Dalam perjalanan usia 107 tahun, Paguyuban Pasundan bukan hanya tampil sebagai organisasi masa yang besar melainkan sudah masuk ke organisasi atau institusi yang “lincah” (agail). Jadi, domain Paguyuban Pasundan adalah organisasi yang “Lincah”.
Salah satu buktinya adalah, meskipun pandemik Covid-19, Paguyuban Pasundan terbukti tetap bisa meningkatkan perannya memerangi kebodohan dan kemiskinan sesuai dengan visi dan misinya.
“Jadi, visi misi yang dideklarasikan, “digedurkeun” (Sunda) oleh para pendirinya sejak 107 yang lalu hingga kini masih relevan,” demikian disampaikan Ketua Bidang Organisasi PB Paguyuban Pasundan Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom pada acara pelantikan jajaran Pengurus Cabang Paguyuban Pasundan Kabupaten Sukabumi, Sabtu 24 Oktober 2020.
Karena masih dalam situasi pandemik Covid-19, pelantikan dilaksanakan secara terbatas dan sederhana di komplek pendidikan Mutiara Terpadu, Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi. Jumlah yang hadir sekira 60 orang, hanya terdiri dari pengurus yang dilantik, panitia, Komda Wilayah II Paguyuban Pasundan Dr. Abah Ruskawan dan beberapa orang perwakilan dari PB Paguyuban Pasundan. Bahkan, pejabat Pemkab Sukabumi yang hadir hanya Pj. Sekda Kabupaten Sukabumi.
Jajaran pengurus yang dilantik terdiri dari Ketua Dr. Maman Abdurahman (Kepala Bappeda Kabupaten Sukabumi), Wakil Ketua Dr. Awan Setiawan, Sekretaris Aep Majmudin, M.M Wakil Sekretaris Iyan Mulyana, M.Si. Bendahara Ir. H. Yayan. Wakil Bendahara H. Rosad Furqon, M.Pd, serta sejumlah pengurus bidang. Pada waktu bersamaan, dilantik pula jajaran SAR-nya Paguyuban Pasundan yakni ”Jaga Bala” Paguyuban Pasundan.
Prof. Eddy Jusuf yang juga Rektor Universitas Pasundan mengemukakan bukti bahwa Paguyuban Pasundan organisasi yang besar dan lincah adalah terus berkembangnya 4 perguruan tinggi yakni Universitas Pasundan, Sekolah Tinggi Hukum Pasundan, STKIP Pasundan dan STIE Pasundan. Universitas Pasundan, misalnya, meskipun pandemik Covid-19 namun mahasiswa baru tahun akademik 2020-2021 tidak berkurang dari tahun yang lalu yakni 4.250 orang. Demikian pula di tingkat pendidikan dasar dan menengah, Paguyuban Pasundan memiliki 120 sekolah (SD, SMP, SMA, SMK).
”Sedangkan untuk memerangi kemiskinan, Paguyuban Pasundan telah mendirikan puluhan UMKM, Bank Perkreditan Rakyat, biro perjalanan dan beberapa bidang garapan lainnya,” katanya.
Meskipun demikian, ada ”pekerjaan rumah” bagi Paguyuban Pasundan yakni masih rendahnya Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat pendidikan tinggi di Indonesia yang baru mencapai 34%. Artinya, rasio antara penduduk usia kuliah dan yang meneruskan ke perguruan tinggi masih 34%. ”Itulah pekerjaan rumah Paguyuban Pasundan untuk meningkatkan APK,” katanya. Namun demikian, angka APK di tingkat pendidikan dasar dan menengah sudah mencapai 80%.
Bukti “keparigelan” Paguyuban Pasundan lainnya adalah organisasi ini bukan saja sudah merebak ke setiap provinsi, kabupaten kota di Indonesia melainkan sudah ada cabang di mancanegara, antara lain di Jepang, Australia, Amerika, Singapura, dan dalam waktu dekat akan diresmikan cabang dan komisariat di Korea dan di China. Bahkan di Guangdong University of Foreign Studies (GDUFS), Guangzou, China, sudah ada “Pasundan Korner” yang akan dikembangkan menjadi Cabang atau Komisariat Paguyuban Pasundan.
“Saat ini organisasi yang akan terus berkembang dan tetap bertahan bukan organisasi yang berstatus besar saja melainkan harus lincah,” kata Prof. Eddy Jusuf.***