BANDUNG, unpas.ac.id — Unit Pelayanan Kesehatan Universitas Pasundan (Unpas) menyelenggarakan talkshow bertajuk “Survive and Thrive: Seni Beradaptasi di Dunia Kampus” di Aula Mandala Saba Ir. Otto Iskandardinata, Kampus IV Unpas Setiabudi, Rabu (26/11/2025). Kegiatan ini menjadi salah satu rangkaian perayaan Dies Natalis ke-65 Unpas dan dihadiri oleh mahasiswa Unpas dari berbagai fakultas.
Wakil Rektor Bidang Penelitian, Inovasi, PPM, Kewirausahaan, Kerja Sama, dan Dana Usaha Unpas, Prof. Dr. H. M. Budiana, S.IP., M.Si., mengajak mahasiswa untuk memanfaatkan kegiatan ini sebaik-baiknya karena para narasumber memiliki pengalaman yang luar biasa. Ia juga menekankan pentingnya kemampuan beradaptasi dalam kehidupan kampus.

“Misi dari kampus ini bisa menjadi jalan keluar terhadap persoalan ketahanan mahasiswa untuk beradaptasi di dunia kampus,” ujarnya.
Ketua Unit Pelayanan Kesehatan Unpas, dr. Anna Amaliana, Sp.KJ., menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya forum yang bertujuan mendukung kesehatan mental, kesiapan akademik, serta kemampuan adaptasi mahasiswa.

Ia menjelaskan bahwa tema dipilih berdasarkan dinamika akademik yang semakin kompleks. Menurutnya, mahasiswa membutuhkan ketangguhan fisik dan mental agar tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga berkembang.

Kegiatan ini diharapkan menjadi ruang aman dan ruang dialog bagi mahasiswa untuk memahami strategi adaptasi, serta manajemen diri.
“Kami berharap mahasiswa memperoleh wawasan baru dan keterampilan praktis dalam menjaga kesehatan fisik, mental, dan emosional,” ujarnya.

Bangun Adab, Percaya Diri, dan Jaringan
Sekretaris IKA FH Unpas yang juga merupakan Advokat, Boyke Luthfiana Syahrir, S.H., M.H., membagikan pengalaman pribadinya dalam perjalanan akademik. Ia menekankan bahwa adab lebih penting daripada kepintaran.
“Belum tentu kita cerdas, kita pintar adab. Tapi ada juga yang biasa saja namun adabnya baik,” ucapnya.

Boyke juga mengajak mahasiswa untuk bangga terhadap almamater, tidak mudah menghakimi, serta membangun jaringan dengan siapa pun. Menurutnya, kesuksesan banyak bertumpu pada kemampuan membangun relasi.
“Jangan malu, tetap percaya diri. Ketika jaringan luas, kesempatan akan datang,” pesannya.

Survive dan Thrive untuk Hadapi Transisi Masa Dewasa
Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Unpas sekaligus Wakil Ketua KPID Jabar yang aktif sebagai Content Kreator Edukasi, Dr. Almadina Rakhmaniar, S.Psi., M.I.Kom., CPS, CDM., memaparkan bahwa mahasiswa berada pada fase transisi menuju kedewasaan yang penuh tantangan.
Ia menguraikan strategi survive, seperti manajemen waktu (prioritas, metode Pomodoro), pengelolaan stres (journaling, olahraga, tidur cukup), belajar aktif, komunikasi proaktif, serta mengenali batas diri untuk mencegah burnout.

Sementara strategi thrive yaitu bergabung dengan organisasi/komunitas, membangun skill dan peluang, memperkuat networking, dan mengembangkan personal branding.
“Kampus bukan hanya tempat menuntut ilmu, tetapi membentuk versi terbaik dari diri sendiri,” tegasnya.
Kekuatan Mental dan Pentingnya Mekanisme DEKAP

Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RSUD Cikalongwetan yang juga Psikiater Ruang Empati Jiwa, dr. Zulfitriani, Sp.KJ., menjelaskan definisi kesehatan mental berdasarkan UU No. 18 Tahun 2014. Ia mengatakan pentingnya mengenali kekuatan mental diri agar mampu beradaptasi dengan baik.
Untuk itu, ia memperkenalkan konsep DEKAP (Dengarkan, Empati, Kerjakan, Pertahankan) sebagai metode memperkuat ketahanan mental mahasiswa.

Seni sebagai Katarsis untuk Mengelola Emosi
Dosen Seni Rupa FSRD Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Ira Adriati, S.Sn., M.Sn., membawakan materi mengenai “Ekspresi Seni: Media Katarsis”. Ia menggambarkan kehidupan mahasiswa yang penuh dinamika dan emosi negatif seperti stres akademik, kesepian, patah hati, hingga konflik.
Menurutnya, kendali selalu berada pada diri sendiri. Seni dapat menjadi media katarsis, seperti: mendengarkan musik, mencoret warna di kertas, menulis jurnal hingga membuat konten kreatif.

Kreativitas, menurutnya membantu seseorang mencapai aktualisasi diri, meningkatkan kepercayaan diri, dan menumbuhkan self-love.
Kegiatan talkshow ini ditutup dengan diskusi interaktif, memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berinteraksi langsung dengan para narasumber. Acara juga berjalan hangat dan edukatif, memperkaya perspektif mahasiswa mengenai strategi adaptasi dan kesehatan mental di dunia kampus. (Rani)
