Sekjen Paguyuban Pasundan Dr. H. Dedi Hadian mengawali tabur bunga memperingati 72 tahun wafatnya pahlawan nasional Rd. Oto Iskandar Di Nata, di Pasir Pahlawan, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Rabu 20 Desember 2017.*
Keluarga Besar Paguyuban Pasundan, termasuk Keluarga Besar Universitas Pasundan, memperingati gugurnya pahlawan nasional Rd. Oto Iskandar Di Nata ke 72 tahun, pada Rabu 20 Desember 2017. Upacara dilaksanakan di Pasir Pahlawan, Lembang, Kabupaten Bandung Barat sebagai tempat sombolik “disemayamkannya” sang pahlawan nasional itu karena jasadnya hingga sekarang tidak pernah ditemukan setelah dibunuh di Pantai Mauk, Tangerang, 72 tahun yang lalu.
Upacara kali ini amat sangat sederhana jika dibandingkan dengan upacara tahun-tahun sebelumnya yang dilaksanakan oleh Paguyuban Pasundan. Tahun-tahun sebelumnya selalu diadakan upacara resmi penghormatan kepada pahlawan, namun sekarang dilakukan secara sederhana, antara lain karena murid-murid sekolah (SMP dan SMA Pasundan) yang biasa jadi peserta upacara sedang libur.
Upacara dipimpin oleh Sekjen Paguyuban Pasundan Dr. H. Dedi Hadian, mewakili Ketua Umum yang sedang sakit, ditandai dengan doa bersama dan tabur bunga. Hadir pada upacara itu Rektor Unpas Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom, para Wakil Rektor Unpas, para Dekan di Unpas, Ketua STIE Pasundan Dr. Dudung Juhana, MM, para pengurus inti Paguyuban Pasundan, serta peserta upacara lainnya.
Paguyuban Pasundan melaksanakan upacara memperingati gugurnya pahlawan nasional Rd. Oto Iskandar Di Nata setiap tanggal 20 Desember. Hal itu dikarenakan Oto Iskandar Di Nata adalah salah satu Ketua Umum Paguyuban Pasundan pada masa kemerdekaan 1929-1942. Dengan demikian, sangat erat kaitan emosionalnya dengan Paguyuban Pasundan.
Oto Iskandar mendapat julukan Si Jalak Harupat karena keberaniannya melawan penjajah Belanda. Ia juga pernah menjabat Menteri Negara pada Kabinet Pertama Republik Indonesia tahun 1945 dan pencetus pekik “Merdeka” yang amat populer pada masa perang kemerdekaan sebagai pembakar semangat. Hingga kini pekik “Merdeka” sering dipakai oleh masyarakat Indonesia.***