
BANDUNG, unpas.ac.id – Ketegangan akibat konflik Rusia dan Ukraina yang bergulir sejak Februari 2022 mengakibatkan instabilitas di sektor ekonomi, bahkan memicu kenaikan harga sejumlah komoditas. Dampak tersebut tidak hanya dirasakan Indonesia, tapi juga berbagai negara di dunia.
Hal ini kemudian dibahas dalam kegiatan pencerahan bertema “Perspektif Konflik Rusia-Ukraina dan Dampaknya pada Geopolsosek Indonesia”. Kegiatan digelar di Mandala Saba Ir. H. Djuanda, Kampus II Universitas Pasundan, Senin (25/7/2022) dalam rangka Milangkala Paguyuban Pasundan ke-109.
Kegiatan ini mengundang Mantan Duta Besar RI untuk Qatar sekaligus Dosen President University Dr. KH. Abdul Wahid Maktub selaku pembicara. Ia menilai, dampak konflik Rusia-Ukraina mesti dilihat dari sisi krisis yang berdampak pada kemanusiaan.

Rektor Unpas Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom., IPU. menyebut, konflik Rusia-Ukraina menyebabkan ketidakstabilan pangan dan depresiasi rupiah terhadap dolar. Konflik Rusia-Ukraina yang semakin kalut harus dibarengi kemampuan menghadapi dampak geopolsosek.
“Di antaranya dengan menguasai literasi big data, literasi teknologi, dan terpenting literasi humanis. Literasi humanis jadi pengawal produk-produk literasi big data dan literasi teknologi karena sangat mengedepankan moral dan etika,” terangnya.
Butuh cara pandang baru
Untuk menyikapi konflik Rusia-Ukraina di era disruptive technology, perlu perubahan dan cara pandang baru (new vision), salah satunya dengan meng-upgrade pemikiran agar lebih kritis dan eksplanatif.
“Kita tidak bisa mengandalkan teori, tapi juga praktik. Bagaimana mengendalikan masa depan, menyusun estimasi, dan kalkulasi. Kaji informasi selengkap dan sedalam mungkin guna memetakan kemungkinan yang akan terjadi,” tutur Abdul Wahid Maktub.
Konflik Rusa-Ukraina juga bisa disikapi dengan membentuk paradigma baru berbasis glocal (global dan lokal). Apalagi, masyarakat dunia kini memasuki kondisi yang di dalamnya terdapat peluang dan tantangan baru.

“Kita dituntut memberikan jawaban baru yang inovatif dan kreatif. Kita juga perlu melakukan self reform. Dengan begitu, akan muncul kepercayaan dan ketahanan diri yang konsepnya sama seperti negara, kepercayaan diri berubah menjadi ketahanan diri,” jelasnya.
Lebih lanjut, Abdul Wahid Maktub menyampaikan, chaos nya keadaan dunia saat ini membuka kesempatan Islam untuk tampil dan membawa pemikiran baru sebagai solusi masalah yang terjadi.
“Indonesia memiliki populasi Muslim terbesar di dunia. Semestinya Indonesia dapat memberi kontribusi dan solusi untuk permasalahan dunia. Suara moral kita tinggi,” tegasnya. (Reta)**

