BANDUNG, unpas.ac.id — Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) Universitas Pasundan (Unpas) bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Bidang Kesejahteraan Rakyat menggelar Screening Kesehatan Jiwa Online dan Talkshow di Aula Mandala Saba Ir. H. Djuanda, Kampus II Unpas Tamansari, Selasa (9/12/2025). Kegiatan ini menjadi salah satu rangkaian Dies Natalis ke-65 Unpas sekaligus upaya meningkatkan kesadaran kesehatan mental di Jawa Barat.
Mengusung tema “Gerakan Kampus Sehat Berfilosofi Pancawaluya: Membangun Resiliensi Mental Berbasis Kearifan Lokal untuk Menangkal Cognitive Warfare”, acara ini bertujuan memperkuat ketahanan mental mahasiswa melalui kearifan lokal sebagai landasan nilai dan perilaku.

Screening kesehatan jiwa online dalam kegiatan ini dilaksanakan oleh Tim Kesekretariatan dr. Zulfitri, Sp.KJ beserta tim Yayasan Ruang Empati.
Ketua UPK Unpas, dr. Anna Amaliana, Sp.KJ., menyampaikan bahwa tantangan era modern menuntut mahasiswa tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki mental yang kuat dalam menghadapi derasnya arus informasi.
“Manipulasi informasi menjadi ancaman serius. Karena itu, kegiatan ini sangat relevan untuk membekali mahasiswa agar lebih tangguh secara emosional dan kognitif. Nilai Pancawaluya menjadi filosofi penting dalam membangun perilaku baik dan hubungan sosial yang harmonis,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa UPK Unpas berkomitmen mendukung penuh asesmen hingga rujukan bagi mahasiswa yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
“UPK siap menjadi rumah dan ruang aman yang suportif bagi mahasiswa untuk memulihkan kesehatan mentalnya,” katanya.

Rektor Unpas Prof. Dr. H. Azhar Affandi, S.E., M.Sc. yang membuka kegiatan ini menyampaikan apresiasi kepada Dinas Kesehatan Jabar atas kepercayaannya menjadikan Unpas sebagai kampus pertama yang melaksanakan program skrining kesehatan jiwa dan talkshow.
Kegiatan ini dihadiri oleh tiga fakultas, yaitu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), serta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).
“Langkah ini menegaskan komitmen kita untuk memastikan seluruh sivitas akademika memiliki akses deteksi dini dan layanan kesehatan mental yang aman, mudah, dan terpercaya. Nilai gotong royong dan keselarasan menjadi warisan budaya yang memperkuat resilensi mahasiswa di era digital,” tutur Rektor.
Resiliensi Mental dan Ancaman Cognitive Warfare

Founder Ruang Empati Jiwa, dr. Teddy Hidayat, Sp.KJ(K), memaparkan materi mengenai pentingnya membangun resiliensi mental berbasis kearifan lokal untuk menangkal cognitive warfare.
“Yang diserang dari cognitive warfare adalah otak atau pemikiran, keyakinan, hingga perilaku manusia. Kebohongan yang diulang-ulang bisa menjadi kebenaran melalui framing media,” jelasnya.
Ia juga menyoroti bahaya judi online yang disebut sebagai faktor paling cepat merusak fungsi kognitif.
Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis

Ketua Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia Wilayah Jawa Barat, Amalia Darmawan, M.Psi., Psikolog, memberikan materi mengenai Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis (P3LP).

Ia menekankan pentingnya mengenali gejala luka psikologis yang dapat mempengaruhi emosi, relasi sosial, hingga produktivitas.
“Banyak mahasiswa menyembunyikan masalah kesehatan mental karena stigma. Padahal, P3LP bisa membantu mencegah gejala semakin berat,” ujarnya.
Media sosial, menurutnya, menjadi pemicu meningkatnya kecemasan, FOMO, perbandingan sosial, hingga gangguan tidur yang berdampak buruk pada kesehatan mental mahasiswa.
Sosialisasi Layanan RS Jiwa Provinsi Jawa Barat

Kegiatan ditutup dengan sosialisasi layanan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat oleh Kepala Bidang Medis, dr. Hadi Rahmatsyah Sumardi, MARS. Ia memperkenalkan layanan konsultasi jiwa online serta peluang kerja sama strategis dengan kampus dalam meningkatkan akses layanan kesehatan mental.

Seluruh pemateri sepakat bahwa peningkatan literasi kesehatan mental harus menjadi gerakan berkelanjutan di lingkungan pendidikan tinggi.
Semoga kolaborasi ini terus berlanjut dan membawa manfaat besar bagi sivitas akademika Unpas, serta mahasiswa di Jawa Barat pada umumnya. Acara ini juga diharapkan mampu memperkuat gerakan kampus sehat dan membangun generasi muda yang lebih resilien dalam menghadapi tantangan kesehatan mental di era digital. (Rani)
