[dropcap]P[/dropcap]RESTASI kembali diraih oleh tim mobil listrik, Fakultas Teknik Unpas. Termasuk pada prestasi tertinggi, selama tim di bawah komando Ir. Gatot Santoso, MT ini mengikuti berbagai kejuaraan di tingkat nasional.
Peristiwanya berlangsung pertengahan November 2015, di kampus Politeknik Bandung, pada event Kompetisi Mobil Listrik Indonesia (KMLI) VII, yang pesertanya sebanyak 25 perguruan tinggi.
Mobil listrik hasil gawx rancagx mahasiswa Prodi Teknik Mesin yang diberi nama Kujang 193 meraih Juara Umum II. Penentuan kejuaraan tersebut didasarkan pada hasil penilaian Uji Daya Tanjak (Juara II), Uji Percepatan/Akselerasi (Juara I), dan Uji Perlambatan/Deselerasi (Juara I). Ada dua aspek yang tidak berhasil diraih tim Unpas, yaitu Uji Efisiensi dan Uji Kecepatan. Adapun yang berhasil menjadi Juara Umum I adalah Piliteknik Madura.
Demikian dikatakan Gatot saat memberikan informasi kepada Media Unpas, didampingi Dekan Fakultas Teknik Unpas, Dr. Ir. H. Yudi Garnida, MP, seraya memperlihatkan piala dan lembar penghargaan yang diperoleh tim asuhannya.
“Alhamdulillah, ada juga hadiah yang berupa uang, sebesar Rp 11 juta, dan langsung dibagikan kepada anggota tim yang berjumlah 12 orang, yang umumnya mahasiswa dari angkatan 2013 dan 2014,” ucap Gatot.
Program pembuatan mobil listrik di Unpas dimulai sejak tahun 2012. Sudah ada dua mobil listrik yang dihasilkan, yaitu Kujang 193 dan Pangrango. Bedanya, Pangrango lebih besar ketimbang Kujang, sebab menggunakan dua mesin yang masing-masing motornya berkekuatan 3.000 watt. Sedangkan Kujang hanya sepertiganya saja. Sekarang sedang dirancang pula mobil listrik yang diberi nama Sangkuriang.
“Pangrango dirancang pada saat akan mengikuti kejuaraan di Yogya, tahun 2013, yang saat menetapkan aturan harus diikuti mobil listrik 3.000 watt unsuk satu mesinnya. Alhamdulillah, kami berhasil meraih Juara Umum I,” ucap Gatot lagi.
Dikatakan Gatot, selama ini sudah empat kali Unpas mengikuti KMLI. Hanya satu kali saja yang gagal, yaitu tahun 2014, karena mobilnya tabrakan. Sedangkan untuk yang tiga event lagi, Unpas tidak pernah pulang dengan tangan hampa. KMLI rutin diselenggarakan setiap tahun, diikuti oleh perwakilan dari perguruan tinggi se-Indonesia.
“Sebetulnya kami ingin mengikuti perlombaan mobil listrik di Korea. Sayangnya belum terkumpul dana untuk transportasi ke sana,” ucapnya. Cukup besar juga, untuk biaya membawa mobilnya saja diperlukan sekitar Rp 100 juta. Belum lagi untuk tiket anggota tim. “Mudah-mudahan saja ada mitra yang bersedia menyeponsori.”
Diungkapkan lebih jauh, mobil listrik yang berbobot sekitar 150 kg ini, di Indonesia, belum mendapat lisensi untuk digunakan di jalan raya. Selama ini, penggunaannya baru sebatas di lapang golf, tempat wisata, hotel, atau bandara. Padahal mobil listrik ini bebas dari polusi. Tidak mengeluarkan asap buangan, dan tidak pula bising.
“Unpas sudah siap seandainya ada pihak yang mau bermitra untuk memproduksi mobil listrik secara massal,” ungkapnya lagi.
Jika dikalkulasi, biaya untuk memproduksi mobil listrik lebih irit ketimbang mobil yang menggunakan BBM. Dengan sekitar Rp 50 juta, kita sudah bisa memproduksi satu unit.
Lalu, bagaimana dengan kemampuan melajunya.
“Sebetulnya bisa cepat juga, sebab mampu melaju 80 km per jam, dengan membawa beban antara 100 hingga 150 kg,” jawab Gatot.
Jarak Bandung-Jakarta pergi-pulang, misalnya, dapat ditempuh lima hingga enam jam, serta tidak perlu lagi mengisi baterai. Penyeteruman baterai hingga penuh memerlukan waktu sekitar 12 jam.
“Lagi pula biaya pemeliharaannya lebih murah,” ucap Gatot lagi.*** (TS)