BANDUNG, unpas.ac.id – Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Universitas Pasundan ditargetkan dapat dilaksanakan Juli mendatang sesuai edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim.
Kesiapan sarana prasarana, pelaksanaan protokol kesehatan yang ketat, dan kedisiplinan Sumber Daya Manusia (SDM) baik dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa menjadi kunci utama dalam pelaksanaan PTM.
Hal tersebut dikatakan Pakar Kesehatan sekaligus Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran (FK) Unpas dr. Trias Nugrahadi, pelaksanaan protokol kesehatan serta penyediaan sarana prasarana mesti dibarengi dengan kedisiplinan SDM.
Dari segi SDM, vaksinasi tentu menjadi hal terpenting sebelum PTM dilaksanakan. Saat ini, Paguyuban Pasundan bersama FK Unpas masih memberikan layanan vaksinasi, terutama bagi lansia dan pelayan publik termasuk dosen.
“Persiapan PTM harus kita lihat dari dua sisi, yaitu SDM dan sarana prasarana. Dari SDM sudah jelas, mereka sebaiknya divaksin. Meski puasa, kita tetap melaksanakan vaksin karena jadwal tidak bisa diubah. Dari vaksin pertama ke vaksin kedua itu harus berselang 28 hari,” jelasnya di Kampus V Unpas, Jalan Sumatera No. 41, Bandung, Senin (19/4/2021).
Ia menambahkan, peserta vaksin yang pada tahap kedua tidak bisa hadir otomatis akan dicoret dari daftar karena sudah melewati batas pendataan. Jangka waktu 28 hari hingga vaksinasi kedua sangat dibutuhkan supaya tingkat kekebalan (titer) antibodi terbentuk dengan baik.
Di samping vaksinasi, SDM yang berdomisili di luar kota juga wajib menunjukkan hasil screening Covid-19 berupa swab PCR maupun antigen. Namun, meski sudah memiliki hasil tes Covid-19, perlu ada kesadaran diri untuk selalu disiplin agar tidak merugikan satu sama lain.
“Kita harus membuat suatu protokol yang mewajibkan SDM di lingkungan kampus memiliki buku log. Kegunaannya adalah untuk mengetahui kemana saja dia pergi dan apa kegiatan yang dilakukan dalam satu hari. Intinya, butuh kesadaran dan kedisiplinan kalau mau PTM dilaksanakan,” tuturnya.
Mengenai sarana prasarana, dr. Trias mengatakan, ruang kelas mesti memiliki sirkulasi udara yang baik dan tempat duduk diatur dengan jarak 1 meter lebih. Selain itu, memperbanyak tempat cuci tangan yang diletakkan tepat di depan ruangan, serta menyemprot disinfektan sebelum dan sesudah perkuliahan.
“Persiapan kuliah luring itu bukan hal yang mudah dan murah. Banyak yang mengatakan kalau melaksanakan PTM merupakan sesuatu yang sederhana. Lihat saja sekarang banyak sekolah ditutup lagi, karena berpikir bahwa pembelajaran luring hanya cukup dengan jaga jarak,” imbuhnya.
Sejauh ini, kata dr. Trias, Standar Operasional Prosedur (SOP) pelaksanaan PTM masih dipersiapkan sedetail mungkin karena meliputi aspek-aspek yang kompleks. Penyusunan SOP bertujuan untuk mengantisipasi agar Unpas tidak menjadi klaster baru Covid-19. Terpenting, seluruh elemen harus divaksin sehingga diharapkan memiliki kekebalan meskipun kecil.
“Harus saling mengingatkan satu sama lain untuk keamanan bersama. Terutama disiplin dan yakin tidak punya risiko tertular maupun menularkan. Percuma kalau perangkat atau sarana prasarana lengkap, tetapi SDM tidak mau disiplin,” tutupnya. (Reta Amaliyah S)*