BANDUNG, unpas.ac.id – Universitas Pasundan membuka penyelenggaraan Diklat Peningkatan Keterampilan dan Teknik Instruksional (Pekerti) Batch 3 secara daring untuk dosen di seluruh Indonesia. Partisipasi peserta mencapai 448 orang dari 163 perguruan tinggi. Jumlah tersebut meningkat sebanyak 24 orang dibandingkan batch sebelumnya.
Seperti diketahui, Diklat Pekerti bertujuan meningkatkan kompetensi dan profesionalisme dosen, terutama kemampuan pedagogik dan kepribadian sosial yang sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, serta UU Guru dan Dosen.
“Instruktur Diklat Pekerti Batch 3 Unpas berjumlah 60 orang yang mayoritas merupakan guru besar, fasilitator 22 orang, dan helpdesk 14 orang. Diklat akan berlangsung selama enam hari, terhitung mulai 16-21 September 2021,” ujar Ketua Pelaksana Diklat Pekerti Unpas Dr. Cartono, S.Pd., M.Pd, M.T., Kamis (16/9/2021).
Instruktur yang terlibat merupakan pakar di bidangnya. Dari internal Unpas meliputi Ketua Umum Paguyuban Pasundan Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi, M.Si., Rektor Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuy Sp, M.Si., M.Kom., IPU., para Wakil Rektor, dan dosen senior.
Sementara dari eksternal melibatkan Rektor Telkom University, Rektor International Women University (IWU), Warek I Universitas Komputer Indonesia (Unikom), dan guru besar dari berbaga perguruan tinggi yang bermitra dengan Unpas.
Pada sambutannya, Rektor Unpas Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuy Sp, M.Si., M.Kom., IPU. menyampaikan peranan perguruan tinggi dan dosen dalam upaya pembangunan SDM yang kompeten. Perubahan tatanan ekonomi, sosial, dan politik menjadi tantangan sekaligus peluang bagi perguruan tinggi untuk memainkan peran strategisnya dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas.
“Dosen sebagai pendidik profesional dan ilmuwan mempunyai tugas utama dalam mentransformasikan ilmu pengetahuan, melakukan penelitian dan pengabdian, serta berkontribusi mencetak lulusan yang berdaya saing dan berdaya serap untuk beradaptasi dengan dunia kerja atau penciptaan lapangan kerja,” tegasnya.
Menurutnya, dosen yang kompeten wajib menguasai kemampuan pedagogik dan bersikap profesional. Dosen berperan penting dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses, melakukan penilaian hasil, hingga membimbing peserta didik.
“Upaya pengembangan diri menjadi dosen yang profesional mengacu pada penguasaan materi pembelajaran, melaksanakan tanggung jawab Tri Dharma Perguruan Tinggi, dan mampu mengubah teaching university menjadi learning university,” jelasnya.
Plt. Ketua LLDIKTI Wilayah IV Jawa Barat-Banten Ir. Dharnita Chandra, M.Si turut memberikan pembekalan kepada peserta Diklat Pekerti Batch 3 Unpas, khususnya mengenai syarat dosen profesional dan etika profesi dosen.
“Dalam menjalankan perannya, dosen harus memiliki skill, pengetahuan, dan attitude. Lebih dari itu, dosen wajib mengimplementasikan etika profesi, yaitu menjadi seorang teladan, berwawasan luas, terbuka akan ilmu yang dimiliki, tidak menjadikan kegiatan belajar mengajar sebagai bisnis yang berorientasi materi, serta mempermudah dan menghargai peserta didik,” terangnya.
Terakhir, Ketua PB Paguyuban Pasundan Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi, M.Si.memberikan pengarahan seputar agama, budaya, dan pendidikan. Hal ini penting mengingat masifnya interaksi kultural dan pergeseran nilai, juga perubahan sikap dan perilaku masyarakat.
“Paradoks inilah yang menyebabkan munculnya problem sosial, seperti kesenjangan kehidupan ekonomi, maraknya kejahatan, sikap otoritarian, intoleransi, nir etika politik, dan kerakusan. Selain itu, kapitalisme, konservatisme, neo liberalisme, dan ideologi lainnya yang tidak tampak membuat pendidikan di Indonesia terpisah dari aspek akhlak, moral, dan budaya,” jelasnya.
Dengan demikian, respon dunia pendidikan sangat diperlukan. Di antaranya dengan melakukan pembenahan kurikulum, memperkuat akhlak dan budaya lokal, mengembangkan teknologi informasi dan sistem evaluasi penjaminan mutu sebagai respons terhadap realitas global.
“Pendidikan juga harus lebih peka dan sensitif pada kondisi atau realitas sosial. Nilai-nilai Pancasila perlu diperkuat sebagai penyaring serangan ideologi negatif yang saat ini banyak terjadi di media sosial,” pungkasnya. (Reta)*