BANDUNG, unpas.ac.id – Pandemi Covid-19 di Indonesia belum memperlihatkan tanda akan segera berakhir. Di beberapa provinsi termasuk Jawa Barat, angka kasus positif bahkan kembali meningkat.
Bersamaan dengan ini, sivitas akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Pasundan menyelenggarakan kegiatan istighosah dan kontemplasi, memohon pertolongan Allah SWT agar cobaan pandemi lekas berlalu.
Kegiatan dibuka oleh Dekan FISIP Unpas Dr. M. Budiana, S.IP., M.Si, serta dipandu Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Syiar Islam (LPPSI) Dr. H. Tata Sukayat, M.Ag. Kurang lebih 120 tenaga pendidik dan karyawan di lingkungan FISIP Unpas mengikuti istighosah dengan khidmat.
“Meminjam istilah Gubernur Jawa Tengah, di tengah pagebluk ini, kita harus eling lan ngelingake, saling ingat dan mengingatkan. Apalagi pemerintah akan kembali menetapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat. Mari berpikir positif, hidup bersih, dan ikhtiar,” kata Dekan pada sambutannya, Kamis (1/7/2021).
Ia melanjutkan, kontemplasi yang biasanya dilakukan sendiri, kini harus kolektif. Menyesuaikan situasi, seluruh elemen FISIP Unpas diimbau membiasakan pertemuan dan pelayanan daring, meski tidak semaksimal kondisi normal.
“Statistik kasus Covid-19 semakin tinggi. Kalau dalam kontestasi politik seperti pemilu dan pilkada, angka tersebut menarik untuk meraih kemenangan. Tapi, dalam konteks pandemi justru mengerikan. Oleh karena itu, demi keselamatan jiwa, kita harus melakukan metode daring, disiplin kesehatan diri, keluarga, dan lingkungan, untuk Indonesia,” paparnya.
Sebagai bahan renungan, Ketua LPPSI mengisi ceramah singkat mengenai pentingnya mensyukuri nikmat, bermuhasabah, dan menghadapi ujian dengan kesabaran. Orang yang pandai bersyukur, senantiasa dilipatgandakan nikmatnya oleh Allah SWT. Sebaliknya, jikakufur atas nikmat dan anugrah-Nya, maka Allah SWT akan menurunkan azab.
“Ketika ada situasi yang dirasa sulit, menyulitkan, dan tidak dikehendaki, hal pertama adalah melakukan muhasabah, kita introspeksi diri dan melihat ke dalam. Apabila sudah bersyukur, maka Allah SWT datangkan kebahagiaan dan menjauhkan kita dari penderitaan,” terangnya.
Allah SWT menguji keimanan hamba-Nya dengan cobaan. Insan yang beriman akan memandang ujian sebagai dua konsekuensi, yaitu penebus kesalahan dan meningkatkan derajat martabatnya di hadapan Allah SWT.
“Insan beriman yang tahu dirinya sedang diuji pasti akan rida dan tidak mengadu pada orang lain. Ia mengingat postulat yang terangkum dalam surat Al-Fatihah, bahwa dirinya berawal dari Allah SWT dan akan berakhir kepada-Nya,” sambungnya.
Manusia saat ini berada dalam genggaman kasih sayang Allah SWT. Dengan mengikuti jalan lurus yang diajarkan Rasulullah, niscaya Allah SWT akan menurunkan nikmat-Nya dan menjauhkan umat dari siksa api neraka.
“Bagi mereka yang sabar menghadapi ujian, selain lulus dari kesulitan dan kepailitian, ia juga memperoleh rahmat, magfirah, dan petunjuk dari Allah SWT. Ujian pandemi ini tidak akan lama, badai pasti berlalu. Kewajiban kita sebagai manusia, terus memohon dan meminta pertolongan Allah SWT agar ujian tidak berakhir menjadi sebuah azab,” tutupnya. (Reta)*