BANDUNG, unpas.ac.id – Hari Buku Sedunia yang diperingati pada 23 April kemarin, merupakan momen tepat untuk membangun budaya baca dan mengembangkan wawasan literasi. Meski kini sudah banyak tersedia e-book, namun buku fisik tetap menjadi sumber ilmu yang tak tergantikan.
Guna menumbuhkan budaya baca, Kepala Perpustakaan Universitas Pasundan Dr. Titin Nurhayatin, M.Pd. mengatakan, perlu ada motivasi dan minat baca yang tinggi. Dalam hal ini, keluarga dan lingkungan masyarakat memiliki peran penting.
“Motivasi dan minat baca tentu tidak terbentuk secara tiba-tiba, butuh peran keluarga dan lingkungan masyarakat yang mendukung. Meski dalam keadaan sosial ekonomi yang beragam, namun dalam keterbatasan inilah, kita dituntut berpikir untuk menanamkan minat dan literasi baca tulis sejak dini,” tuturnya di Kampus IV Unpas, Jalan Dr. Setiabudhi, Bandung, Sabtu (24/4/2021).
Menurutnya, pembentukan budaya baca yang dimulai dari lingkungan keluarga akan berdampak baik di masa depan. Terlebih, saat ini banyak penelitian yang mengatakan literasi di Indonesia tergolong rendah.
Kendati demikian, upaya untuk meningkatkan literasi dan minat baca sudah gencar dilakukan di berbagai jenjang pendidikan, termasuk di lingkup terkecil masyarakat. Di antaranya melalui perpustakaan sekolah, lembaga pemerintahan seperti Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (Dispusipda), Perpustakaan Nasional (Perpusnas), hingga perpustakaan kabupaten, kecamatan, dan desa.
“Saya rasa sosialiasi mengenai literasi sudah cukup maksimal, tapi kadang terkendala kondisi latar belakang sosial, ekonomi, budaya, atau pengaruh jenjang pendidikan masyarakat. Kita lihat, sekarang di desa-desa banyak komunitas yang mendirikan taman baca sebagai upaya membiasakan kegiatan membaca,” lanjutnya.
Oleh karena itu, untuk mendukung sosialisasi pengembangan budaya baca, mesti ada sinergi dan koordinasi antara masyarakat dengan pemerintah. Jika respon masyarakat baik, maka status dan latar belakang apapun seharusnya tidak menjadi masalah.
Selain melalui sosialisasi pemerintah, lembaga pendidikan formal seperti perguruan tinggi pun memiliki andil dalam mengembangkan literasi. Tidak terbatas pada literasi baca tulis, namun juga literasi numerasi, sains, digital, budaya, dan kewargaan.
“Ini juga menjadi fokus kami di Perpustakaan Unpas. Tidak hanya menyediakan buku, tapi juga memberikan pelayanan sesuai standar. Alhamdulillah, Perpustakaan Unpas sudah memperoleh akreditasi A dan aspek-aspek seperti koleksi buku, sarana prasarana, pelayanan, pengembangan sumber daya, keuangan, serta penguat, semua terpenuhi dengan baik,” jelasnya.
Ia melanjutkan, dalam kegiatan penambahan wawasan, membaca buku adalah cara terbaik untuk membuka cakrawala dunia. Membaca merupakan kunci agar menjadi bangsa yang maju dan dapat mengikuti berbagai perkembangan.
“Mengutip pesan Buya Hamka, membaca buku-buku yang baik, berarti memberi makanan rohani yang baik. Buku adalah sahabat paling tenang dan setia, pembimbing paling bijak dan terbuka, serta guru paling sabar,” pungkasnya. (Reta Amaliyah S)*