Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar, berpendapat bahwa Akademi Budaya Sunda Universitas Pasundan bisa menjadi inspirasi sebuah gerakan kebudayaan. “Saya berpikir spontan saja, karena bagi saya Akademi Budaya Sunda Unpas sangat menarik,” katanya, ketika menerima kunjungan pengelola dan para Manggala Akademi Budaya Sunda Unpas di kediaman resminya, Jl. Ir. H. Juanda, Bandung, awal Maret 2016. Pengelola dan Manggala yang bersilaturahmi dengan Wakil Gubernur Jawa Barat itu terdiri dari Ketua Pengelola Dr. Yayat Hendayana, M.Hum, Bendahara Drs. Dadang Bainur dan staf Pengelola Kiki Nurzakiah, sedangkan para Manggala terdiri dari Prof. H. Yus Rusyana, Prof. Dr. Setiawan Sabana, Prof. Dr. Sobana Hardjasaputra, dan Dr. (HC) Tjetje Hidayat Padmadinata.
Pada pertemuan itu Wagub menekankan perlunya meningkatkan pemahaman tentang budaya Sunda melalui Akademi Budaya Sunda (ABS) Unpas di kalangan aparat Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Pada akhir tahun 2016 mendatang, aparat Pemprov Jawa Barat secara bertahap akan menjadi Sena Budaya (mahasiswa) Akademi Budaya Sunda termasuk para guru di sekolah-sekolah yang berada di bawah Dinas Pendidikan Pemprov Jawa Barat. Dengan demikian, Akademi Budaya Sunda Unpas untuk aparat Pemprov Jabar direncanakan diselenggarakan di beberapa daerah pada setiap akhir pekan.
Wagub Jawa Barat berpendapat, suku bangsa lainnya yang ada di Jawa Barat bisa mempelajari dan memperdalam budaya Sunda di ABS karena Jawa Barat tidak mungkin tertutup. Nanti, setelah mereka belajar budaya Sunda, akan timbul toleransi karena masing-masing memahami budayanya. “Apalagi waktu belajarnya tidak terlalu lama, hanya 3 bulan saja,” kata Wagub yang saat itu didampingi beberapa Kepala Dinas dan anggota Dewan Kebudayaan Jawa Barat, Prof. Dr. Dede Mariana.
Dikatakannya bahwa Pemprov Jawa Barat tidak bisa “lari” dari hal ini karena sudah ada Peraturan Daerahnya. Dalam hal ini Pemprov Jawa Barat sangat bertanggungjawab terhadap kelestarian budaya Sunda. “Saya berpikir…jangan-jangan budaya Sunda adalah budaya yang paling cepat punah akibat keterbukaannya. Antara lain, orang Sunda sangat egaliter karena tidak ada larangan menikah dengan suku bangsa lain. Padahal suku Sunda adalah suku kedua terbesar di Indonesia,” kata Deddy Mizwar.
Akademi Budaya Sunda Universitas Pasundan Bandung sudah memiliki 17 angkatan, berdiri sejak tahun 2012. Para alumninya antara lain terdiri dari para guru di Kota Bandung, para Kepala Dinas Pemkot Bandung, para Lurah dan Camat di Kota Bandung serta komunitas dan perorangan. Ke depan, sebagaimana ditekankan oleh Rektor Unpas Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom, ABS Unpas akan menjadi akademi komunitas karena sudah mendapat dukungan dari Kementerian Pendidikan.***