BANDUNG, unpas.ac.id – Pertama kalinya, Indonesia diberikan kepercayaan dan kehormatan untuk mengemban mandat sebagai Presidensi Group of 20 (G20) yang berlangsung sejak 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022.
G20 merupakan forum internasional yang fokus pada koordinasi kebijakan di bidang ekonomi dan pembangunan. Sebagai pemegang Presidensi G20, Indonesia berperan menentukan agenda prioritas dan memimpin rangkaian pertemuan G20.
Perhelatan ini dimanfaatkan Indonesia sebagai wadah sekaligus ajang untuk menunjukkan posisi Indonesia dalam memimpin forum global yang bertujuan mengatasi berbagai tantangan dan isu dunia.
Lantas, apa dampak Presidensi G20 bagi kemajuan perekonomian Indonesia?
Dosen Hubungan Internasional dan Wakil Dekan I FISIP Universitas Pasundan Dr. Kunkunrat, M.Si. mengatakan, Presidensi G20 di tengah pandemi membuktikan persepsi yang baik atas resiliensi ekonomi Indonesia terhadap krisis.
Gelaran G20 dapat mengangkat nama Indonesia di kancah dunia dan menjadi rujukan pelaksanaan event internasional. Terlebih, Indonesia merupakan satu-satunya anggota G20 dari Asia Tenggara dan wakil negara berkembang.
“Kepercayaan tersebut jadi bentuk pengakuan atas status Indonesia. Paling tidak, ada optimisme karena Indonesia dinilai mampu dan cukup baik dalam pemulihan pandemi Covid-19,” tuturnya, Jumat (12/8/2022).
Pemulihan ekonomi dan kesehatan pascapandemi Covid-19 dibuktikan dengan data statistik pertumbuhan ekonomi. Meski sempat stonk, bahkan minus di awal merebaknya pandemi, namun saat ini pertumbuhan cenderung stabil di angka 5,2 persen.
Dalam daftar paritas daya beli (purchasing power parity) di antara anggota G20, Indonesia menduduki peringkat 10 dan diakui di mata dunia sebagai kekuatan pasar baru (new established emerging market) dengan PDB di atas 1 triliun dolar AS.
“Ini yang menyebabkan Presiden Jokowi punya kepercayaan diri. Ketika negara lain kolaps dan bangkrut ketika pandemi, Indonesia justru ada pertumbuhan. Capaian itu juga yang membuat Presiden Jokowi tegak untuk pergi ke Rusia,” lanjutnya.
Ia menyebut, Presidensi G20 dapat dimanfaatkan sebagai modalitas diplomasi dan menegakkan wibawa Indonesia, khususnya di ASEAN seperti pada masa kepemimpinan Soekarno (Konferensi Asia Afrika) dan Soeharto (mediator konflik Kamboja).
Indonesia dapat mengorkestrasi agenda pembahasan G20 agar berdampak positif pada pemulihan aktivitas perekonomian, pembangunan sosial, dan politik.
“Sekarang Presidensi G20 sedang diuji. Kalau berhasil, mungkin 2050 dunia ini masih ada,” kelakarnya. (Reta)**