BANDUNG, unpas.ac, id – “Menjadi guru berarti memutuskan untuk ambil peran dalam menentukan masa depan bangsa. Tugas guru bukan sekadar mengajar, namun juga mengawal dan mendidik supaya generasi muda bisa bermanfaat bagi kemajuan negeri.”
Begitu kiranya prinsip yang senantiasa dipegang teguh oleh Dra, Ida Yuniati Surtika, MM., alumni angkatan 1984 program studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Pasundan yang telah berkiprah di dunia pendidikan menengah selama lebih dari tiga dasawarsa.
Meski tidak dibekali kompetensi pedagogik dari program studi yang diambil, Ida memutuskan untuk berkarier sebagai guru karena merasa memiliki passion dan mampu mengembangkan diri jika terjun di bidang pendidikan.
Cerita Perjalanan Ida, Pengabdian Berbuah Manis
Sebelumnya, Ida sempat bekerja di perusahaan, namun beberapa kali berganti tempat karena tidak betah. Ida kemudian beralih mengajar di sekolah menengah dengan status honorer sembari mendaftar seleksi CPNS. Gayung bersambut, Ida dinyatakan lolos dan resmi diangkat pada 1992.
Usai lolos seleksi CPNS, Ida ditempatkan di SMKN 1 Cianjur. Beruntung, kompetensi keahlian di sekolah tersebut berbasis bisnis dan manajemen, sehingga masih berhubungan dengan bidang ilmunya. la bahkan dipercaya sebagai Wali Kelas sekaligus Ketua Program Keahlian.

“Kurang lebih 15 tahun mengajar, saya diamanahi untuk menjadi Wakil Kepala Sekolah. Dari situlah saya mulai belajar tentang manajemen dan kepemimpinan. Saya juga pernah ikut pemilihan guru berprestasi tingkat kabupaten, tapi waktu itu harus puas berada di posisi 10 besar, ” katanya.
Melihat peluang dan didorong keinginan untuk berkembang, Ida lantas mendaftar seleksi kepala sekolah pada 2011. Ida lolos dan dipindahkan ke SMKN 1 Tanggeung setelah 20 tahun mengabdi di SMKN 1 Cianjur.
Di SMKN 1 Tanggeung, Ida dihadapkan dengan kompetensi keahlian yang lebih variatif dari sekolah sebelumnya, seperti otomotif, peternakan, dan pertanian. Hal ini menuntut Ida untuk beradaptasi dan mendalami karakteristik masing-masing kompetensi keahlian.
Menghadapi peran dan lingkungan baru, pencapaian Ida baik secara personal maupun dalam pengembangan lembaga justru semakin baik. Kiprah Ida membuat SMKN 1 Tanggeung meningkat signifikan dari segi kualitas dan kuantitas siswa.
“Dalam perjalanan saya di SMKN 1 Tanggeung, saya memperoleh penghargaan pengelolaan keuangan terbaik, peringkat1 Kepala Sekolah Berprestasi Provinsi Jawa Barat, hingga berkesempatan menjadi satu dari 35 Kepala Sekolah yang diberangkatkan ke Adelaide University Australia untuk mengikuti Forum Group Discussion (FGD),” tuturnya.
Eksis di Tingkat Nasional dan Internasional
Selain penghargaan di tingkat provinsi, Ida juga mendapatkan penghargaan dari Bupati Cianjur dan diberikan reward untuk mutasi ke wilayah kota. Sedikit ke utara, Ida ditempatkan di SMKN 1 Cipanas yang lagi-lagi berbeda kompetensi keahlian.
Di SMKN 1 Cipanas, Ida menggarap berbagai program dan berupaya mengawal siswa untuk berpartisipasi di lomba-lomba tingkat nasional, menjalin kerja sama dengan luar negeri, menyusun kurikulum sinkronisasi, dan membangun kela industri.
“Menariknya, ketika saya masuk, SMKN 1 Cipanas belum pernah tembus ke level nasional. Alhamdulillah, seiring berjalannya waktu, SMKN 1 Cipanas bisa meraih juara di Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FL2SN). Ini pertama kalinya SMKN 1 Cipanas sampai ke level nasional dan
sampai sekarang prestasinya makin melonjak,” imbuhnya.

Di sekolah mana pun Ida memimpin, selalu ada prestasi yang ditorehkan. Saat ini, perjalanan Ida bermuara di SMKN 1 Pacet. Kerja keras Ida mengantarkan SMKN 1 Pacet melenggang ke tingkat internasional, tepatnya mewakili Indonesia di Pameran FoodEx Japan 2019 yang diikuti 288 negara.
“Di SMKN 1 Pacet, saya mendapat peringkat 1 ketika melaksanakan kegiatan di GTK Kemendikbud untuk sekolah revitalisasi dan Anugerah CEO SMK. Lembaganya sendiri meraih Wawasan Wiyata Mandala, predikat Sekolah Sehat Jawa Barat, dan Sekolah Model Pertanian Nasional” jelasnya.
Menjelang masa pensiunnya, Ida mendorong kepada guru dan siswa untuk terus mengembangkan soft skill, produktif, kreatif, dan inovatif. la berharap, siswa tidak hanya jadi tenaga operator, tapi menempati jenjang karier yang lebih tinggi, atau minimal berwirausaha.
“Walaupun hampir pensiun, tapi semangat saya untuk membangun pendidikan tetap tinggi. Saya mengajak alumni Unpas dan siapa pun, ayo manfaatkan peluang untuk berkarya dan berkreasi, lakukan segala sesuatu dengan penuh percaya diri dan tanggung jawab, tingkatkan kerja sama dan
kolaborasi agar terwujud aksi yang maksimal,” tutupnya. (Reta)*