BANDUNG, unpas.ac.id – Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia menjadi momen penting untuk membangun kembali kepedulian terhadap lingkungan. Masyarakat harus mulai mengurangi kebiasaan dan pola hidup yang berpotensi mencemari lingkungan.
Tahun ini, Hari Lingkungan Hidup Sedunia mengusung tema Ecosystem Restoration atau Restorasi Ekosistem. Dosen Teknik Lingkungan Universitas Pasundan Dr. Yonik Meilawati Yustiani, ST., MT. menilai, tema tersebut menarik, terlebih jika generasi muda yang menjadi pelopor gerakan restorasi ekosistem.
“Ada banyak langkah sederhana yang dapat dilakukan untuk menjaga lingkungan. Generasi muda memiliki peran krusial dalam membentuk kebiasaan baru dan memberi dampak bagi keberlangsungan lingkungan di masa depan,” katanya, Sabtu (5/6/2021).
Upaya menjaga lingkungan harus meliputi seluruh aspek, mulai dari udara, air, dan tanah. Untuk mengurangi emisi pencemaran udara, langkah termudah misalnya dengan beralih menggunakan transportasi umum atau bersepeda.
Begitu pula dengan air, sebelum membuang limbah cair, baik dari rumah tangga, kantor, maupun industri, mesti diolah terlebih dulu agar tidak mencemari sungai. Minimal, skala rumah tangga sudah memiliki septic tank agar tidak mengganggu kebersihan air tanah.
“Tanah juga sama, upaya reduce, reuse, recycle (3R) harus terus dikuatkan, jangan sampai menyampah. Kalau menggunakan sesuatu, usahakan bisa habis, sehingga tidak mencemari lingkungan dan menjadi sampah. Apabila tidak bisa mereduksi, setidaknya daur ulang menjadi barang baru,” jelasnya.
Menurutnya, kegiatan yang kini serba daring juga berperan menurunkan emisi, terutama akibat pergerakan. Walaupun penggunaan kertas makin berkurang, tetapi tetap perlu memperhatikan energi listrik.
Oleh karena itu, ia mengapresiasi generasi muda yang saat ini sudah mulai menggunakan solar panel untuk menggantikan energi listrik. Meski cukup mahal, namun jika bertujuan untuk menekan dampak lingkungan, tentu merupakan langkah yang baik.
“Saya lihat banyak milenial yang bisnisnya sudah bergerak ke arah ramah lingkungan. Pola pikir seperti itu sangat bagus untuk jangka panjang, jadi tidak hanya bergantung pada energi fosil yang sekarang masih banyak, tapi memikirkan dampaknya untuk lingkungan,” imbuhnya.
Ia berpesan, Hari Lingkungan Hiudp Sedunia seharusnya jangan hanya dijadikan seremonial, melainkan pengingat untuk melakukan aksi nyata. Mesti ada generasi yang mau berkorban demi keberlanjutan lingkungan.
“Kalau kita hanya berpikir dan terus menunda, siapa yang mau memulai? Jadi, sekarang saatnya mempraktikkan. Kepada generasi muda, jadilah pelopor restorasi ekosistem, terus berjuang untuk mewujudkan kondisi yang lebih baik dan berkelanjutan,” (Reta Amaliyah S)*