BANDUNG, unpas.ac.id – Unawekla Marliene Susianikita atau yang akrab disapa Una, telah membuktikan bahwa usia muda bukanlah penghalang untuk memberi dampak besar bagi lingkungan sekitarnya.
Mahasiswi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Pasundan (Unpas) ini aktif sebagai content creator, pembicara, mentor pelajar, hingga pendiri komunitas yang peduli pada kesehatan mental dan pemberdayaan perempuan.
“Aku percaya bahwa personal branding itu bukan pencitraan. Tapi tentang menciptakan versi terbaik dari diriku melalui proses,” ujar Unawekla Marliene.
Sebagai sosok muda yang sarat aktivitas, mahasiswi Unpas yang berusia 22 tahun ini tak hanya dikenal di lingkungan kampus. Una juga aktif sebagai Duta Kampus Unpas, menjadi pembicara di berbagai forum, hingga membina pelajar se-Kota Bandung melalui Forum OSIS. Di media sosial, ia membangun komunitas digital yang kuat dan empatik melalui akun Instagram pribadinya, dengan fokus pada konten woman self-improvement.
Tak berhenti di sana, Una juga menggagas dua komunitas yaitu tman.cerita dan perempuanberani.id. Dua ruang ini hadir sebagai ‘rumah aman’ bagi siapapun yang ingin berbagi cerita hidup dan mengembangkan potensi dirinya, terutama bagi para perempuan muda.
“Personal branding adalah cara aku memperkenalkan value, bukan hanya tampilan. Ini soal bagaimana aku menyampaikan bahwa aku perempuan yang peduli dengan perkembangan diri, punya visi, dan ingin jadi penyemangat untuk perempuan lainnya,” jelasnya.
Bangun dari Proses, Bukan Kesempurnaan
Dalam perjalanannya membangun personal branding, Una tidak langsung menemukan jalur yang pasti. Ia mengaku memulai semuanya dari apa yang bisa ia lakukan saat itu. Tanpa strategi besar, ia memulai dengan unggahan sederhana seperti video pendek dan kumpulan tulisan yang diambil dari catatan hariannya.
“Aku dulu nggak tahu niche-ku apa, nggak ngerti framework konten. Tapi karena aku mulai aja dulu, akhirnya semuanya berjalan dan berkembang seiring waktu,” kenangnya.
Kini, Instagram menjadi platform utama yang ia kelola. Meski memiliki akun di TikTok dan YouTube, Una memilih fokus pada satu platform agar pesan yang ia sampaikan bisa lebih konsisten dan berdampak.
Keunikan Una sebagai content creator terletak pada pembawaan kontennya yang lembut, empatik, namun tetap membawa pesan kuat dan membangun. Ia juga tidak pernah menampilkan dirinya sebagai sosok yang sempurna, melainkan seseorang yang sedang bertumbuh dan mengajak para pengikutnya bertumbuh bersama.
Fokus kontennya juga jelas: empowering perempuan dari sisi dalam. Bukan sekadar glow up secara fisik, tapi pembenahan mindset, kemandirian, dan rasa berharga sebagai perempuan.
Tantangan, Kritik, dan Proses Belajar
Menjaga konsistensi menjadi tantangan besar bagi Unawekla Marliene. Fase hidup yang naik-turun, tekanan dari luar, hingga tantangan internal sering kali membuatnya harus mengatur ulang energi dan emosinya.
“Dari situ aku belajar gimana cara kelola emosi dan tetap bisa berbagi inspirasi,” ungkapnya.
Soal kritik dan komentar negatif, Una memilih untuk tetap fokus pada hal positif. Masukan yang membangun akan ia pertimbangkan, tapi jika ada hate speech, ia memilih tidak ambil pusing.
“Selama itu baik, aku jadikan pembelajaran. Kalau tidak, ya aku biarkan saja,” katanya santai.
Meski sempat gap year selama dua tahun dan belum lulus di tahun seharusnya, personal branding telah membukakan banyak pintu kesempatan bagi Una. Ia sudah kerap diundang menjadi pembicara dan berkolaborasi dengan berbagai lembaga, komunitas, hingga media nasional.
“Aku bersyukur, lewat proses ini aku bisa berbagi inspirasi dengan lebih banyak orang,” ujarnya.
Untuk para pemula yang ingin membangun personal branding, Una punya satu pesan kunci: jangan tunggu sempurna untuk memulai.
“Kenalin diri dulu. Coba analisis SWOT diri kita. Dari sana kita bisa mulai petakan siapa diri kita, mau dikenal sebagai siapa, dan value apa yang ingin dibagikan. Jangan takut mulai dari kecil, karena small progress is still progress,” pungkasnya. (Rani)
