BANDUNG, unpas.ac.id – Guru besar Sistem Politik Internasional Universitas Pasundan, Prof. Dr. M. Budiana, M.Si. menyinggung soal strategi politik pemerintah Joko Widodo dalam mengatasi dinamika politik internasional, terutama selama Presidensi G20 2022 dan KTT ASEAN 2023.
Hal itu diterangkannya pada Orasi Ilmiah dan Pengukuhan Guru Besar Unpas, Sabtu (23/9/2023).
Menurut Prof. Budiana, Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan anggota aktif komunitas internasional memainkan peran penting dalam menghadapi dinamika politik global.
Ia menilai, masa Presidensi G20 telah membuktikan kemampuan strategis pemerintah dalam mengatasi tantangan politik internasional. Indonesia mampu mempromosikan kerja sama ekonomi dan mengedepankan isu-isu global, seperti perubahan iklim.
“Hal ini menunjukkan pentingnya diplomasi ekonomi dalam konteks global yang mendorong Indonesia untuk terus berperan mendukung dialog multilateral,” tegasnya.

Selain Presidensi G20, KTT ASEAN 2023 juga dinilai menjadi platform penting untuk mengatasi masalah keamanan dan stabilitas regional, khususnya di Asia Tenggara.
Pemerintah Joko Widodo terlibat aktif dalam memfasilitasi solusi damai untuk menangani konflik di kawasan tersebut. Keterlibatan ini menunjukkan krusialnya peran Indonesia sebagai mediator dan pemimpin dalam menjaga perdamaian regional.
“Pada Presidensi G20 dan KTT ASEAN, pemerintah Joko Widodo menggunakan strategi politik yang mencakup diplomasi aktif, promosi kerja sama ekonomi, dan penekanan isu-isu global yang relevan dengan kepentingan nasional dan regional,” lanjutnya.
Bersiap Hadapi Tantangan Baru
Kendati demikian, tantangan tidak berhenti begitu saja. Masa depan akan membawa berbagai perubahan politik global, termasuk konflik baru, transformasi pemerintahan, dan masalah ekonomi.
Prof. Budiana menekankan, Indonesia harus bersiap menghadapi tantangan baru dengan mengembangkan dan menyesuaikan strateginya.

Meski pemerintah Joko Widodo berhasil menghadapi dinamika politik internasional saat Presidensi G20 dan KTT ASEAN 2023 dengan bijak dan efektif, namun Prof. Budiana menyarankan, diplomasi Indonesia hendaknya tidak bersifat statis.
“Untuk mencapai tujuan-tujuan nasional dan regional yang lebih besar, strategi politik Indonesia mesti ada inovasi, tetap berkomitmen terhadap prinsip-prinsip diplomasi damai, dan mempertahankan peran aktifnya dalam memengaruhi perkembangan politik global,” ujarnya.
Dengan cara ini, lanjutnya, Indonesia bisa menjadi pemimpin yang berpengaruh dalam menjaga stabilitas dan mempromosikan kerja sama di tingkat internasional. (Reta)**
