BANDUNG, unpas.ac.id – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) meresmikan Warung NKRI ke-23 di Green Cafe Universitas Pasundan, bersamaan dengan Dialog Kebangsaan “Melestarikan Budaya Bangsa Menuju Peradaban Indonesia Harmoni”, Jumat (17/3/2023).
Unpas menjadi lokasi pertama di Jawa Barat dan perguruan tinggi ketiga di Indonesia yang dipilih BNPT untuk ikut berperan menyebarkan narasi perdamaian dan wawasan kebangsaan lewat pendirian Warung NKRI (Wadah Akur Rukun Usaha Nurani Gelorakan NKRI).
Rektor Unpas Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom., IPU. Tidak hanya mendorong kemandirian ekonomi, Warung NKRI juga akan dimanfaatkan sebagai ruang dialog dan diskusi publik terkait nilai-nilai kebangsaan.

“Ini bentuk ikhtiar kami untuk membantu merawat NKRI. Nanti akan ada produk hasil kerja sama Unpas dengan PT Dirgantara Indonesia yang terbuat dari sorgum, sekaligus memperkenalkan diversifikasi pangan kepada civitas akademika Unpas,” jelas Rektor.
Kepala BNPT RI Komjen. Pol. Boy Rafli Amar, hadirnya Warung NKRI bertujuan membangun semangat nasionalisme dan cinta NKRI, khususnya bagi generasi muda. Menurutnya, dialog bernuansa kebangsaan tidak harus dalam situasi formal, tapi juga melalui obrolan santai.
“Kami berupaya meningkatkan pemahaman anak muda dalam menyikapi penetrasi budaya luar yang bukan bagian kepribadian bangsa Indonesia, khususnya nilai intoleransi, radikalisme, dan terorisme,” ujarnya.
Virus intoleransi, radikalisme, dan terorisme rentan menyasar generasi muda. Sebagai bagian pentahelix, ia menilai kampus perlu dilibatkan, sehingga dapat terbangun ketahanan imunitas di kalangan mahasiswa.

Untuk mencegahnya, BNPT menggagas 5 vaksin kebangsaan, yaitu transformasi wawasan kebangsaan, revitalisasi nilai-nilai Pancasila, moderasi beragama, pelestarian akar budaya bangsa, dan terakhir transformasi pembangunan kesejahteraan.
“Warung NKRI punya dua menu inti, teh (toleransi, empati, harmoni) dan kopi (kerukunan obat persatuan Indonesia). Keduanya diharapkan memperkuat narasi untuk menumbuhkan spirit persatuan, kesatuan, toleransi, gotong royong, dan hidup harmonis di tengah keberagaman bangsa,” paparnya.
Ia menambahkan, jika narasi kebangsaan yang diangkat dalam dialog dan diskusi publik berkembang dengan baik, maka penetrasi nilai-nilai berbasis kekerasan ekstrem tidak mudah masuk di masyarakat.
Generasi muda juga diminta untuk menggelorakan nilai-nilai Pancasila dan menjadikannya sebagai falsafah hidup. “Jangan sampai anak-anak muda menjadi generasi yang disorientasi terhadap bangsanya sendiri,” pungkasnya. (Reta)**