Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, ketika menyampaikan orasi ilmiah didampingi moderator Rektor Unpas Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom.*
Menteri Dr (HC) Susi Pudjiastuti bersama Ketua Umum Paguyuban Pasundan Prof. Dr. HM Didi Turmudzi, M.Si, Rektor Unpas Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom, para Wakil Rektor dan para Dekan seusai berorasi dan dialog dengan hampir 1000 orang mahasiswa, dosen dan undangan, di Kampus IV Unpas Jl. Setiabudhi 193 Bandung, Selasa 14 November 2017.*
Menteri Susi Orasi dan Dialog 2,5 Jam di Unpas
Hadirin Tidak Beranjak dari Kursi
Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Susi Pudjiastuti, berorasi dan dialog selama 2,5 jam dengan keluarga besar Universitas Pasundan Bandung yang berjumlah hampir 1000 orang terdiri dari mahasiswa, dosen, karyawan dan undangan. Mereka menyimak dengan cermat orasi dan dialog yang diselingi candaan itu sehingga tidak beranjak dari kursinya. Hal itu berlangsung Selasa 14 November 2017 di aula Oto Iskandar Di Nata, Kampus IV Universitas Pasundan Jl. Setiabudhi 193 Bandung. Menteri Susi Pudjiastuti hadir di Universitas Pasundan bertepatan dengan Dies Natalis Unpas ke 57 pada 14 November 2017.
Dalam acara kuliah umum itu, Menteri Susi terlebih dahulu menyampaikan orasi ilmiah dengan tema “Potensi Indonesia Bidang Kelautan dan Perikanan bagi Keutuhan NKRI” selama 2 jam 10 menit dilanjutkan dengan dialog selama 20 menit.
Acara ini dihadiri Ketua Umum PB Paguyuban Pasundan Prof. Dr. Ir. HM. Didi Turmudzi, M.Si, Ketua YPT Pasundan Dr. H. Makbul Mansyur, M.Si, Rektor Unpas Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom, para Wakil Rektor, para Dekan dan Wakil Dekan, para mahasiswa serta seluruh jajaran Unpas lainnya.
Menteri Susi mengajak keluarga besar Universitas Pasundan Bandung untuk menjaga Perpres Nomor 44 Tahun 2016 tentang Perikanan Tangkap bahwa subsektor tersebut masuk dalam daftar tertutup. Hal ini dikarenakan banyak pihak yang menginginkan agar Peraturan Presiden itu direvisi sehingga orang asing pun dapat menangkap ikan dengan bebas di perairan Indonesia.
“Kemenangan Bangsa Indonesia adalah saat Presiden Joko Widodo mengeluarkan Perpres nomor 44 tahun 2016. Di Perpres itu, yang nangkep ikan cuma urusan Bangsa Indonesia, bukan bangsa asing,” ujar Susi.
“Yang mau melobi untuk mengganti Perpres ini luar biasa. Tolong jaga jangan sampai Perpres ini direvisi. Kalau perlu dorong jadi Undang-undang. Nangkap ikan masa harus orang asing?” ujarnya.
Banyak Tantangan
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti membeberkan betapa banyaknya tantangan yang harus dihadapi untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Salah satu tantangannya adalah menyelesaikan illegal fishing di Indonesia.
Susi mengungkapkan Indonesia ini adalah negara dengan panjang laut nomor dua terbesar di dunia setelah Kanada. Namun selama 70 tahun pemerintah lupa untuk memanfaatkan potensi besar tersebut.
Kondisi ini diperparah dengan banyaknya pencurian ikan yang dilakukan oleh kapal-kapal asing. Jutaan ton ikan dicuri setiap tahunnya membuat hasil tangkapan ikan Indonesia terus berkurang. Di Asean saja Indonesia hanya mampu menempati urutan ke tiga sebagai pengekspor ikan.
“Panjang laut besar yang kita punya tidak tercermin dalam (industri) perikanan kita. Ekspor perikanan kita cuma menempati urutan 3 di ASEAN. Survei 2003-2013 juga ada 115 eksportir legal yang tutup karena bahan baku turun,” kata Susi.
Demi menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia, Susi mengaku terus berupaya melakukan perbaikan. Satu persatu masalah coba dia urai melalui kebijakan berani dan tegas melalui penenggelaman kapal para pencuri ikan.
“Saya bicara ke Presiden. Saya bilang soal UU perikanan yang di dalamnya ada aturan yang bisa menenggelamkan kapal,” kata Susi.
Hal itu mendapat dukungan dari Presiden. Meski tidak sedikit juga yang menganggap bila kebijakannya tidak akan berdampak. Terlebih lagi lobi-lobi dari sejumlah pihak yang mencoba menggoyang kebijakannya tersebut.
“Tapi saya terus berusaha. Saya undang para duta besar dari Thailand, Australia dan negara lainnya untuk membicarakan hal ini dan mereka mendukung,” ujarnya. Susi menyatakan, kebijakannya tersebut saat ini berdampak positif. Ikan hasil tangkapan meningkat membuat stok ikan juga menjadi melimpah.
“Stok ikan 2014 hanya 6,5 juta ton sekarang menjadi 12,5 juta ton. Konsumsi ikan juga naik 7 kg per kapita. Impor kita turun. Jadi pada survei 2003-2013 jumlah nelayan turun, tangkapan turun, stok turun tapi impor naik, sekarang berubah. Stok ikan banyak, konsumsi juga meningkat,” ujarnya.
Susi juga meminta perguruan tinggi agar mengantisipasi ledakan pengangguran karena banyak pekerjaan yang hilang akibat dari kemajuan teknologi. Menurut Susi, digitalisasi saat ini sangat cepat dan peran manusia semakin berkurang.
“Pekerjaan besar pemerintah bersama perguruan tinggi, untuk segera mengantisipasi ledakan pengangguran karena pekerjaan yang digantikan oleh sistem, teknologi, dan internet,” katanya.
Hadirin tertawa saat Susi, mengatakan, suatu saat nanti ada kantor yang isinya robot semua yang menganggap manusia tidak ada gunanya.
“Suatu hari nanti ada kantor isinya robot. Mereka semua rapat. Nanti robot mikir, untuk apa ada manusia di sekitar kita? Jadinya kebalik,” canda Susi***