BANDUNG, unpas.ac.id – Memasuki tahun akademik 2023/2024, Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Syiar Islam (LP2SI) Universitas Pasundan memberikan pencerahan kepada dosen Pendidikan Agama Islam (PAI) terkait visi misi Unpas guna memperkuat nilai-nilai keislaman dan kesundaan.
Kegiatan diselenggarakan di Mandala Saba Ir. H. Djuanda, Kampus II Unpas, Sabtu (16/9/2023) dan dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Keuangan, SDM, dan Sistem Informasi Prof. Dr. Ir. Yudi Garnida, M.P. mewakili Rektor.
Dalam sambutannya, ia menuturkan, pencerahan dan penguatan visi misi Unpas dinilai penting, karena hal tersebut mesti diterjemahkan dan diimplementasikan pada proses belajar mengajar.
Ia menekankan, dosen PAI harus mampu menerjemahkan bahwa Islam tidak sebatas ibadah ritual.

“Di bidang studi saya, yaitu Teknologi Pangan, banyak sekali kebesaran Allah yang dapat dijadikan cara untuk memperlihatkan nilai-nilai keislaman. Misalnya melalui praktikum mikrobiologi, dengan bantuan mikroskop, kita bisa melihat aktivitas mikroorganisme, makhluk tak kasat mata ciptaan Allah yang ternyata bisa dimanfaatkan oleh manusia,” paparnya.
Dengan memberikan contoh dan membimbing mahasiswa untuk mengamati nilai-nilai keislaman di kehidupan nyata demi tercapainya visi luhur Unpas, diharapkan lulusan Unpas akan memiliki ciri tersendiri di masyarakat.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Belmawabud Dr. Cartono, M.Pd., M.T. menyampaikan tentang bagaimana peran strategis perguruan tinggi dalam melakukan transformasi nilai, sains, dan teknologi untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan dan peradaban dunia yang diridhai Allah.
Menurutnya, pengetahuan, sikap, pandangan futuristik, dan keterampilan yang dimiliki dosen berperan mendorong pendidikan sebagai ujung tombak untuk memperbaiki negeri dan memberi warna pada peradaban.

“Bapak/ibu adalah ilmuwan pendidik, jadi poin-poin tadi harus dikomunikasikan ke orang lain supaya wawasan dan kehidupannya menjadi lebih baik dan tercerahkan. Untuk itu, penting bagi dosen untuk mengetahui didaktik-metodik pembelajaran, karena mentransformasikan ilmu perlu strategi dan metode,” terangnya.
Ia juga menegaskan beberapa isu strategis global yang dapat dijadikan pembahasan di kelas, serta ekosistem belajar di perguruan tinggi dalam implementasi MBKM mandiri dan berkelanjutan.
“Peran dosen di masa lalu berbeda dengan masa kini. Dosen dituntut menyesuaikan diri, punya kemampuan leadership, berkomunikasi dengan baik, siap mengambil risiko, dan hal-hal lain yang jadi ciri pendidik abad ke-21. Dengan demikian, akan lahir pula mahasiswa abad ke-21 yang dapat memecahkan masalah, berpikir kritis, kreatif, inovatif, komunikatif, dan kolaboratif,” sambungnya.

Selanjutnya, Ketua LP2SI Unpas Dr. H. Tata Sukayat, M.Ag. menjelaskan tentang sinergi konstruktif nilai Islam dan Sunda. Ia melihatnya dari tiga paradigma, yakni paradigma sekularistik, paradigma integralistik, dan paradigma simbiotik.
Ia juga memaparkan nilai keislaman dan kesundaan sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk alam, beserta tantangan masa kini dari segi individualistik, pragmatistik, hedonistik, materialistik, dan rasionalistik. (Reta)**