Kontribusi komunitas akademik dalam memecahkan persoalan lingkungan harus memberikan nilai tambah bagi masyarakat. Demikian disampaikan Warek I Unpas, Dr. H. Jaja Suteja, SE, M.Si., CFRM, DBA pada saat pembukaan diskusi publik yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan Unpas,
Bertempat di Aula Oto Iskandar di Nata, Kampus IV Unpas, himpunan mahasiswa prodi yang berada di Fakultas Teknik Unpas ini menggelar diskusi dengan tema “Menuju Jawa Barat dengan Akses 100% Air Bersih, 0% Pemukiman Kuuh, dan 100% Sanitasi Layak”, pada hari Sabtu 29 April 2017. Secara khusus hadir Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat, Dr. H. Iwa Karniwa, S.E.Ak., MM, CA. PIA untuk memberikan sambutan sekaligus membuka acara, didampingi tuan rumah Dekan FT Unpas, Dr. Ir. Yudi Garnida.
Selanjutnya dikatakan Warek I dalam sambutannya, pertumbuhan dan perkembangan kota saat ini menjadi magnet bagi penduduk yang tinggal di daerah pinggiran, sehingga menyebabkan tingginya angka urbanisasi. “Bonus demografi yang dimulai tahun 2010 akan mencapai puncaknya pada 2035. Kota akan dibanjiri penduduk, yang hal itu kalau tidak diatasi secara tepat, tentu akan menimbulkan persoalan besar, khususnya terhadap lingkungan, di antaranya sanitasi dan pemukiman. Karena itu, harus sejak dini kita mencari solusi yang komprehensif dan kreatif,” ucap Jaja.
Warek I menyampaikan ucapan terima kasih atas kehadiran Sekda Jabar. “Semoga saja untuk ke depannya, Jawa Barat bisa lebih baik lagi,” katanya.
Dalam sambutannya, pertama-tama Iwa Karniwa menyampaikan rasa bangga atas inisitif mahasiswa Prodi Teknik Lingkungan yang menggagas diskusi publik untuk membahas persoalan sanitasi dan lingkungan.
“Persoalan tersebut harus segera dipecahkan dengan pendekatan yang terstruktur,” ucap Iwa. Pertama-tama harus dipecahkan secara terintegrasi dengan memperhatikan tata ruang dan tata wilayah. “Untuk kawasan Bandung Raya yang meliputi beberapa kabupaten dan kota, selama lima belas tahun terakhir ini belum juga beres. Karena itu, proses pembangunan berlangsung secara sporadis. Namun alhamdulillah, sekarang RTRW di kawasan Bandung Raya sudah selesai disusun, dan telah masuk ke kantor Mensesneg,” ucapnya lagi.
Masih menjadi bagian dari pendekatan terstruktur tersebut adalah tataran transportasi wilayah dan penyediaan transportasi yang bersifat masal. “Dalam hal ini, bagaimana upaya kita dalam menyediakan transportasi masal, sehingga bisa mengurangi kendaraan pribadi dan angkot. Kemacetan di jalan raya di antaranya karena semakin banyaknya pengguna mobil dan motor pribadi. Kalau sudah tersedia sarana transportasi masal yang lebih nyaman, dengan sendirinya masyarakat akan beralih dari penggunaan kendaraan pribadi,” kata Iwa Karniwa.
Dr. Iwa Karniwa (ketiga dari kiri) bersama Warek I Unpas Dr. H. Jaja Suteja (kedua dari kiri), Dekan Fak Teknik Unpas Dr. Ir. H. Yudi Garnida (kiri), para dosen, mahasiswa dan peserta diskusi masalah lingkungan.*
Dr. Iwa Karniwa (ketiga dari kiri) bersama Warek I Unpas Dr. H. Jaja Suteja (kedua dari kiri), Dekan Fak Teknik Unpas Dr. Ir. H. Yudi Garnida (kiri), dan mahasiswa Prodi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Unpas sebagai panitia diskusi.*
Kepadatan penduduk di wilayah perkotaan menyebabkan semakin tingginya volume sampah regional. Pemerintah kabupaten dan kota sangat terbatas kemampuannya dalam mengatasi tingginya pembuangan sampah. Karena itulah pemerintah provinsi mengambil alih, agar persoalan sampah bisa diselesaikan dengan baik.
“Persoalan sampah ini dengan sendirinya akan menghancurkan sanitasi. Jadi harus cepat-cepat diatasi dengan cara yang tepat,” ucap Iwa.
Hal lain yang harus segera dilakukan adalah pengelolaan limbah lingkungan. “Sejak tahun 1970-an, pada saat pemerintah kita meningkatkan prorgam pembangunan, pendekatan yang dilakukan adalah zona industri. Hal ini menyebabkan persoalan lingkungan, khususnya dalam pembuangan limbah dari pabrik-pabrik. Berbagai akibatnya sudah kita rasakan. Namun di lain pihak, kita juga menghadapi dilema. Kalau pabrik ditutup, maka akibatnya akan meningkatkan angka pengangguran.”
Menurut pendapat Iwa, semua persoalan di atas harus diatasi dengan melakukan konsolidasi dasar. “Dalam hal inilah peran perguruan tinggi sangat diharapkan. Dari diskusi semacam inilah diharapkan lahir gagasan-gagasan kreatif untuk mengatasi persoalan lingkungan,” katanya.
Pada kesempatan tersebut, pihak panitia menampilkan dua pembicara yang punya kapasitas dalam persoalan mengelola lingkungan, yaitu Ir. Lucky R. Sumanang, MT yang menjabat Kepala Bidang Infrastruktur Permukiman Dinas Perumahan dan Permukiman Jawa Barat, serta Eva Fandora, ST, MT sebagai Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Diskusi dipimpin oleh Dr. Ati Rohaeni yang sehari-harinya bertugas menjadi dosen di FT Unpas.*** (TS)