BANDUNG, unpas.ac.id – Gempuran budaya global tak menyurutkan semangat anggota Lingkung Seni Mahasiswa (Lisma) Universitas Pasundan untuk menghidupkan kembali seni tradisional yang mulai tergerus zaman.
Pementasan wayang golek dengan lakon Rahwana Gugur menjadi bukti keseriusan Lisma Unpas dalam menjaga eksistensi budaya lokal, khususnya kesenian Sunda.
Rahwana Gugur menggambarkan kisah tragis Rahwana, raja yang dikenal dalam cerita Ramayana. Cerita diambil dari sejarah Rahwana yang tergila-gila pada Dewi Sinta. Dengan kehausan akan kecantikannya, Rahwana rela mengorbankan anak dan saudaranya sendiri di medan perang.
Rahwana digambarkan sebagai seorang raja kaya yang hanya memikirkan kepuasan nafsunya tanpa memperhatikan kesejahteraan rakyatnya.
“Melalui pementasan ini, unit Kesenian Daerah Sunda (KDS) Lisma Unpas ingin menyampaikan pesan moral kepada penonton, bahwa kekayaan materi adalah nikmat sesaat. Kalau kita mengikuti hawa nafsu, yang akan didapat hanya penyesalan,” jelas Koordinator KDS Isna Septiani, Sabtu (24/6/2023).
Pementasan Rahwana Gugur disiapkan selama tiga minggu. Dengan kerja keras seluruh anggota, pementasan wayang golek perdana yang berlangsung di Plaza Kampus II, Tamansari sukses menghibur penonton dari berbagai kelompok umur.
“Ada sepuluh nayaga dan lima penari yang terlibat dalam pementasan wayang golek. Pembagian peran dilakukan berdasarkan minat dan bakat yang dimiliki masing-masing anggota,” sambungnya.
Dalang yang membawakan lakon Rahwana Gugur, Rival Awalludin juga anggota KDS Lisma Unpas. Ia memang menguasai bahasa Sunda dan aktif di sanggar untuk mempelajari seni wayang.
Lisma Unpas berharap, pementasan ini dapat memopulerkan seni wayang golek yang hampir punah karena kurangnya minat dan minimnya upaya pelestarian di kalangan generasi muda.
Padahal, sejak 2003, wayang golek telah mendapat perhatian sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO.
Ke depan, Lisma Unpas berencana untuk berkolaborasi dengan pegiat seni yang ada di Kota Bandung, sehingga seni tradisional terus berkembang dan diapresiasi masyarakat.
“Kami harap, minat dan atensi masyarakat terhadap seni tradisional, khususnya wayang golek bisa tumbuh kembali,” harapnya. (Reta)**