BANDUNG, unpas.ac.id – Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2021 berbeda dengan tahun-tahun sebelum pandemi Covid-19. Selama pandemi, anak-anak diminta untuk di rumah saja dan belajar melalui sistem daring yang tentunya mengubah banyak hal.
Baik anak maupun orang tua, belum terbiasa dengan metode pembelajaran daring. Bahkan, tak sedikit orang tua yang merasa terbebani karena harus mendampingi anak belajar, sementara kesibukan di rumah juga cukup padat.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pasundan Dr. H. Uus Toharudin, M.Pd menanggapi, kondisi ini memang menjadi tantangan tersendiri bagi anak, orang tua, dan tenaga pendidik.
Kendati demikian, pendidikan dan pengajaran harus tetap terselenggara dengan baik, karena sejatinya merupakan salah satu hak yang mesti diperoleh anak. Terlebih, UU No 22 Tahun 2022 telah mengatur bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadi dan tingkat kecerdasan sesuai minat dan bakatnya.
“Anak adalah qurrata a’yun, nikmat, anugerah, rahmat, dan kebahagiaan yang diberikan Allah SWT. Jadi, hak-haknya harus dipenuhi, karena anak akan menjadi generasi penerus nantinya,” jelasnya, Jumat (23/7/2021).
Ia melanjutkan, anak jangan hanya dipandang sebagai sebuah kesenangan karena tingkahnya yang lucu, tapi pendidikannya juga harus benar-benar terlaksana. Maka, penting bagi orang tua untuk memperhatikan perkembangan anak sesuai dengan umurnya.
“Anak merupakan investasi masa depan. Anak itu berkembang, sehingga setiap perkembangannya perlu diperhatikan. Orang tua sebaiknya menerapkan bimbingan pendidikan kepada anak sesuai usianya. Pada usia sekian, apa yang sekiranya harus disampaikan orang tua dan diperoleh anak,” lanjutnya.
Ketika belajar di masa pandemi, sebisa mungkin anak tetap merasa senang dan ceria dalam koridor yang benar. Sebagai bagian dari hak anak, di samping peran dan bimbingan orang orang tua, sekolah juga harus peduli dan menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan, baik dalam situasi daring, blended learning, atau tatap muka.
“Sekolah daring sebetulnya bukan hal yang mustahil untuk membuat proses belajar mengajar tetap menyenangkan. Sudah banyak program khusus di YouTube dan website yang bisa menjadi acuan guru agar pembelajaran daring lebih menarik bagi anak-anak,” ujarnya.
Agar tidak berakibat pada tekanan psikologis bagi anak, guru semestinya menciptakan suasana belajar yang tidak menekan. Juga, mengefektifkan komunikasi dengan orang tua, supaya anak tidak terlalu diforsir. Dengan begitu, orang tua tahu tingkat pengetahuan yang harus dipahami anak.
“Sangat mungkin bagi guru untuk membuat pembelajaran daring terasa enjoy. Tinggal menyesuaikan kemauan guru dalam memilih program pembelajarannya. Misalnya, menyusun bahan ajar untuk belajar membaca yang menyenangkan melalui media daring, itu kan ada teorinya,” katanya.
Bertepatan dengan peringatan HAN 2021, ia mengajak anak-anak di seluruh Indonesia untuk berlaku sebagaimana anak pada umumnya, selalu bergembira, ceria, dan menaati aturan dari keluarga.
“Keluarga pasti menginginkan anak-anak untuk menjadi apa yang mereka harapkan. Saya yakin, tidak ada orang tua yang ingin anaknya berkembang kurang baik. Maka, jadilah anak yang ceria, ikuti kata orang tua, taati aturan di rumah, dan belajarlah dengan baik,” tutupnya. (Reta)*