnya yaitu ke kacang Sanca Ichi. Tanaman tersebut Prof. Yusman menyebut sangat mendukung dalam pengembangan burung.
“Pohon ini akan mengembangbiakan burung dan kacangnya bisa kita gunakan untuk produk-produk pangan. Khususnya untuk mengurangi stunting, karena kandungan proteinnya di kacang ini cukup tinggi, kemudian ada kandungan Omega 3,6 dan 9 yang akan meningkatkan daya IQ anak-anak,” katanya yang dilansir dari Pasjabar.
Sementara itu, Ketua Umum PB Paguyuban Pasundan menyampaikan kerja sama ini sangat strategis. Selain itu menjadi salah satu solusi bagi kelangkaan pangan di Indonesia
Prof. Didi berharap dari segi pemasaran ini bisa dibentuk oleh Departemen dan dinas terkait lain. Sehingga yang terkait dengan kelangkaan pangan ini di Indonesia paling tidak akan terjadi minimalisasi atau berkurang.
“Karena bagaimanapun juga kita tidak harus slalu bergantung pada beras karena lahan beras itu sudah jadi lahan industri saat ini,” tandasnya. (Rani*)
