BANDUNG, unpas.ac.id — Artificial Intelligence (AI) merupakan sebuah program yang di desain untuk berusaha berfikir dan mengambil tindakan layaknya manusia. Apakah AI dapat menggantikan peran desainer grafis?
Dosen Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Pasundan Rafly Rakarazi, S.Ds menyampaikan kehadiran Artificial Intelligence tidak bisa ditolak. Namun bisa dijadikan sahabat. Menurutnya kehadiran AI ini sama seperti pertama kali munculnya sebuah teknologi yaitu komputer.
“Pertama kali munculnya komputer membuat khawatir para desainer grafis, arsitektur dan lain-lain. Seperti kemunculan AI saat ini,” kata Rafly, Selasa (15/10/2024).
Ia juga mengatakan sama halnya kamera analog yang dulu banyak diminati berbagai kalangan. Namun ketika muncul kamera digital/DSLR, malah banyak yang lebih memilih kamera digital karena lebih praktis.
Rafly menjelaskan AI hanya sebagai tools, namun jangan lupa AI tidak mengenal copyright, AI hanya ahli plagiasi. AI tidak memiliki power terhadap seni dan desain, dimana AI tidak bisa membuat hal baru yang belum pernah dibuat oleh manusia.
“AI tidak bisa berimajinasi, hanya bisa meramu (kolase) berdasarkan stock ide/image yang sudah ada. Singkatnya AI ini seperti craft, hanya bisa membuat pengulangan atau modifikasi hal-hal existing,” jelasnya.
Dosen Muda Unpas ini mengatakan jangan khawatir dengan kehadiran AI. Kehadirannya baru pada tahap level 1 hanya sebatas bagus, menarik, cantik saja.
“Yang patut kita sadari bahwa setiap kemajuan yang berbau teknologi senantiasa berupaya untuk mengolah, berupaya untuk lebih memudahkan, penyempurnaan dan lain-lain. Sehingga terwujudlah yang namanya AI,” terangnya.
Menurutnya seorang desainer atau seniman harus menjunjung tinggi originality atau keaslian. “Jadilah desainer atau seniman yang beda, unik dan autentik,” katanya. (Rani*)
