BANDUNG, unpas.ac.id – Universitas Pasundan (Unpas) terus memperkuat perannya dalam mendukung pertanian dan peternakan berkelanjutan melalui program KOHE OKEH. Program ini merupakan bagian dari SILAGUNG Project, sebuah model pertanian jagung berbasis silase untuk pakan ternak yang dikembangkan dengan pendekatan smart farming.
Unpas dalam program ini juga bekerja sama dengan PT. Agrijaya Prima Sukses (APS), PT. Paragon Trans Indonesia, serta kelompok petani Asri Buana Farm yang berlokasi di Bunihayu, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang.
Muchlis yang merupakan pengelola sekaligus petani dari Asri Buana Farm, menyampaikan bahwa kerja sama ini sangat membantu petani dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
“Kita terbantu sekali dengan kerja sama ini. Kita petani jagung gak usah mikirin dari hulu ke hilir. Penjualan hasil panen pun sudah difasilitasi melalui kerja sama dengan PT. APS,” ujar Muchlis, Rabu (13/8/2025).
Ia menambahkan bahwa pupuk organik dari limbah sapi terbukti lebih ramah lingkungan dan menguntungkan secara jangka panjang dibanding pupuk kimia.
“Pupuk kimia bisa menyebabkan kerusakan tanah, sedangkan kotoran sapi justru menggemburkan tanah,” jelasnya.
Lebih jauh, kerja sama ini juga memberikan dampak sosial yang signifikan. Banyak warga sekitar, termasuk yang sebelumnya menganggur, kini bisa terlibat dalam proses budidaya jagung yang luas. “Teman-teman yang nganggur bisa ikut kerja,” tambahnya.
Muchlis juga menyambut baik masuknya teknologi ke sektor pertanian dan peternakan. Dengan penggunaan alat modern seperti sistem irigasi tetes (drip irrigation) dan traktor, proses tanam dan panen menjadi lebih efisien.
“Dulu panen satu hektar bisa puluhan orang, sekarang cukup pakai traktor. Bahkan ke depan bisa pakai IOT, semuanya sudah disiapkan oleh Unpas,” jelasnya.
Di tengah perkembangan teknologi yang menggantikan banyak pekerjaan manusia, Muchlis melihat sektor pertanian dan peternakan sebagai peluang pekerjaan jangka panjang yang menjanjikan.
“Saya tertarik karena sekarang banyak pekerjaan terganti oleh AI. Tapi di pertanian dan peternakan justru peluangnya terbuka lebar,” ujarnya.
Ia berharap, kolaborasi seperti ini dapat terus dikembangkan agar lebih lahan-lahan terbengkalai bisa dioptimalkan.
“Harapan saya, ke depannya lebih banyak masyarakat yang ikut bergabung. Banyak lahan kosong di Jawa Barat bisa dimanfaatkan. Ini solusi buat yang kehilangan pekerjaan,” tutup Muchlis. (Rani)
