Koordinator Kopertis Wilayah Jawa Barat dan Banten, Prof. DR. H. Uman Suherman, M.Pd (tengah) berbincang dengan Rektor Unpas Prof. DR. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom (kiri) dan Ketua Umum Paguyuban Pasundan Prof. DR. HM. Didi Turmudzi, M.Si (kanan) sebelum pembukaan workshop tentan jurnal ilmiah di Kampus V Unpas.*
Unpas Seharusnya
Nomor Satu di Tatar Sunda
Koordinator Kopertis Wilayah Jawa Barat dan Banten, Prof. DR. H. Uman Suherman, M.Pd menegaskan, Universitas Pasundan (Unpas) seharusnya menjadi nomor satu di Tatar Sunda, harus panceg (mapan) dan akreditasinya harus A sehingga mempunyai harga diri dan eksistensi yang tinggi. Hal ini akan terwujud kalau seluruh sivitas akademika mempunyai visi dan misi yang sama.
Prof. Uman Suherman menilai, untuk mewujudkan hal itu Rektor Unpas sudah “beak dengkak” (berupaya keras). “Saya sangat mengapresiasi upaya yang dilakukan Rektor Unpas. Yang saya tahu, misalnya, dosen yang nulis di jurnal internasional dikasih bonus, menulis di jurnal nasional dikasih bonus, dosen yang mau melanjutkan studi dibantu biayanya, dan supaya dosen tidak sulit melanjutkan studi, sudah disediakan Pascasarjana. Fasilitas yang disediakan oleh Unpas, bagi saya, melebihi apa yang selama ini diberikan oleh UPI, terus terang saja…” kata Prof. Uman yang berasal dari UPI.
Dikatakannya, saat ini ada 24 perguruan tinggi swasta di Jawa Barat dan Banten yang akreditasinya B. Tahun depan (2018) mereka harus melakukan re-akreditasi supaya menjadi A. “Makanya akan saya kumpulkan mereka untuk diberi kiat-kiat mengenai AIPT, bukan hanya kiat-kiat menghadapi asesor tapi juga kiat-kiat memberdayakan asesor,” kata Prof. Uman Suherman dalam sambutannya sebelum membuka workshop tentang akreditasi jurnal ilmiah, di auditorium Dr. Djoendjoenan, Kampus V Unpas Jl. Sumatera 41 Bandung, Senin 12 Juni 2017.
Acara itu dihadiri Rektor Unpas Prof. DR. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom, Ketua Umum Paguyuban Pasundan yang juga Direktur Pascasarjana Unpas Prof. DR. HM. Didi Turmudzi, M.Si, para dekan, para ketua program studi di Unpas, jajaran STIE Pasundan, STKIP Pasundan dan STH Pasundan. Hadir pula para pengelola jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh fakultas dan lembaga di Universitas Pasundan serta diterbitkan oleh tiga perguruan tinggi lainnya yang berada di lingkungan Paguyuban Pasundan.
Berkaitan dengan kewajiban dosen menulis karya ilmiah untuk meningkatkan jabatan fungsionalnya, Prof. Uman menegaskan, Kopertis sudah sepakat dengan Aptisi untuk membuat semacam “Puskesmas” bahkan “UGD” bagi dosen yang mempunyai hambatan dalam penulisan artikel ilmiah.
“Kita sekarang sedang berlomba meningkatkan kualitas dosen. Dosen tidak hanya bertugas menyampaikan ilmu tetapi juga mengembangkan ilmu dan pengembangan ilmu itu ada kalau kita mulai menulis, sejelek apa pun tulisan itu. Ia mengibaratkan “Mentari pagi itu hanya bisa dinikmati oleh orang yang tidak takut oleh gelapnya malam”. Artinya, orang harus selalu ikhtiar, selalu tawakal dan sabar. Kalau dosen sering tiarap kalau ada masalah maka dosen itu tidak cocok dengan lagu Karatagan Paguyuban Pasundan,” kata Prof. Uman dengan suara lantang dari podium.
Dosen tidak cukup hanya menyampaikan ilmu tetapi menciptakan situasi dan kondisi agar mahasiswa mau belajar. “Mau nggak universitas ini akreditasinya A, mau ngga dosen yang sudah jadi Lektor Kepala menjadi Guru Besar, mau ngga dosen yang sekarang tanpa jabatan fungsional yang sering saya sebut TP (tentara pelajar) jadi Lektor, sampai Asssten Ahli, Lektor Kepala sampai Guru Besar? Hanya kemauan yang mengubah kita. Tugas dosen itu, bagi saya, tidak hanya transfer ilmu dan transfer kultur tetapi berupaya untuk mensukseskan orang lain melebihi kesuksesan yang kita raih,” ucapnya lagi.
Prof. DR. H. Uman Suherman mengingatkan, dulu pada saat pemerintah tidak memandang sebelah mata kepada PTS maka banyak PTS yang terpuruk. Kenapa? Karena kehidupan PTS tergantung pada keberadaan mahasiswa, sehingga keberadaan mahasiswa menjadi sebuah tantangan bagi PTS. Ia mengajak PTS agar jangan hanya mengandalkan dari mahasiswa karena PTS itu tidak akan maju.
“Di PTS, kerja Rektor itu benar-benar jungkir baliknya sedangkan di PTN, kalau tidak ada rektor juga kelihatannya bisa maju,” ujarnya.
Kopertis, tutur Prof. Uman, saat ini sedang mendorong para doktor di PTS yang sudah Lektor Kepala menjadi Guru Besar mengingat beberapa Guru Besar sudah pensiun. “Jangan menunggu sampai usia 62 tahun. Kalau usia 62 tahun belum jadi Guru Besar, Unpas akan dipimpin oleh siapa? Ini yang harus dijadikan Tandang Makalangan, Panceg Kana Udagan. Teu penting artikel, teu penting penelitian, nu penting mah kudu hayang jadi Guru Besar. Saya sebagai Koordinator bekerjasama dengan teman-teman Guru Besar yang ada di Unpas berupaya memberdayakan Guru Besar untuk meningkatkan akselerasinya, sedangkan Doktor yang sudah menjadi Lektor Kepala agar cepat menjadi Guru Besar. Jangan bicara bahwa menjadi Guru Besar susah, karena susah dan gampang tergantung pada sikap kita, jangan selalu mengidap penyakit susah,” ujarnya.
Workshop jurnal ilmiah yang dibuka oleh Koordinator Kopertis itu mendiskusikan tentang akreditasi dan pendaftaran Indeksasi Google Scholar, DOAJ, EBSCO, Pubmed, CAB International, Scopus & Thomson Reuters. Hadir sebagai pembicara, Dr. Yoris Adi Maretta dari UNS dengan moderator Dr. Yusep Ikrawan, M.Sc.
Dr. Yoris mengemukakan, jurnal ilmiah sekarang sudah beralih ke online. Dulu jurnal wajib dicetak sedangkan online-nya optional, namun sekarang sebaliknya. Ia meminta agar semua jurnal di Unpas di-online-kan karena semuanya akan diarahkan ke jurnal nasional dengan akreditasi Dikti dan ke jurnal internasional. Dikatakannya pula bahwa 8 jurnal yang ada di Unpas, hari itu juga dinyatakan sudah terdaftar di DOAJ. (DB).***