BANDUNG, unpas.ac.id – Revolusi industri 4.0 yang turut melahirkan era disrupsi dengan berbagai perubahan besar dalam berbagai aspek, memberikan tantangan sekaligus peluang bagi generasi muda saat ini, tanpa terkecuali bagi mahasiswa.
Hal tersebut menjadi fokus bahasan pada webinar bertajuk “ Peranan Resimen Mahasiswa di Era Disrupsi” yang diselenggarakan Resimen Mahasiswa (Menwa) Kompi E Unpas secara daring melalui Zoom Meeting, Senin (4/10/2021). Webinar kali ini juga bekerja sama dengan Menwa Mahawarman Jabar dan dihadiri sejumlah anggota Menwa dari berbagai daerah di Indonesia.
Acara dibuka oleh Kapuspen Skomenwa Mahawarman Jabar, Dr. H. Deden Ramdan, M.Si. CICP. DBA yang sekaligus juga pemandu acara. Dalam sambutannya ia mengatakan, era disrupsi saat ini perlu dimanfaatkan sebaik mungkin untuk bisa beradaptasi dengan perubahan secara global.
Sebagai sebuah komponen cadangan pertahanan negara, Menwa tentu sudah dibekali dengan berbagai kemampuan dan pengetahuan untuk bisa menghadapi berbagai macam situasi dan kondisi. Tentunya dalam sisi yang lain, Menwa yang menjadi suatu kekuatan sipil dilatih dan dipersiapkan untuk mempertahankan NKRI sebagai perwujudan dari sistem pertahanan negara.
“Era disrupsi melahirkan berbagai perubahan baru, baik itu pada aspek bisnis, ekonomi, sosial, teknologi, dan inovasi. Pada saat yang sama, nuansa intelektual sebagai core mahasiswa kaitannya dalam hal ini Menwa tentunya memiliki peran penting untuk dapat menjawab tantangan itu semua,” ujarnya saat membuka acara.
Perwira Staf Ahli TK III KSAD Bidang Komsos, Mayjen TNI R.H. Karmin Suharna, S.I.P., M.A. sebagai pemateri menyampaikan beberapa poin tantangan yang perlu dihadapi sebagai Menwa di era disrupsi saat ini.
Apabila melihat secara keseluruhan, maka secara positif era disrupsi ini memberikan peluang persaingan bisnis yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Namun, muncul juga tantangan terutama dari aspek pertahanan negara yang perlu diwaspadai, salah satunya indoktrinasi melalui media sosial.
“Sebagai bagian dari komponen bangsa, Menwa punya tugas-tugas pokok tertentu dan memiliki tujuan seperti TNI dalam mempertahankan NKRI. Terkait era disrupsi saat ini maka Menwa juga perlu mengetahui tantangan dan harapan global,” katanya.
Mantan Komandan Pasukan Perdamaian PBB di Darfur Sudan pada 2015 ini juga menyampaikan, saat ini ancaman pertahanan negara justru melalui aktivitas non fisik, kaitannya dengan era disrupsi yang serba digital.
“Ancaman signifikan saat ini yang kita alami adalah secara non fisik, sebagai contoh integrasi bangsa ini bisa terpecah belah melalui Internet of Things (IoT) apabila dipergunakan secara tidak benar. Ini yang kita hadapi saat ini,” paparnya.
Ia juga menambahkan, beberapa hal yang perlu ditingkatkan untuk menghadapi ancaman ketahanan negara yang bisa dilakukan Menwa maupun masyarakat yakni menjadi garda terdepan dan sebagai pelopor memperkuat empat pilar kebangsaan meliputi Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.
Peluang sebagai stabilitator dalam upaya peningkatan SDM bagi Menwa juga bisa dilakukan dengan melakukan berbagai pelatihan, pendidikan, dan penghargaan.
Dirinya juga menyebut bahwa Menwa harus memiliki tanggung jawab dan loyalitas sebagai komponen bangsa yang berjiwa mulia, berpengetahuan, dan terpelajar.
“Menwa memiliki keistimewaan sebagai mahasiswa yang punya peran penting dalam mempertahankan NKRI. Selain itu, para anggota Menwa menjunjung tinggi nilai Pancasila dengan memiliki jiwa mulia, berpengetahuan, dan terpelajar,” tambahnya.
Senada dengan Mayjen TNI R.H. Karmin Suharna, Komandan Resimen Mahasiswa Mahawarman Jabar, Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom. IPU. mengemukakan terkait pentingnya penguasaan teknologi di era disrupsi bagi anggota Menwa, terutama dalam rangka mempertahankan NKRI sebagai perwujudan Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata).
“Dalam rangka solusi era disrupsi sebagai dampak dari transformasi digital, maka komponen mahasiswa yang di dalamnya termasuk UKM Menwa perlu beradaptasi dengan perkembangan yang terjadi dan mengenali serta memahami isu-isu abad ke-21,” jelasnya.
Dirinya juga memaparkan terkait pentingnya menghadapi revolusi industri 4.0 terutama bagi mahasiswa. Hal tersebut penting dilakukan mengingat tantangan zaman di masa yang akan datang akan lebih kompetitif terutama di era ekonomi baru berbasis teknologi.
Literasi baru ini mencakup tiga aspek yakni pertama, kemampuan membaca, analisis, dan menggunakan informasi (big data) di dunia digital. Kedua, literasi teknologi yaitu memahami cara kerja mesin dan aplikasi teknologi. Ketiga, literasi manusia yaitu mencakup humanis, komunikasi dan desain.
Selain itu, ia juga menjelaskan peluang yang perlu dimanfaatkan mahasiswa terutama Menwa, yakni mengikuti program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang memiliki dampak positif untuk menimba ilmu dan pengalaman.
“Kegiatan mahasiswa yang dapat dilakukan di luar kampus meliputi magang, proyek desa, mengajar, pertukaran pelajar, riset, wirausaha, proyek independen, dan proyek kemanusian,” jelasnya. (Rico B)*