
BANDUNG, unpas.ac.id – Jelang ramadan 1443H, Paguyuban Pasundan kembali mengadakan mapag ramadan di Mandala Saba Dr. Djoendjoenan, Jalan Sumatra No 41, Bandung, Selasa (29/3/2022).
Mapag ramadan selalu jadi agenda rutin Paguyuban Pasundan dalam menyambut bulan suci ramadan yang diikuti pengurus Paguyuban Pasundan, pimpinan dan dosen YPT Pasundan, serta guru di lingkungan YPDM Pasundan.
Tahun ini, mapag ramadan diisi dengan tausiah oleh Ketua MUI Kota Bandung, Prof. Dr. KH. Miftah Faridl.

Turut hadir dalam kegiatan ini, Rektor Universitas Pasundan Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom., IPU, para Wakil Rektor Unpas, pimpinan fakultas di Unpas, Ketua LPPSI Unpas, dan lain-lain.
Menurut Ketua Umum PB Paguyuban Pasundan Prof. Dr. H. Didi Turmudzi, M.Si., mapag ramadan merupakan tradisi tahunan yang dijadikan momentum untuk lebih dekat kepada Allah SWT.
“Selama ramadan, makmurkan masjid dengan berbagai kegiatan ibadah dan syiar lainnya. Jangan lupa untuk saling berbagi dan membantu sesama sesuai istilah Sunda, nulung kanu butuh, nalang kanu susah,” katanya.
Ramadan hendaknya menjadi penanda keimanan umat muslim dengan meningkatkan kuantitas ibadah, silaturahmi, dan memberikan manfaat pada yang membutuhkan.

“Ibadah saum ramadan godaannya sangat berat, perlu keberanian dan fokus kita dalam menjaga, memelihara, dan mengembangkan syiar Islam sesuai misi Paguyuban Pasundan,” ujar Prof. Didi.
Ada tausiahnya, Prof. Miftah Faridl menyampaikan, ramadan mesti disambut dengan hati gembira. Apabila ibadah saum dijalani dengan ikhas, maka seseorang akan senantiasa tangguh saat menghadapi kesulitan, istikamah memenuhi janji, dan mampu mengendalikan emosi.
“Perbanyak salat malam, istigfar, sedekah, silaturahmi, siap menolong orang lain dalam keadaan lapang maupun sempit, kalau terlanjur berbuat salar segera sadar dan memohon maaf. Ramadan bukan bulan pangedulan (bermalas-malasan), maka kerjakanlah amalan-amalan baik,” pesannya.

Mengingat ramadan masih dalam kondisi pandemi, Prof. Miftah Faridl mengajak masyarakat untuk tetap melaksanakan tarawih, namun disesuaikan dengan lingkungan masing-masing.
“Paling tidak, masker dan cuci tangan itu yang utama. Kalau soal jaga jarak bisa disesuaikan dengan kondisi di masjid,” tutupnya. (Reta)*
