Akan melaksanakan tugas dengan seadil-adilnya, serta berada di pihak masyarakat.
Begitulah ketegasan Jaksa Agung RI, Dr. ST Burhanuddin, SH, MM pada saat bersilaturahim dengan Paguyuban Pasundan, di Jalan Sumatra 41, Bandung, hari Minggu 17 Oktober 2018. Pejabat tinggi yang belum lama dilantik pada kabinet Presiden Jokowi ini berjanji bahwa dirinya akan membuat nyaman dan rasa adil buat masyarakat.
Acara itu dihadiri Gubernur Jawa Barat dan Ketua Komisi Yudisial Dr. Jaja Ahmad Jayus, SH, MH yang juga keluarga besar Unpas. Selain itu, tampak hadir sejumlah tokoh Sunda, serta dari kalangan pejabat negara, khususnya para pemangku institusi penegakan hukum. Bagi Burhanuddin sendiri, kehadirannya di Paguyuban Pasundan bukanlah untuk pertama kalinya. Jauh sebelum menempati posisi Jaksa Agung, ia acap kali bertemu dengan Ketua Umum PB Paguyuban Pasundan, Prof. Dr. H.M. Didi Turmudzi, M.Si. serta jajaran pengurus lainnya. Burhanuddin adalah adik kandung Letjen (Purn.) Tb. Hasanuddin yang kini menjadi Ketua Dewan Pangaping Paguyuban Pasundan dan anggota DPR RI.
Burhanuddin mengatakan bahwa ia tidak menyangka dirinya akan mendapat kepercayaan dari Presiden untuk mengisi posisi Jaksa Agung. Ia baru mendapat penegasan pada malam hari menjelang pelantikan. Presiden Jokowi, sebagaimana yang diucapkan kembali oleh Burhanuddin, hanya mengatakan, “Besok siap dilantik. Saya serahkan urusan kejaksaan kepada Pak Bur.”
Para wartawan pun luput dari peristiwa itu. Burhanuddin sengaja meninggalkan istana kepresidenan secara diam-diam. “Saya tahu jalan untuk menghindar, sebab ketika kakak saya masih menjabat Sekretaris Militer, saya agak sering ke istana,” ucap alumni Undip ini.
Tb. Hasanuddin sendiri yang menjadi anggota DPR tidak mengetahui bahwa adiknya akan menjadi Jaksa Agung. Pada Selasa sore sebelum pelantikan, kakaknya hanya mengirim WA dengan mengatakan, “Belum rejekinya.” Disebutkannya pula, pada saat itu orang yang diduga akan mengisi jabatan tersebut adalah Mahfud MD. Setelah mendapat kepastian, barulah Burhanuddin mengirim kabar kepada kakaknya, sambil memohon do’a restu.
“Saya sudah lima tahun purnabakti dari kejaksaan,” ucap pria yang dilahirkan di Cirebon 17 Juli 1954 ini. Terakhir ia menjabat sebagai Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara (Jamdatun) pada 2011 hingga pensiun pada 2014. Karena itu, ia diibaratkan “kembalinya si anak hilang, kembali menjadi harapan”. Karena itu, ia mengibaratkan dirinya masuk ke hutan belantara.
Sebetulnya, sejak tahun 2014 pun banyak yang mengatakan bahwa Burhanuddin merupakan calon kuat untuk menempati posisi Jaksa Agung. “Ya, nyaris menjadi Jaksa Agung, dan saya pun sudah bersiap-siap, namun karena belum nasibnya, ya tidak jadi,” ucapnya. Dikatakannya bahwa ia tidak punya kendaraan partai untuk sampai ke jabatan itu.
Masyarakat Sunda patut merasa bersyukur karena Burhanuddin adalah Jaksa Agung pertama dari kalangan orang Sunda. Sebelumnya, jabatan tersebut yang pernah diisi 36 orang itu selalu ditempati oleh etnis lain.
“Di lingkungan kejaksaan, saya tidak punya saudara, saya melangkah sendirian,” ucap Burhanuddin yang mengawali kariernya sejak 1989 sebagai staf Kejati Jambi.
Di akhir pidatonya, Burhanuddin menegaskan, “Yu kita bergandengan tangan untuk menghadapi berbagai permasalahan.”
Ketua Umum Paguyuban Pasundan Prof. Dr. HM Didi Turmudzi, M.Si mengatakan rasa bangganya atas terpilihnya Burhanuddin sebagai Jaksa Agung RI. “Pak Burhanuddin ini sekarang sudah menjadi milik Indonesia.”
Dikatakan Ketum Paguyuban Pasundan bahwa tugas Jaksa Agung dalam penegakan hukum tidaklah ringan. “Etika dan moral sudah berada dalam titik nadir, akibat kehidupan yang materialistik,” ucapnya lagi. Tapi percayalah, Allah senantiasa akan memberikan pertolongan.
Prof. Didi Turmudzi merasa optimis bahwa Burhanuddin akan mampu melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Ia mengistilahkannya dengan ungkapan dalam bahasa Sunda: katanagaan, kauteukan, jeung kabeungeutan.
Bagi Paguyuban Pasundan, mengundang pejabat tinggi seperti Jaksa Agung sudah menjadi bagian dari programnya. Dikatakan Prof. Didi, untuk bulan repan, rencananya akan diundang Menteri Agama. “Paguyuban Pasundan sebagai organisasi gerakan kultural ingin memfasilitasi agar masyarakat, khususnya dari ormas keagamaan bisa berdialog. Masyarakat Jawa Barat selalu terbuka dan husnuzon. Paguyuban Pasundan bukan partai politik, tapi punya sikap politik,” ucapnya.
Pada kesempatan itu, Gubernur Jabar, Ridwan Kamil atau yang lebih akrab disapa Kang Emil, melalui pantun yang disusunnya sendiri mengucapkan selamat datang kepada Jaksa Agung. Gubernur menyampaikan harapan, “Mudah-mudahan di era Pak Burhanuddin sekarang ini penegakan hukum di Indonesia semakin baik, dan saya percaya kepada beliau,” ucapnya.
Secara lebih gamblang Kang Emil menyampaikan penilaiannya bahwa sosok Burhanuddin sebagai Jaksa Agung sesuai dengan Panca Jatidiri Sunda yang meliputi waringkas dedeganana, pengkuh agamana, luhung élmuna, soméah ahlakna, jeung jembar budayana (tegap penampilannya, kuat menjalankan agama, tinggi ilmunya, santun ahlaknya, dan luar wawasan budayanya).
Sambutan terakhir disampaikan Tb. Hasanuddin dalam kapasitas sebagai Dewan Pangaping Paguyuban Pasundan. Dikatakannya bahwa jabatan Jaksa Agung merupakan amanat dari rakyat. Sedangkan atasannya hanya satu, yaitu Presiden.
Hasanuddin menuturkan, sesaat setelah adiknya dilantik, keluarga besarnya sengaja dikumpulkan. “Saya sudah wanti-wanti kepada semua saudara saya bahwa jangan ada yang menjadi makelar kasus. Biarkan saudara kita bekerja. Tegakkan hukum, walau langit runtuh sekalipun,” katanya. (TS)